Epirolog [intip Badai]

17.1K 934 139
                                    

Aku tak punya dendam apapun pada gadis itu. Dia tak bersalah. Rintik hanya berada di posisi tak tepat dan mengenal orang yang tak bijak. Sebenarnya, ada rasa tak tega, tapi setiap kulihat cara si Bangsat itu menatap Rintik, aku bisa paham bagaimana perasaan yang disembunyikannya.

Pantaslah kalau selama ini si Bangsat itu membunuh bosan dengan gadis murah yang mampu dirayu harta. Rintik sangatlah beda dengan mereka. Aku yakin Awan hanya ingin menjaganya. Tak heran kalau Bangsat itu tak pernah mengajak Rintik ke dalam lingkungan kami. Ia pasti menginginkan gadis itu untuk dirinya sendiri.

Kali ini tak akan kubiarkan si Bangsat itu bahagia. Rintik pantas mendapatkan lelaki yang lebih baik dari Awan. Sekarang, ketika Rintik sudah ada di sisiku, tak akan pernah kulepaskan dia. Tidak untuk lelaki lain apalagi untuk si Bangsat itu. Apapun taruhannya!

 Rintik hanya untukku. Rintik hanya milikku. 

_0_o_0_

“Aku lagi suka sama cewek, Bun.” Kumasuki dapur dan menemui ibu tiriku yang sedang menyiapkan makan untuk Petir.  

Spontan saja ibu tiriku menoleh dengan kedua mata melolot. Aku tahu pasti kalau dia tak percaya. Sejak kehilangan Mama, aku bahkan tak pernah mendekati seorang gadis pun. Aku mengangguk untuk menyakin Bunda akan ucapkan tadi.

“Yang bener?” jerit ibu tiriku mulai histeris.

“Iya,” jawabku pelan menunduk malu.

“Kyaaaaa … akhirnyaaaaa! Bunda pikir kamu udah enggak nafsu sama cewek Dai.” Ibu tiriku meletakkan mangkuk berisi makanan bayi di atas meja makan lalu menghampiriku. Dia melompat-lompat kegirangan sambil memelukku.

“Bun, jangan histeris gini dong, aku kan jadi malu.” Pipiku panas. Jantungku berdebar sangat kencang entah karena apa.

“AAAAAAAAAHHHH, kamu lucu banget. Anak Ayah-Bunda udah dewasa. Bentar lagi minta kawin pasti. Duh—duh—duh, Bunda harus bilang Ayah biar mulai nabung untuk nikahin perjakanya.”

“Bun, udah dong. Aku mau jemput dia dulu ya,” ujarku langsung kabur sebelum ibu tiriku semakin histeris dan bertindak aneh-aneh.

“Badaaaaaaaaaai, jangan kabur, ceritain dulu!” teriak ibu tiriku begitu aku beranjak menjauhinya.

“Nanti aja kapan-kapan langsung kukenalin ke dia,” balasku sebelum keluar rumah dan menghampiri mobil.

Sejak melihatnya di pesta ulang tahun Andre, aku tak bisa berhenti memikirkan gadis bernama Rintik itu. aku bahkan sampai meminta anak buah Ayah untuk mencari tahu tentang dirinya. Ketika mendapatkan hasil dari investigasi anak buah Ayah, hanya satu hal yang sangat tak kusukai. Kenyataan bahwa dia bersahabat dengan si Bangsat Awan. Lucunya, ketika di pesta, Rintik mengaku kalau Awan adalah pacarnya. Kebohongan yang sangat tidak masuk akal. Dan aku berniat mengonfrontasi Rintik hari ini.

Entah bagaimana, tapi aku harus menjadikan dia milikku.

_0_o_0_

“Bun, aku mau ke DC,” ujarku pelan. Bunda sedang menemani petir bermain di ruang keluarga ketika aku datang.

“Mau ngapain?” Ibu tiriku langsung meletakkan balok plastik yang sedang dipegangnya di lantai dan menatapku dengan penuh kecurigaan.

“Ngurusin urusan sama Erica,” jawabku. Ekspresi curiga Bunda langsung luntur dan berganti dengan kelegaan.

RintikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang