Chapter 32 - Endless Apologize

189 0 0
                                    

Lemah. Sakit. Terluka. tak berdaya.

Semua itu seakan menyatu ke

dalam jasad yang terbaring ringan

di atas ranjang.

Sinar matahari terlihat bersinar dari balik jendela yang berselimutkan tirai.

Sesosok pria terlihat membuka kedua mata coklat madunya secara perlahan-lahan.

Rasa nyeri yang begitu kuat mulai melandanya disaat ia mencoba menggerakkan sedikit dari anggota tubuhnya.

Kepalanya sungguh terasa pening bahkan terlalu berat untuk menoleh.

Ia sungguh tak memiliki tenaga lagi.

"di...dimana...a..aku...?"

pertanyaan itu hanya bisa ia

panjatkan dengan begitu pelan. Ia

mulai mengarahkan pandangannya

ke segala arah. Mencoba

memperhatikan sekelilingnya.

Putih. Ya, ia mendapati banyak

sekali warna putih. Dinding,

ranjangnya, keramik lantai,

semuanya putih. Sama seperti

warna putih rambutnya dan

pucatnya warna kulitnya. Di

samping kirinya sudah terdapat

selang infus yang terus menjalar

dengan ujung jarum yang

menembus dan menghiasi telapak

tangannya. Cairan dalam infus itu

perlahan-lahan menetes dan

mengalir ke dalam tubuhnya.

Aroma obat-obatan steril mulai

menusuk indera penciumannya.

Sebuah jawaban muncul di

otaknya.

'rumah sakit...' batinnya singkat.

Ryou mulai menghela nafasnya

perlahan-lahan. Ia tak pernah

merasa tak berdaya seperti ini. ia

tak hanya merasakan sakit di fisik

namun juga hatinya. Sanubari

terdalamnya. Ia mulai mengingat

semuanya. Kejadian menyakitkan

yang berlangsung waktu itu.

pukulan, tendangan, cengkraman,

penghempasan, semua itu ia

dapatkan dengan begitu kasar.

Alunan permohonan ampun seakan tak didengarkan oleh penyiksanya.

Ia terus saja mendapat ganjaran

itu. dan ia pun sangat menyesal.

Menyesal dan merasa bersalah. Ia

memang pantas mendapatkan

perlakuan itu. setelah apa yang ia

lakukan pada orang yang sangat ia

cintai, Ia pantas mendapatkan

sebuah kehancuran.

My Housemate Like A HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang