7. Reason

94 7 0
                                    


Anggun baru saja datang menghampiri Angger yang masih mematung menyaksikan kepergian Aluna.

Ya, setelah mengetahui seorang gadis cantik yang tinggi bak model memanggil Angger itu adalah pacar Angger, Aluna langsung pulang dengan sepedanya karna tidak tahan membayangkan harus menyaksikan Angger yang selama ini ia pikir akan segera menjadi kekasihnya tapi malah bermesraan dengan orang lain dihadapannya.

"Hay my Angger, sendirian aja teman kamu itu mana katanya mau kamu kenalin sama aku?"

"Oh Aluna baru aja dia pergi dia ada urusan katanya" Angger menghadapi Anggun dengan tampang planga-plongo pikirannya selalu tertuju pada gadis cantik yang tadi menangis karenanya. Angger benar-benar tidak bisa fokus saat ini.

"Yaudah cari makan yu" ajak Anggun pada Angger yang masih terlihat malas-malasan.

"Aku lagi gak berselera Nggun, anterin aku pulang aja ya" Angger sungguh tidak merasa baik setelah menyakiti hati seseorang yang dicintainya.

"Yaudah ayo aku parkir mobil disana " Anggun menunjuk mobil putih yang terparkir di jalan tidak lama mereka berdua pulang dari taman hiburan.

Aluna satu-satunya gadis yang ada di hati Angger sampai saat ini dan baru saja Angger menyia-nyiakan dan menyakiti gadis itu dengan kata-kata tajamnya, jangankan Aluna Angger saja sakit hati atas kata-kata yang diucapkan oleh mulutnya sendiri.

*****

Dengan air mata yang masih membasahi pipi, Aluna menjalankan sepedanya menembus jalan raya yang sepi dengan pandangan yang buram karna air mata yang membanjir.

Angin malam yang menerpanya sepanjang jalan, rintik air yang mulai turun menyamarkan air mata yang sedaritadi membasahi pipi mulus Aluna, suara petir yang cukup menggetarkan jagat raya Sepertinya alam sudah mewakili kesedihan dan kemarahan Aluna saat ini.

Dari arah yang berlawanan terlihat sinar lampu mobil yang menyilaukan mata Aluna, sepeda yang dilajukan Aluna melaju tanpa tau arah.

sinar lampu itu semakin dekat semakin silau dan makin silau hingga Aluna kehilangan arah dan menabrak pembatas jalan hingga sepeda yang dilajukan Aluna tersungkur pada kerasnya aspal.

Tidak hanya itu, mobil dengan lampu menyilaukan itu juga menyipratkan genangan air pada Aluna yang sedang tersungkur di jalan.

"Kesialan macam apa ini ya Allah kenapa tiada akhirnya? Hikh hikzzz huaaa" isak Aluna sambil meratapi nasibnya hari ini.

Aluna tidak berniat untuk segera bangkit dari tempatnya jatuh sampai tiba-tiba Aluna melihat uluran tangan dihadapannya.

"Sory ya" ucap seorang pria jangkung yang mengulurkan tangan pada Aluna

Aluna masih terkesiap dengan uluran tangan dihadapannya, dengan tatapan bertanya Aluna diam membatu.

"Hey, sory gue ga sengaja tadi nyiprat lo, gue kira gak ada kubangan disitu" masih dalam keadaan hujan keduanya msih betah dijalanan tanpa payung pula.

"Iya ini semua gara-gara lo ya, gue sampe nyusruk dijalanan dengan baju kotor kaya gini huaaaa hikhhhh hehhhh hikhh bisa gak sih lampu mobil lo gak seterang itu bikin mata sakit tau hikhh hikh"

Aluna yang sudah sadar dari keterkesiapannya langsung menghardik pria jangkung dihadapannya sambil meneruskan tangisannya yang sempat tertunda.

Tristan merasa tidak asing dengan wajah gadis yang marah sambil menangis dihadapannya sekarang ini, tangisannya juga seperti ..

"Eh eh lo kan cewe aneh yang kemaren tiba-tiba masuk kerumah gue nyariin Angger kan? Emmm siapa nama lo? Emm Al Al apa?"

"Aluna hikh hhehk hikh"

"Oh iya Aluna lu kenapa lagi si? kemaren dirumah gue nangis sekarang nangis lagi aja, cuman gara-gara jotoh dari sepeda lagi kaya bocah"

"Gak usah sok tahu gue gak nangis gara-gara jatoh dari sepeda tau tapi karna ahhh udahlah,,,, lutut gue perih nih" Aluna tidak berniat cerita.

"Yaudah ayo ikut gue disini dingin hujannya juga makin deres" Tristan kembali mengulurkan tanggannya yang malah diacuhkan oleh Aluna.

"Kemana?"

"Udah buru gue tau kaki lo sakit" Tristan mengendong Aluna menuju mobilnya dengan gerakan cepat mendudukan Aluna lalu mengambil kotak P3K .

"Lo Tristan kan emmmm lo kenal sama Angger?" Aluna mencoba memecah keheningan di dalam mobil yang hanya di isi oleh dua anak manusia itu.

Tristan masih sibuk memberikan anti septik pada luka Aluna, pertanyaan dari Aluna tidak mengalihkan perhatiannya pada lutut yang tergores itu.

"Angger itu temen gue udah lama, kita temenan sejak kuliah tapi semenjak Bokapnya Angger bangkrut Angger putus kuliah" Tristan masih ragu harus melanjutkan ceritanya atau tidak

"Terus? Terus? Gimana lagi apa yang terjadi sama Angger?" dengan tampang penasaran Aluna mencoba mengungkap kebenaran tentang Angger

"semenjak bapanya Angger bangkrut Angger menjual rumahnya untuk melunasi hutang-hutang, kebetulan orang tua gue memutuskan pulang dari luar Negri dan berniat membeli rumah jadi deh rumahnya Angger dibeli sama orang tua gue "

"Terus Angger tinggal dimana?"

"Angger tinggal di Apartement pemberian Anggun, Anggun itu Anak dari bos perusahaan tempat Angger bekerja, mungkin karna Angger merasa berhutang budi Angger menerima cinta Anggun"

"Oh jadi Anggun yang nembak Angger duluan? Sebegitu hutang budinya apa?" Aluna memasang tampang tidak suka ketika Tristan menyinggung soal Anggun

"Jelas hutang budilah jaman sekarang mana ada perusahaan besar yang mau menerima sekertaris hanya bermodalkan ijazah SMA kalau tidak ada alasan tertentu"

"Tapikan Angger itu mungkin sudah mahir dalam hal itu karna dulu ia juga anak dari seorang Presiden Direktur perusahaan besar"

"Memang iya itu juga si, bukan hanya jadi sekertarinya Pak Handoko Angger sudah seperti tangan kanannya Pak Handoko" jelasnya lagi

"huaah pusing kenapa semuanya jadi serumit ini kenapa Angger harus terjerat hubungan semacam itu" Aluna mengacak-acak rambutnya prustasi dengan situasi sekarang sungguh membuatnya sulit.

"Udahlah mendingan sekarang gue anter lo pulang dulu tanya-tanyanya sama Angger langsung aja tunggu ya gue ambil sepda lo" Tristan berlalu meninggalkan Aluna sendiri di dalam mobil.

*Ternyata kehidupan Angger begitu berat selama ini, aku tidak bisa menyalahkan Angger dengan keadaan yang rumit ini aku yakin aku bisa membantu Angger bangkit kembali dan mengingat janji kita dan hanya aku yang berhak memanggil kamu My Angger bukan wanita yang beraninya mengambil keuntungan diatas situasi sulit seperti ini*

RemindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang