Angger pov
pagi yang indah ditemani secangkir kopi dengan pemandangan Ibu Kota yang terlihat indah dari jendela Apartemen. Ya walaupun gedung tak sindah gunug dan bukit harus tetap kita sukuri bukan?
Tidak ada rencana untuk keluar hari ini karna aku sudah merasa penat dengan hari yang terlalu membosankan lebih baik aku tidur saja setelah menghabiskan secangkir kopi.
Aku melepas switer tebal menyisakan kaos polo warna putih.
Pantat cantikku sudah mendarat di kasur dan aku sudah besiap untuk berjalan-jalan di alam mimpi tapi tiba-tiba bunyi line dari handphoneku menghentikan aktifitas gulung slimut rasanya igin mengumpat argghh.
Aku rasa itu cuma line today, aku kembali menutupi seluruh badanku dengan selimut sampai bagian wajah. Bunyi itu terus terdengar sampai aku dengan terpaksa memutuskan untuk melihatnya.
Bro Tristan : Bro ada yang nyariin lo nih
Bro Tristan : Woy gue udah bikin tu cewe mewek
Bro Tristan : Sumpah gue ngerasa bersalah bales woy
Rupanya tiga pesan dari sohib
Angger : Siapa tan kalo ga penting ga usah, gue lagi sibuk mau lanjut traveling
Tristan : Traveling apaan lo pikir gue ga tau apa, paling lo mau traveling di alam mimpi kan?
Angger : You know me tan, siapa yang nyariin gue? Andin, Anggun, Asti atau Ajeng?
Tristan : Aluna yang nyariin lo!
Seperti tersambar petir aku langsung memucat rasanya jantung ini berganti dengan jantung pisang mendengar nama yang begitu keramat dalam hidupku. Demi apapun aku belum siap bertemu Aluna bagaimana kalau Aluna tahu keadaanku yang sekarang.
Bunyi line kembali terdengar dan kembali memunculkan nama Bro Tristan
Bro Tristan : Woy ga pake ngelamun ngapa. Tadi si Aluna nangis terus cabut dari rumah gue kayanya ke arah taman deh mending lo susul cepetan, eh iya dia naek sepeda, pake kaos hitam sama jeans hitam
Angger : Eh iyaTan loh ko bisa nangis?
Bro Tristan : Udah tar gue jelasin buruan susul
Angger : Oke thanks ya Bro
Aku langsung turun ke lantai bawah dan berlari menuju taman mencari sosok gadis memakai kaos dan jeans hitam tapi tidak ada, yang ada hanya deretan pasangan kekasih issshh menjengkelkan.
Ini sudah di ujung taman tapi belum juga ada sosok yang menyerupai Aluna, aku merasa lelah dan memutuskan untuk membeli air mineral di warung pinggir jalan. Belum sempat aku meneguknya aku seperti melihat gadis menaiki sepeda dengan terseok-seok di ujung taman.
Aku berlari sekencang mungkin ke arah gadis bersepeda itu tapi sagat sulit karna sudah sangat jauh, tapi kelihatannya sepedanya semakin pelan dan sedikit oleng. Aku menambah kecepatan agar sampai sebelum sepeda itu terjatuh.
"Luna!"
teriakku saat melihat gadis berpenampilan serba hitam itu terjatuh mencium aspal.Gadis itu melihat ke arahku. Mata coklat itu aku masih ingat mata itu mata yang menangis di Bandara tujuh tahun lalu karna tidak mau berpisah denganku.
Aku menghampirinya berlutut dihadapannya melihat luka yang cukup perih sepertinya, dengan sigap aku membersihkan luka itu dengan air mineral yang belum sempat aku minum Aluna tidak menangis ataupun meringis saat aku membersihkan lukanya dia tetap mematung dengan cantik. Mata itu terus melihatku membuat aku cukup kewalahan mengatur detak jantung ini.
"Rupanya kamu bukan Aluna yang cengeng lagi"
Itu kalimat yang berhasil aku keluarkan dan sepertinya berhasil membuat gadis cantik di hadapanku mengingatku. Karna dapat terlihat dari senyum yang membuat wajahnya terlihat 99% lebih manis dari sebelumnya.
"ANGGER?"
Begitu senang hati ini mendengar namaku keluar dari bibir cantik itu.
"Ya Luna ini Angger, ayo bangun kita pulang" aku berbicara dengan nada senormal mungkin
"Angger I miss you so much aku ga mau jauh lagi dari kamu" tanpa aku duga Aluna memelukku yang membuat jantung ini aishhhh Aluna aku juga rindu kamu tapi huftt terlalu banyak alasan untuk kita bersama lagi.
"I miss u to " aku membalas pelukan Aluna, aku seperti baru menemukan rumah yang selama ini hilang rasanya sangat nyaman.
"Aku antar kamu pulang ya" aku melepaskan pelukan yang nyaman ini dengan terpaksa. Aku lihat tubuh kecil yang memandangku tak suka.
"Aku gak mau pulang aku punya banyak pertanyaan buat kamu" pipinya mengembung saat mengatakan itu membuatnya menjadi semakin menggemaskan.
"Besok aja ya Aku janji ngajak kamu ke tempat asik yang makanannya super enak tapi sekarang aku antar kamu pulang ya"
aku tidak menunggu jawaban darinya dan langsung menaiki sepeda milik Aluna, aku memberikan isyarat untuk Aluna duduk di bagian depan.
Sepertinya dia tidak suka caraku mengajaknya pulang tapi siapa peduli yang penting Aluna sudah nangkring cantik di depanku ini sekarang.
*Rumah yang dulu hilang kini telah kembali tapi penghuninya sudah terlalu banyak alasan untuk tinggal lagi *
Keep reading guys sejauh ini gimana ceritanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Remind
أدب المراهقينBukan salah siapapun, hanya aku yang begitu bodoh. Begitu bodoh sampai begitu yakin akan bersama dengan seseorang yang telah lama aku tinggal pergi. Aku terlalu mempercayainya hanya karena satu janji yang mungkin sudah terlupakan.