kepulangan Tasia

12.6K 858 9
                                    

Hadyan menggenggam kedua tangan Tasia.

"Aku sudah memilihmu. Kau harus tinggal di sini bersamaku. Hidup abadi"

Tasia menggeleng lagi dan semakin menangis "aku mau pulang! Tolong lepaskan aku!"

"Tidak! Mulai sekarang rumahmu adalah di istana ini!" Bentaknya.

Tasia mengerinyit, perlahan menarik kedua tangannya.

Ia masih menatap kedua mata marah Hadyan. Dan dengan cepat ia berlari ke arah pintu dan membukanya.

Tasia berlari sekencang-kencangnya tanpa tahu tujuan. Yang ia cari adalah pintu keluar dari istana yanh sangat megah itu.

Tiba-tiba, bruk! Tasia jatuh terduduk karena menabrak sesuatu yang besar dan berbulu seperti bison.

"Hah?!" Ia terbata dan menyeret tubuhnya untuk mundur, menjauhi makhluk menyeramkan yang ia tabrak barusan.

Belum sempat ia berteriak, Hadyan sudah menarik berdiri dan menutupi wajahnya dengan tubuhnya. Ia tidak mau calon permaisurinya histeris lagi.

Tasia hanya menangis tersedu-sedu dalam gendong Hadyan yang membawanya kembali ke kamar. Lalu ia kembali didaratkan di atas kasur empuk sang pangeran.

Hadyan menarik dagu Tasia hingga ia melihat wajah gadis itu yang sudah sembab. Ia merasa kasihan pada calon permaisurinya.

"Tasia.. lihat aku" perintahnya lunak.

Tasia membuka matanya dan menatap kedua mata tegas Hadyan.

"Kau benar-benar tidak mau tinggal bersamaku? Kalau iya, bisa aku tahu apa alasannya?"

"Aku tidak mau tinggal di sini. Karena, aku tidak mengenalmu dan teman-temanku juga keluargaku ada di rumah. Aku ingin pulang ke rumah ku" isaknya.

"Tapi kita akan menikah. Tidakkah kau mau tinggal di istanaku? Aku akan memberikan apa yang kamu inginkan. Aku akan menyuruh seluruh jin di sini untuk merubah wujud mereka menjadi manusia sehingga kau tidak ketakutan lagi" bujuk Hadyan.

"Menikah? Aku hanya akan menikahi pria yang aku cintai. Sedangkan aku tidak mengenalmu, kita baru saja bertemu. Bahkan aku tidak yakin ini mimpi atau bukan"

Hadyan menghela nafas berat "jadi kau benar-benar tidak ingin berada di sini?" Tanyanya lagi.

Tasia mengangguk "ya.. aku ingin pulang. Tolonglah"

"Baiklah. Tapi ingat, kau tidak bisa lepas dariku. Dan pada akhirnya, aku akan membawamu kembali ke sini"

"Tap.." Hadyan segera membungkam wajah Tasia dan saat itu juga ia jatuh pingsan.

Hadyan menahan tubuh lemah Tasia. Ia memijat keningnya sendiri.
Dilihatnya wajah itu dan dihapuskan air mata yang masih membasahi pipi gadis itu "kau sangat cantik. Bagaimana cara aku membawamu tanpa paksa?"

Lalu ia membuka pakaian gadis itu. Lalu menjilat punggung Tasia dengan lidah ularnya, hingga terbentuk sebuah tanda berupa jeplakan lidahnya dengan warna merah menyala pada punggung itu.

"Dayang!" Teriaknya.

"Ya.. pangeran" seketika tiga sosok dayang muncul begitu saja di samping ranjangnya.

"Pakaikan calon permaisuriku pakaian yang ia kenakan sebelumnya.  Aku akan mengembalikannya ke tepi pantai" perintahnya tanpa semangat.

"Baik, pangeran"

***

Hari sudah gelap. Malam itu, sekali lagi, bintang-bintang tidak berani menampakkan diri mereka.

Hadyan melilit tubuh lemas Tasia. Ia berenang sampai ke tepi pantai dan melepas Tasia di sana.

"Aku akan menjemputmu"

***

Suara sirene dari mobil ambulance, pemadam kebakaran, dan polisi membuat suasana hotel menjadi semakin tegang.

Para perawat segera berhambur keluar dari dalam ambulance dan mengangkut jasad Tasia yang tergeletak tidak berdaya di pinggir pantai.

"Ya pak. Benar. Kemarin saat kami bermain banana boat, saat itulah Tasia menghilang" jawab Jordi pucat pasi.

"Saat kami semua jatuh dari boat, tidak ada satupun yang melihat bagaimana Tasia menghilang. Dia hanya.. hanya menghilang begitu saja!" Jelas Marya sesunggukan.

"Apakah sebelumnya ada keluhan dari korban mengenai pelampung jaket yang tidak berfungsi?" Tanya polisi berkumis itu.

Marya menggeleng "tidak pak. Bahkan yang kami tahu, semuanya baik-baik saja"

"Baiklah. Trimakasih atas penjelasan kalian. Mengenai penjelasan lebih ditail akan dipertanyakan di kantor setelah hasil test rumah sakit korban keluar. Saya permisi dulu"

Lalu polisi itu melangkah pergi. Jordi dan Marya saling menatap untuk saling menguatkan.

Mereka memutuskan untuk pergi ke rumah sakit dengan mobil Jordi menyusul ambulance yang terlebih dahulu membawa Tasia, Mark, Patra dan Tata pergi.

Setelah sampai di rumah sakit, mereka berdua langsung masuk ke dalam ruangan di mana Tasia berbaring lemas tak sadarkan diri.

Di sana ada mark dan Tata yang duduk di sofa dan langsung berdiri menyambut mereka.

"Bagaimana keadaan Tasia?" Tanya Marya terburu-buru.

"Kata dokter dia baik-baik saja. Hanya mengalami sedikit trauma akibat kaget saat tenggelam" jelas Tata.

"Syukurlah ia tidak apa" Marya mengela nafas lega. Namun rautnya kembali menegang saat melihat wajah Jordi.

"Aku tau, Jordi" ucap Tata.

"Aneh, kan..?" Angguknya.

"Bagaimana bisa, hilang secara tiba-tiba dan baru ditemukan kembali setelah lebih dari 12 jam. Tanpa luka, paru-paru baik, dan hanya trauma psikologi" lanjut Jordi.

Mereka berdiri melingkar dan saling menatap curiga. Tahu akan pikiran satu sama lain.

"Sejak malam itu. Ada yang aneh. Malam saat Tasia pergi keluar ke pantai dan kembali dengan bau kembang tujuh rupa" cerita Tata.

"Setelah itu, paginya, ia bercerita tentang anak kecil imut yang ia temui malam itu. Anak yang ia bilang menginap di blok pari, dan setelah kami mengecek kamar anak kecil itu, ternyata kamar itu sudah kosong sejak satu minggu lalu" tambah Marya menggosok-gosok lengannya sendiri yang merinding.

"Apa? Serius seperti itu?!" Jordi terbelalak.

"Maksudnya malam itu, Tasia keluar ke pantai sendirian?" Tanya Mark cepat.

Tata mengangguk "dia keluar saat kami sudah tertidur. Dan kembali dengan aroma bunga tujuh rupa yang keluar dari badannya"

"Sudah ada larangan soal keluar di pantai malam hari bukan? Kita tidak boleh melakukan itu seorang diri. Apa yang Tasia pikirkan? Jelas-jelas dia itu penakut" ujar Patra.

"Kamu benar, Patra. Aku juga bingung atas perilakunya. Apa jangan-jangan, dia diikuti oleh sosok dari pantai itu? Sosok anak kecil yang ia ceritakan?" Ungkap Jordi.

"Itulah yang aku takutkan" angguk Tata.

"Ung.." Tasia mulai siuman dan teman-temannya langsung mengerumuni ranjangnya. Mark segera memencet tombol darurat agar perawat segera datang.

Tasia mulai membuka kedua matanya perlahan. Tampak ia kebingungan dan memerhatikan teman-temannya satu per satu.

"Aku di mana?" Tanyanya serak.

"Tasia.. kamu di rumah sakit. Kamu hilang saat kita sedang bermain banana boat. Lalu kamu terdampar kembali di pantai" jelas Tata pelan.

Tasia tampak berpikir bingung. Kerutan nampak jelas di dahinya

"Hilang? Kapan? Aku tidak ingat. Terakhir kita terjatuh dari banana boat" jawab Tasia.

The Prince Of The East Sea // EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang