#5

72 5 0
                                    

***

Orang tua dari masing-masing murid telah memasuki ruangan kelas masing-masing untuk mengambil raport anaknya masing-masing. Zera sedang pergi sebentar ke kantin untuk membeli beberapa makanan. Seharusnya mamaku sudah keluar sejak awal karena tentu saja raportku yang akan dibagikan duluan. Tapi tetap saja itu tidak akan terjadi kalau terlalu banyak pesan-pesan yang ingin disampaikan wali kelasku.

" Congratulation Al..." huh, aku sedikit kaget dengan kedatangan Rafi yang tiba-tiba.

" Thanks Raf, eh tapi kok kamu masih belum bisa manggil nama aku Lexa sih?"

" Emang kenapa?"

" Yah nggak ada, aneh aja gitu. Semua orang kan manggil aku Lexa bukan Al. Emangnya aku Al Gazhali apa?"

" Hahahahhh, kamu nih... ada-ada aja." Rafi memang begitu. Entah kenapa sejak awal dia tampak keberatan memanggil namaku yang biasa 'Lexa' dia justru membuat panggilan baru yaitu ' Al' yang diambil dari nama depanku ' Alexa'. Memangnya sebegitu berat ya perbedaan antara Lexa dengan Al? Padahal kan cuman beda dua huruf.

" Eh Raf, congrat ya..." Zera sudah kembali dan menghampiri tempatku.

" Congrat?" tanyaku tidak mengerti. Memangnya selamat atas apa?

" Lho, kamu gak tau Lex? Rafi kan juga ranking satu kayak kamu," ucap Zera dengan tatapan menyelidik. Bukannya aku bermaksud sombong atau apa sampai-sampai orang yang sekarang sedang dekat denganku tidak ku pedulikan nilainya. Rafi kelas sepuluh perbankan tiga. Jadi jelas kalau dia juga bisa bersaing denganku. Sial, aku lupa memperhitungkan ini. Sahabtku jadi sainganku dan sekarang gebetanku juga jadi sainganku. Sepertinya rumor yang dikatakan Zera tidak main-main. Permainan akdemis begitu diminati dan dihargai di SMK Sight Light. Sepertinya aku harus benar-benar berusaha keras jika tidak ingin kesenanganku yang sekarang diambil alih oleh Zera atau kawanku yang lain. Semua ingin jadi nomor satu.

" Sorry ya Raf, aku nggak terlalu merhatiin tadi. But, congratulation boy. You're the best for me, good job!" ucapku sambil menyalami Rafi.

" Ehm ehm..." goda Zera yang membuatku melototkan mata padanya.

" Alexa?"

" Ya, saya pak," jawabku saat seorang guru yang tidak begitu ku kenal menyebutkan namaku. Sepertinya ini pak Ariez, guru olahraga kelas dua belas. Makanya aku tidak terlalu mengenali beliau.

" Bisa ikut bapak sebentar?" aku mengangguk setuju dan mengikuti langkah bapak itu dengan terburu-buru. Tak lupa untuk say goodbye pada Rafi dan Zera.

Kami berjalan menyusuri berbagai macam lorong hingga sampai di ruang guru. Ruangan bapak ini berada sedikit di belakang, tempatnya lumayan luas dan menyimpan berbagai macam koleksi alat olahraga. Di depa mejanya tertera dengan jelas nama Ariez di situ yang menandakan bahwa perkiraanku tidak meleset. Tapi, ada urusan apa guru olahraga ini denganku?

" Begini, bapak diberi amanah untuk memberikan ini pada kamu..." Bapak itu menyerahkan sebuah amplop coklat dengan korp Primagama tertera begitu besar dan jelas.

" Ini???" tanyaku tidak terselesaikan karena Bapak itu segera menjawabnya.

" Itu beasiswa untuk les gratis di Primagama, harusnya beasiswa itu diberikan saat pembagian raport semester genap. Tapi mengingat nilai kamu yang luar biasa tidak menutup kemungkinan Primagama bersedia memberikan satu kursinya secara Cuma-Cuma pada murid sepintar kamu selama satu semester ke depan.

" Hanya kamu yang mendapatkanya. Dengan mempertimbangkan bayak hal, penawaran ini dengan sengaja kami rahasiakan agar tidak ada kecemburuan diantara murid-murid pintar yang lain dan... kebetulan bapak tidak menjadi wali kelas manapun, makanya bapak yang di beri amanah. Meski begitu nak Alex...

" Alexa pak," ralatku dengan segera. Entah kenapa nama Alex terasa menjengkelkan jika disebutkan oleh seseorang.

" Iya nak Alexa, meski begitu bapak juga cukup sibuk mengurus event basket yang sebentar lagi akan berlangsung. Bisa kamu bantu bapak?" aku berpikir sekali lagi. Apakah harus menolak atau menerima saja? Bagaimana dengan mama?

" Hm pak, boleh saya tanya mama saya dulu? Takutnya..."

" Iya silahkan," bapak itu segera mengizinkan tanpa perlu penjelasan panjang lebar. Seperinya dia memang sedang sibuk seperti yang dikatakannya.

Ma, udh slsai blm?

send to: Mama

Ini aja baru kata pembuka

send to:  Kakak


Melihat balasan dari mama, tanpa perlu waktu lama aku segera mengiyakan permintaan pak Ariez. Bapak itu menyerahkan satu dokumen file dan kotak berukuran sedang untuk kubawa ke Sport Hall SMK Sight Light. Pak Ariez bilang aku harus menyerahkan semua benda ini kepada kapten basket cowo Sight Light. Sebelum pergi, pak Ariez tidak lupa untuk menawariku bergabung dengan tim basket putri Sight Light. Katanya, tim basket putri Sight Light juga butuh orang pintar sepertiku. Pak, untuk jadi pintar gak perlu bisa main basket ucapku dalam hati. Tapi tetap saja tawaran itu ku tolak dengan sopan. Namun tetap saja bapak itu memberikan aku kesempatan untuk berpikir kembali dan aku tidak ingin meikirkan hal itu.

" Oh ya, pak nama kapten basketnya siapa?" tanyaku pada ruangan guru yang kosong karena semua guru sedang super sibuk. Huft, tak apalah. Pasti banyak yang mengenalnya meski tidak sebanyak kak Jota, kakak kelas perbankan terpintar. Kan sudah jelas siapa yang lebih famous di SMK Sight Light, bukan kapten basket, kapten voli, atau kapten futsal di sekolah kebanyakan. But, the famous be wanted in Sight Light just smart student. Seperti ketua Osis, humas Osis, ataupun ketua-ketua organisasi lainnya bahkan public relation yang biasa memandu acara di SMK Sight Light, semua adalah anak-anak dengan otak top. Cemerlang sempurna.

Pak Ariez juga ke mana lagi? Baru saja aku melangkah keluar sebentar bapak itu sudah menghilang pergi. Beliau hanya memberikan info secara garis besar, membuatku bingung harus mengantarkan ini pada siapa. Kapten basket SMK Sight Light memangnya siapa? Seperti apa rupanya? Kelas berapa dia? Apakah kelas dua belas atau kelas sebelas. Dan dari jurusan mana dia?

Huft, sungguh banyak yang tidak ku tahu soal ini. Bagaimana bisa tahu jika saat class meeting diadakan aku dan Zera selalu nangkring ke Perpus bukannya ke Sport Hall untuk menyaksikan pertandingan. Bagiku dan bagi kebanyakan murid-murid Sight Light kompetisi olahraga class meeting yang diadakan tidak terlalu menarik.

Hanya beberapa ajang perlombaan saja yang paling banyak disukai. Seperti adu panco, tarik tambang, catur dan scrabble (kalau yang satu ini aku juga mengikuti lombanya). Spelling B dan Story telling juga termasuk dalam daftar event class meeting yang banyak dihadiri. Dan tentu saja lomba tersebut tidak diadakan di Sport Hall.

Jadi, aku memang sama sekali belum pernah menginjakkan kaki ke Sport Hall Sight Light. Kalau Perpustakaan? Ah, tak usah ditanya. Mayoritas murid-murid Sight Light sangat menyukai jika berada di sana. Makanya Perpustakaan kami sangat istimewa.

Hi guys, thanks again for keep reading "Smart vs Dumb".

sorry for typo

Smart vs DumbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang