banana boat malapetaka

13.5K 970 5
                                    

"kamu dari mana aja, Sia?" Tata terbangun ketika dengan hati-hati Tasia berbaring kembali di ranjangnya.

"Tadi aku pergi keluar sebentar karena tidak bisa tidur" ia segera menutup tubuhnya dengan bed cover putih.

"Kok..?" Tata mengerutkan dahinya dan segera terduduk.

Tasia tersenyum "aku tidak kenapa-kenapa kok. Soal mitos itu, entah benar atau tidak. Buktinya, aku masih sehat saja di sini"

"Bukan. Ini wangi dari tubuhmu ya? Bau bunga, seperti bunga tujuh rupa untuk berendam di salon-salon" Tata semakin bingung.

"Ah, masa sih, Ta? Hidungmu mungkin sedang bermasalah. Atau.. kamu mau menakuti ku ya? Hahaha.. sudahlah, aku mengantuk ingin tidur" tawanya segera berbalik membelakangi Tata yang masih menatapnya heran.

"Ya, mungkin aku memang ngelindur" pikir Tata dalam hati.

Dari ventilasi, sepasang mata beriris hitam mengawasi mereka tanpa mereka sadari.

"Aku akan membawamu pulang" gumam Hadyan.

***

Keesokan harinya, Tasia dan teman-temannya bermain air di bibir pantai.

"Awas Mark! Jangan berenang terlalu jauh!" Teriak Tata.

"Huh.. si Mark itu, hanya karena ia mahir berenang, ia anggap lautan tidak akan menelannya" Jordi menggeleng-geleng.

"Kalau begitu aku akan menyusulnya! Mark! Tunggu! Aku akan menyelamatkanmu dari hantu laut!" Seru Patra dengan berlari semakin dalam ke laut hingga ia berenang saat kakinya tidak lagi mampu berpijak.

"Dia itu! Mulutnya perlu diselotip!" Oceh Marya geram.

Tasia hanya dapat tertawa "ingatlah, Marya. Jika nanti kita diganggu hantu, kita harus meminta pertanggungjawaban Patra"

"Oya, Tasia. Memang sandal jepit mu kemana? Kenapa kamu jadi pakai sandal balon?" Tanya Tata.

Wajah Tasia langsung berubah menjadi masam "Patra meminjamnya sampai kotor dan melar kemarin"

Sontak Tata dan Marya tertawa ketika membayangkan kaki Patra yang begitu besar mengenakan sandal feminim Tasia yang begitu kecil.

"Oya! Aku baru ingat! Tadi malam, aku bertemu dengan anak kecil yang sangat lucu. Ia menginap di kamar blok pari" ujar Tasia.

"Anak kecil? Malam-malam seperti itu? Mana mungkin" sahut Marya.

"Benar Mar, aku tidak bercanda. Orangtuanya sangat ceroboh membiarkan anak itu bermain sendirian. Aku yang mengantarnya kembali ke kamarnya. Ayo, kita ke sana. Anak itu sangat lucu, kalian pasti gemas melihatnya. Terutama kamu, Mar, kamu kan suka anak kecil" ajak Tasia antusias.

"Kalau begitu ayo kita ke sana" jawab Marya terpancing semangat sahabatnya itu.

Lalu mereka bertiga berjalan menuju blok pari sambil bercengkrama. Kebanyakan Tasia menceritakan mengenai lucunya wajah anak semalam dan betapa polos kata-katanya.

Akhirnya mereka sampai di kamar paling ujung yang adalah kamar anak yang diceritakan Tasia.

Kebetulan sekali, ada seorang pelayan resort yang tengah membuka kunci pintu kamar itu.

"Permisi bu, penghuni kamar ini ada di dalam?" Sapa Tasia.

Ibu itu berbalik dengan dahi berkerut "penghuni? Mereka belum datang, mbak. Mereka datang malam ini, karena itu saya harus membereskan kamar ini" jelasnya.

"Maksud saya, penghuni yang tadi malam tidur di kamar ini, bu. Yang memiliki anak kecil laki-laki sekitar tujuh tahun. Atau mereka sudah check-out?"

The Prince Of The East Sea // EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang