#14

128 10 0
                                    

The end

Alex ikut berdiri bersisian bersamaku. Kali ini kami sama-sama terdiam menyaksikan sunset yang sungguh indah luar biasa. Tidak seperti waktu itu, aku menyaksikan sunset di tengah perjalanan dengan naik motor. Kali ini aku benar-benar menyaksikan sunset dengan kesunyian yang begitu murni. Yang terdengar hanya suara deburan ombak serta kicauan burung yang merdu.

" Alexa..."

" Hm?"

" Setiap kita pasti pernah bodoh dan pintar secara bersamaan." Benar Lex. Aku tidak akan meremehkan siapapun lagi. Aku tidak akan menganggap seseorang bodoh, karena dibalik kebodohannya pasti tersimpan sebuah kepintaran yang luar biasa. Dan setiap yang pintar, pasti juga pernah merasa bodoh. Seperti yang ku alami.

" Alexa, gue pernah bilang akan sulit bagi gue yang pernah patah hati level berat buat jatuh cinta lagi. Tapi nyatanya takdir justru berkata lain.

" Gue justru mencintai seseorang lebih cepat dari yang gue kira. Gue menerimanya, tidak pernah sedikitpun gue menampik perasaan indah itu. Entah sejak kapan gue mencintai dia, yang jelas kali ini gue serius, dan gue gak mau jadi orang bodoh yang pengecut seperti dulu. Gue justru belajar dari kesalahan untuk memperbaiki semuanya..."

" Dia pasti cewe yang beruntung bisa dicintai sama orang kayak kamu."

" Beruntung kenapa?"

" Eh, ralat deh. Dia gak beruntung-beruntung banget, soalnya kamu pernah meluk cewe lain selain dia. Kamu sih, jadi cowo kok murahan banget. Hobinya meluk-meluk aku, udah dua kali pula! Gak cukup beruntung kan tuh cewe."

" Hahahahhh..." dia justru tertawa mendengar jawabanku. Apanya yang lucu sih? Itu kan fakta.

" Mau tau gak alasan gue bisa jatuh cinta sama tuh cewe?"

" Apa?" tanyaku lumayan penasaran.

" Karena dia adalah seorang Alexa..." Hah! Apa tadi aku gak salah dengar? Tunggu, maksud dia apa sih? Dia suka sama aku?

" Bohong! Kamu pasti suka sama aku gara-gara aku cantik?"

" Pe-de banget sih, kalau gue suka sama lo gara-gara cantik, mending gue pacarin aja tuh sahabat lo yang cantik itu." Huh... menyebalkan!

" Jangan-jangan lo suka sama gue gara-gara gue pintar?"

" Kalau gara-gara pintar, gak bakalan gue suka sama lo. Mending gue suka sama Jota, dia kan lebih pintar daripada lo."

" Apaan sih, kak Jota kan cowo... terus gara-gara apa dong?"

" Alexa, denger ya! Gue suka sama lo bukan karena lo pintar, cantik atau apalah itu. Gue suka sama lo karena lo adalah lo. Just a simple." Aku terharu mendengarnya. Baru kali ini aku mendengar seseorang yang mengatakan kalau dia suka sama aku karena aku adalah diriku sendiri.

" Sorry kalau udah nyatain perasaan gue di timing yang gak tepat. Tapi gue gak bisa nunda lagi, gue gak mau ngulang kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Gue gak mau cewe yang gue sayang jatuh ke tangan Rafi, gue mau dia tahu kalau gue selalu ada buat dia. Kapanpun..."

Aku sungguh tidak bisa menjawabnya. Perasaanku jadi campur aduk. Tapi sepertinya Alex butuh jawaban. Aku sadar, seseorang tidak akan bisa digantung lama-lama perasaannya seperti yang terjadi padaku dulu, yang selalu digantungin Rafi dan akhirnya ternyata cuman dimainin. Untuk menjawabnya, aku hanya bisa memeluk Alex.

Sepertinya dia agak kaget dengan pelukanku yang tiba-tiba itu. Tapi aku tidak peduli. Cewe itu memang beruntung, sangat beruntung. Meski aku masih bingung dengan perasaanku, tapi aku gak akan menyia-nyiakan cowo langka kayak Alex. Cowo hebat, pintar, dan setia.

Alex membalas pelukanku. Dengan sangat erat, seolah-olah tidak ingin melepaskanku. Di bawah gemerlap bintang-bintang, di bawah bentangan langit malam yang maha luas, diiringi deburan omabak, dia mengatakan sesuatu. Sesuatu yang meyakinkanku, meberitahuku apa namanya rasa ini. Sesuatu yang sangat jelas dan indah, seindah bintang-gemintang yang bersinar di malam ini.

" Aku suka, sayang, dan cinta sama kamu..."

***

Yay! akhirnya the end juga. fiuhhh... status cerita - selesai - 

Smart vs DumbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang