Rain 6 : Dia berubah

68 8 0
                                    

Hari ini adalah hari bebas untuk Raina. Ia boleh keluar dari rumah sakit karena gips nya sudah dilepas.

Sebelumnya, ia juga telah membatalkan semua sponsor karena tidak diperbolehkan oleh seluruh guru (tanpa rapat). Itu tidak masalah, karena Farcon tetap berjalan sampai tanggal yang ditentukan.

Sekarang, ia sedang menarik tas koper berisi keperluan nya di rumah sakit. Sedangkan Mama Ari, berada di depan dengan membawa tas tenteng yang lumayan besar. Jalannya santai saja ,tidak seperti ibu-ibu jaman sekarang. Yah, sebelas duabelas dengan mama Rita, mamanya Nagita Slavina.

"Raina, cepet jalannya. Mama udah didepan tapi kamu masih dibelakang. Cepet nak." Suruh Mama Ari tegas melihat anaknya yang berjalan lambat.

Raina mendengus kesal.
"Mama nggak liat apa. Anaknya masih sakit kayak gini, disuruh bawa koper segede kudanil. Lagian, mama nggak bawa Pak Tirto. Kan jadinya repot gini. Ih, mama." Raina mengeluh karena mamanya tidak membawa supir. Pak Tirto adalah supir yang setia, ia sudah bekerja dengan keluarga Raina selama 12 tahun. Dan mempunyai istri seorang pembantu, namanya Budhe* Sumi. Budhe Sumi juga bekerja di rumahnya.

Ari hanya nyengir menunjukkan gigi putih bersih, namun terselip kulit cabai di bagian gigi atas.
"Ya sorry, kan tadi kamu nggak minta Pak Tirto kesini, jadinya Pak Tirto sama Budhe Sumi, mama suruh dating."

Raina cekikikan melihat sebuah benda yang terselip di antara gigi ibunya. Cekikikan-nya berubah menjadi terbahak-bahak karena sang ibu semakin cengo atas terbahak-bahak-an anaknya.

"Apaan sih? Kok ketawa terus?" Ari mulai jengkel karena anaknya tak mau berhenti tertawa.

Sambil menahan tawanya, Raina mulai berbicara, " Itu, gigi Mama ada cabenya. Makan apa sih? Njir. Mama lucu banget. GAKUKU GANANA. Bhakakakakakak"

Raina memang anak yang durhaka, Mamanya berpenampilan lucu malah tertawa. Bukannya berhenti, malah semakin kencang sambil memegangi perutnya yang kram. Orang-orang yang lewat mulai keheranan kepada Raina yang terus tertawa, bahkan sampai berguling-guling di lantai.

"Raina! Bangun nak! Mama malu sama kamu, Mama tinggal lo ya!" Ari benar-benar jengkel terhadap sikap Raina yang tak tahu malu. Ari terus berjalan menuju parkiran tempat mobilnya berada.

Raina yang melihatnya, langsung bangun dari tanah dan mengejar Mamanya, "Mama, tungguin. Mama!" Raina berteriak untuk menyuruh mamanya berhenti. Tak peduli tatapan dari orang-orang, ia terus berlari dan-

"Aduh."
Bukan Raina yang jatuh, tapi seorang anak kecil di depannya. Anak kecil itu jatuh karena tersandung batu yang lumayan besar. Sorry ya, hidup Raina bukan drama ala-ala di Wattpad (eh).

"Adek, hati-hati." Lagi-lagi itu bukan suara Raina, melainkan suara dari seorang laki-laki.

Bayu?

Raina POV

Bayu? Itu suara Bayu kan?
Kenapa dia ada disini?

Tapi sumpah ya, kok bajunya gak kayak Bayu si Cupu? Bayu berubah?

Bayu yang sekarang memakai Kemeja kotak-kotak warna biru, dengan joger pants warna milo, dan juga jam tangan Eiger. Rambutnya lurus di-pomade ke belakang, dan pada bagian pinggir ditipiskan.OMAGAD? Bayu jadi anak kece? Apa kata negara?

Bayu sedang membantu Sang Adik untuk berdiri dari jatuh. Rambutnya yang tertiup angin sepoi-sepoi meningkatkan kadar ke-kece-an-nya. Ada ya orang Cupu jadi kayak gini? Kok baru tahu?

Bayu menoleh kepadaku, dengan gaya slow motion. Uh, biasa aja.

"Raina? Ka-kamu kok bisa ada disini?" Bayu sepertinya sengaja membuat cara bicara yang gugup itu. Ia menundukkan kepala, seakan-akan takut padaku.

Aku berusaha memancingnya dengan kata-kata yang menohok. Soalnya, ia hanya berpura-pura menjadi anak yang Cupu.

"Gak usah sok Cupu lo Bay. Gue udah tau." Aku menyeringai senang melihat dirinya yang gelagapan.

"Eh, kalo lo udah tau, jangan kasih tau orang lain ya. Gue gak mau kedok gue jadi kebongkar gara-gara mulut ember lo." Aku hanya tersenyum ramah. Aku bukan cewek yang ember, dan membocorkan rahasia orang lain.

"Dibawa santai aja Bay, gue bukan orang ember. Btw, ngapain lo disini?" Hanya sekedar basa-basi ditambah penasaran aku bertanya.

"Kak ini siapa?" Oh, adik kecil Bayu bertanya siapakah gerangan diriku ini.

"Temen kakak. Udah, sana kamu pergi ke kamarnya kak Ridho." Bayu menyuruhnya pergi dari sini. Adik kecil itupun berlari pergi meninggalkan aku dan Bayu, sembari menyenandungkan lagu-lagu Taylor Swift. Anak kecil kok udah tahu lagu gituan ya? Mungkin, karena Mamanya juga jadi anak kekinian.

"Oh, habis jenguk Ridho, kan Ridho sepupu gue. Kenapa lo kok bawa koper berat gini? Gue bantu ya?" Koper? O ya, aku tadi bawa koper untuk pulang ke rumah bersama Mama. Tapi, Mama mana ya?

Tin tin

Itu suara mobil Mama! Aku harus cepat-cepat masuk sebelum terkena semprotan dari Mama Ari.

1

2

3

"Raina! Masuk! Mama udah tunggu kamu dari tadi. Eh, malah ngobrol disini. Kamu itu ya, udah gede tapi masih belum tahu kedisiplinan. Cewek macam apa itu?" Door. Semprotan dari rapper Indonesia sejati mulai disuarakan bung, dengan mempesona yang membuat telinga kita rusak seketika.

Aku yang tak terima pun membalasnya, "Mama juga. Orang anaknya tadi jatuh, bukan ditolongin malah ditinggal. Nanti, kalau tangan Raina retak lagi, gimana? Mama gak kasian apa?" Yang jatuh bukan aku sih, tapi anak orang. Sekali-kali lah, bohong.

"Yaudah, Mama minta maaf. Ayo sini sekarang naik. Lain kali jangan gitu lagi ya, dosa." Akhirnya, Mama mulai mengalah sebelum aku ganti menyemprot mama dengan kata-kata yang menusuk.

Karena ada Bayu disitu, aku pamit kepadanya, "Bay, gue duluan ya. Assalamualaikum."

Dan akhirnya mobil Jazz putih kesayanganku pulang ke rumahnya.

¤¤

Petang ini, adalah petang yang buruk bagi Raina. Pasalnya, ia hanya berguling-guling di kasur biru kesayangan. Ari tidak boleh membiarkan anaknya keluar rumah karena nanti malam terdapat sebuah acara spesial.

Kakek dan Neneknya akan mengadakan pesta ulang tahun pernikahan yang ke-35 tahun. Acaranya, dilaksanakan di rumah Raina. Karena, rumah Raina adalah yang terbesar di banding rumah saudara-saudara ibunya.

Raina keluar dari kamar untuk melihat keadaan rumah. Para pegawai yang hilir mudik menyiapkan pesta nanti malam adalah hal membosankan baginya. Ia melihat sekeliling, berharap bahwa akan ada hal yang menarik untuk di tonton.

"Oi! Sayangku, Cintaku, Kasihku." Itu adalah Priska, seorang sekretaris OSIS yang juga masih berkerabat dengannya. Kakek dan Nenek Priska adalah teman dari Kakek-Nenek Raina. Jadi, sah-sah saja bahwa Priska masuk kedalam rumahnya.

¤¤

Sekarang, Raina sudah mengenakan gaun yang sangat cantik berwarna hitam. Dengan Flatshoes abu-abu.

Ia menuruni tangga dengan anggun menuju ruang dimana acara diadakan.
Matanya menyusuri ruangan berharap ada seorang yang membutuhkannya.
Saat manik matanya menuju pada Sang Nenek, ia dipanggil oleh Sang Nenek untuk berada disamping tempatnya.

Ia berjalan kepada Sang Nenek santai, namun seluruh orang pada pesta itu melihat takjub Raina. Dan ia seakan berhenti bernafas saat melihat seorang remaja putra yang sangat tampan.

Dia.

Bayu.

.

Bayu lagi?

Lagi?

¤¤
BERSAMBUNG

CloudyRainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang