Masih dalam keadaan mematung Aluna dan Angger dikejutkan dengan ketukan ketiga dari orang disebrang pintu.
Tok..tok..tok..
"My Angger kamu lagi apa si?"
"Mampus, Al sembunyi cepet" ucap Angger masi dengan wajah panik.
"Iya tapi di mana?" wajah Aluna tidak kalah panik.
"Disana" Angger menunjuk meja kerjanya.
Setelah mengetahui harus sembunyi di mana Aluna langsung ngibrit ke bawah meja kerja memposisikan badannya duduk memeluk kedua lututnya.
"Angger ko lama si? Aku langsung masuk aja ya?" uncap suara di sebrang pintu
"Iya sayang kamu langsung masuk aja, Aku lagi sibuk banget soalnya" bohong Angger
"Cuihh.. sayang-sayang ketek eyang" sahut Aluna dibalik meja.
"Berisik Al" bentak Angger.
"huhu,, Mimi Peri tolongin Aluna dizolimi" bisiknya merasa takut untuk bicara keras-keras.
Angger kembali ke meja kerjanya agar Anggun mempercayainya kalau dia benar-benar sedang sibuk, tidak lama Anggun masuk menghampiri Angger.
"Aku mau ngajak kamu makan siang ayo, tinggalin aja kerjaannya"
"Gak bisa gitu Anggun, sebentar lagi jam makan siangnya abis, lagian aku punya ini"
Angger mengacungkan dua kotak makan dari Aluna.
"Wow kamu sweet banget Ngger, aku baru tau loh kamu bisa masak"
Anggun yang kegirangan melihat dua kotak bekal di tangan Angger langsung mengambil stau kotak.
"Wah keliatannya enak"
Krwuk..krwukkkkrw... Anggap aja suara perut
"Angger kamu laper banget ya? Yaudah cepet makan tunggu apalagi coba"
Angger hanya mengangguk menanggapi Anggun, Angger tahu betul suara perut itu bukan miliknya tapi milik orang yang sedang meringkuk di kolong mejanya.
Aluna mengetuk sepatu Angger membuat Angger melihat kearahnya.
"Aku laper" ucap Aluna tanpa suara sambil mengelus perutnya.
Melihatnya Angger merasa tidak tega, wajah Aluna sudah pucat pasi menahan lapar, membuat Angger mencari cara untuk memberikan kotak bekalnya pada Aluna.
"Emm,, Anggun aku makannya barengan sama kamu aja ya? Satu lagi aku simpen dulu"
Angger hendak menaruh kotak bekalnya di laci emmm lebih tepatnya di kolong agar Alun bisa dengan mudah mengambilnya.
"No no no! Angger ini punya aku, kamu gak boleh minta ini enak banget kamu harus makan punya kamu"
Anggun mengambil kotak bekal ditangan Angger dan langsung membukanya.
"Makan " perintah Anggun.
Angger hanya menurut seperti kucing buta disana, dengan tidak enak hati maupun pikiran Angger menghabiskan makanan dari Aluna.
Satu jam telah berlalu Anggun masih enggan meninggalkan ruangan Angger.Sementara di bawah meja kerja Angger, Aluna memegang perutnya yang begitu sakit dan rasanya badannya mulai lemas Karena terlalu lama menahan Lapar.
BUK,,,
"Aluna" ucap Angger perlahan, sontak Angger melihat ke kolong.
Matanya membulat melihat sosok gadis mungil cantik itu tergeletak tidak sadarkan diri di lantai.
"Apa itu Angger kamu bilang apa tadi?"
"Oh itu tumpukan berkas aku jatuh" bohong Angger dengan gugup wajah Angger mulai panik merasa bingung apa yang harus dia lakukan sekarang.
"Anggun, kamu kan udah nemenin Aku makan sekarang kamu pulang ya biar aku bisa fokus kerja lagi"
Pinta Angger dengan hati-hati.
"hmm, bilang aja kamu ngusir Aku secara halus, yaudah Aku pergi bay trims nasi gorengnya enak"
Anggun meninggalkan Angger dengan sedikit ngambek membuat Angger menyusul.
"Ngapain?" ucap Anggun ketus
"Anggun trims udah nemenin Aku makan siang, Aku mau nganterin kamu sam"
"sampe rumah?"
"Sampe parkiran" Angger menampilkan deretan gigi putihnya membuat Anggun lupa dengan ngambeknya.
"yadeh gapapa sampe parkiran"
Mobil merah milik Anggun meninggalkan Angger yang masih melambaikan tangan sambil tersenyum sok manis.
Setelah memastikan mobilnya sudah tidak terlihat Angger langsung berlari sekencang mungkin kearah ruangannya merasa tidak sabar menunggu pintu lift terbuka Angger menaiki tangga menuju lantai6.
Angger tidak menghiraukan sapaan dari bawahannya yang ia pikirkan saat ini hanya Aluna yang sedang pingsan di kolong meja kerja miliknya.
Keringat mengalir diseluruh wajahnya, langkah panjang terus meniti tangga terakhir tanpa lelah.
BRAK...
Dengan tidak sabar Angger membuka pintu ruang kerja miliknya dan langsung berlari menuju meja kerja tempat Aluna tidak sadarkan diri.
Gadis cantik itu tergeletak lemah di lantai dengan posisi tangan memeluk perutnya sendiri, wajahnya pucat pasi membuat Angger takut terjadi sesuatu padanya.
"Al bangun dong Al jangan becanda gue takut Al" Angger terus mengguncang dan menepuk-nepuk pipi Aluna namun nihil yang Ia dapat.
Angger menggendong Aluna dengan gaya bridal kemudian membaringkannya di sofa, mencoba mencari obat di laci dan alhasil ada cairan dalam botol berwarna hijau itu minyak kayu putih Angger mencoba mrngoleskan pada hidung Aluna
Satu oles
Dua oles
Tiga oles
Empat ol..
Hatczimaaa... ( anggap saja suara bersin Aluna)
maafkan, aku bukan Author yang baik aku memposting jika hanya moodku baik, dan saat aku lihat REMIND matanya udah 1k lebih mood aku langsung ningkat gitu jadinya aku nulis lagi deh jangan tinggalin cerita abal ini ya big hug dari Tini
KAMU SEDANG MEMBACA
Remind
Teen FictionBukan salah siapapun, hanya aku yang begitu bodoh. Begitu bodoh sampai begitu yakin akan bersama dengan seseorang yang telah lama aku tinggal pergi. Aku terlalu mempercayainya hanya karena satu janji yang mungkin sudah terlupakan.