Rain 7 : Bidadari

47 5 0
                                    

Ia berjalan kepada Sang Nenek santai, namun seluruh orang pada pesta itu melihat takjub Raina. Dan ia seakan berhenti bernafas saat melihat seorang remaja putra yang sangat tampan.

Dia.

Bayu.

.

Bayu lagi?

Lagi?
¤¤

"Kok lo disini lagi sih? Males kali, ketemuan setiap waktu." Raina jengkel melihat Bayu 'lagi' untuk saat ini.

Namun, tak bisa dipungkiri bahwa Bayu saat ini benar-benar sangat-sangat tampan. Tuxedo Abu-abunya yang memikat, ditambah rambut ber-pomade yang ditarik kebelakang. Sepatu pantoefel hitam mengkilap menaikkan level ketampanannya berada pada level 10, yaitu level tertinggi.

Buang jauh-jauh rasa jengkel tadi, sekarang Raina terpesona atas penampilan Bayu. Bola mata Raina berbinar-binar seperti dalam film.

Lama terdiam, Bayu mulai bersuara, "Oh-Hai. Kau terlihat seperti bidadari." Ceplos Bayu karena melihat kecantikan Raina. Ia menggaruk kepalanya, seakan-akan ada sebuah hal yang membuat kepalanya gatal.

"Bidadari?" Raina bukan hanya blushing, namun manik matanya sekarang tambah berbinar-binar. Ditambah, ia bingung dengan kata-kata Bayu.

"Uhm, maksudku kau malam ini sangat cantik. Seperti bidadari." Bayu menundukkan kepalanya. Takut salah mengucapkan kata-kata.

Raina yang menyadarinya juga ikut menundukkan kepala. Dalam keheningan, tercipta suasana awkward diantara kedua insan remaja ini.

"Hm, i see. Kau juga tampan malam ini." Sangat. Tapi Raina malu untuk mengungkapkan kata 'sangat' kepada Bayu. Mereka mengalihkan pandangan. Takut menatap mata lawannya. Takut bahwa rasanya akan berubah. Takut bahwa suatu hal akan terjadi.

Perasaan apa ini?
Berdebar-debar?
Bukankah seharusnya Raina berdebar bila ada Awan?
Kenapa sekarang kepada Bayu?

Raina menautkan jarinya cemas. Sungguh, ia takut akan hal yang akan berubah.

"Dek, kok melamun? Ayo ke atas panggung. Mama udah cari kamu kemana-mana, tapi malah disini. Temen kamu juga ajak kedepan. Tapi nggak naik panggung." Raina menghela nafas lega. Ia akhirnya terbebaskan dari suasana canggung ini.

"Ayo dek, jangan melamun terus." Raina terperanjat saat Sang Kakak menarik tangan Raina, dan reflek Raina menarik tangan Bayu. Mereka bertiga sekarang tarik-tarikan seperti film India.

Raika Naomi Firgina, adalah kakak Raina yang saat ini sedang menarik tangannya. Raina mengamati Raika dari atas mulai rambut sampai bagian bawah yaitu kaki. Raika memakai gaun berwarna hitam-sama seperti dirinya- dengan beraksen emas putih pada bagian leher dan pinggang. Raika dan Raina adalah sepasang kakak dan adik bidadari yang benar-benar cantik malam ini.

¤¤

"Selamat malam semua tamu yang berbahagia. Malam ini, saya akan perkenalkan kedua cucu kesayangan saya. Ini dia, Raina dan Raika." Seluruh tamu bertepuk tangan atas pembukaan acara oleh Roy (kakek Raina).

Raina dan Raika yang merasa namanya dipanggil,mereka naik ke atas panggung.
"Selamat malam hadirin semuanya. Nama saya Raika Naomi Firgina, saya adalah cucu tertua dari keluarga Wijaya. Senang bertemu dengan anda semua." Pada akhir kalimat, Raika membubuhkan senyuman manis pada hadirin. Hadirin bersorak ria, karena melihat senyuman manis Raika. Raina yang tak paham pada situasi seperti ini, hanya bisa diam.

"Dek, perkenalkan diri kamu. Jangan cuma diem aja." Bisik Raika kepada Raina. Bisikannya sangat lemah, agar tidak terdengar oleh orang lain.

"Buat apa kak?" Entah Raina bodoh atau goblok melontarkan pertanyaan seperti itu?

Karena gemas, akhirnya Raika mendorong bahu Raina dengan bahunya sendiri agar berada di dekat mic.

"Eh-hm. Perkenalkan hadirin semuanya, nama saya Raina Firshabella. Senang bertemu dengan anda semua." Dengan semua keberanian, Raina dapat memperkenalkan dirinya di depan umum.

Bukan berarti ia tak pernah berpidato atau berbicara di depan umum, Bukan. Hanya, otaknya agak miring karena mengingat-ingat pujian Bayu. Miring ditambah geser, maksudnya.

Seperti kaset rusak, kata 'Bidadari' terus terngiang-ngiang dikepalanya. Sebuah tepukan di pundak menyadarkan dari imajinasi Raina.

"Raina, dari tadi kamu cuma melamun terus. Ada apa sih?" Raika melontarkan sebuah pertanyaan penuh kekhawatiran pada Raina. Raika hanya saja tak habis fikir atas kelakuan Raina malam ini. Apakah kecelakaan itu juga membuat otak Raina jadi bergeser? Mungkin saja.

"Kak bidadari itu ada ya?" Gumam Raina sangat lirih.

"Apa? Dada dari? Maksud kamu, dada ayam dikulkas tadi dari siapa, gitu?" Karena Raina bergumam lirih sekali, Raika menangkap pertanyaan Raina salah.

"Ehm, bukan gitu kak. Aku tuh tanya, emang sekarang aku kaya Bidadari ya?" Saat bertanya seperti itu, pipi Raina blushing mengingat kejadian tadi.

"Eh dek, kamu kok Blushing? Digoda cowok ya? Siapa? Cucunya temen kakek tadi ya? Namanya Bayu itu?" Raika memberondong seluruh pertanyaan yang ada dikepalanya.

Raina gelagapan, berusaha membuat jawaban dari pertanyaan kakaknya.
"Aku tuh kak-"

"Ciee. Adik kakak yang masih kelas 8 Smp ini udah puber." Belum selesai mengucapkan kalimatnya, Raika langsung memotong ucapan Raina dengan penuh semangat.

"Ih kakak, aku tuh belum selesai ngomong. Gini ya, aku tuh sukanya sama orang lain. Bukan sama si Bayu. Kakak langsung nyrobot aja. Belum dengerin adiknya juga." Kesal, Raina mencubit-cubit lengan Raika.

"Apaan sih dek. Kalau emang suka tuh ya ngomong. Jangan sembunyi-sembunyi. Bayu diambil orang, baru tahu rasa kamu. Sekarang ya, jamannya tikung-tikungan. Sahabat kamu sendiri bisa aja tikung kamu. Saran dari kakak ya dek, dalam sebuah hal itu kalau bisa jangan sembunyi-sembunyi. Nanti kalau orang salah paham, bisa hancur hubungannya. Intinya, jangan pernah sembunyi." Panjang bagi lebar Raika memberikan ceramah pada Raina. Panjang kali lebar maksudnya.

Raika hanya berharap, adiknya tidak akan sembunyi dalam suatu hubungan. Salah paham akan membuat suatu hubungan yang dibangun dengan susah payah, akan hancur berkeping-keping. Salah paham dan kurangnya komunikasi adalah api kecil yang dapat menyulut kebakaran besar.

"Udah deh kak. Raina juga tahu." Raina tahu, bahwa dalam situasi seperti ini Raika mendadak menjadi penceramah dadakan.

"Btw ya dek, temen kamu si Bayu itu mana ya? Setelah adegan tarik-tarikkan, dan kita naik ke atas panggung, nggak lihat Bayu ya? Mana sih?" Raika menengak-nengok mencari Bayu.

"Biarin aja kak. Paling juga dia pulang. Aku mau tidur dulu." Raina dengan cepat membalas Raika. Ia tak berusaha menghindar, karena ia benar-benar mengantuk.

"Iya dek, tidur yang nyenyak ya. Jangan lupa mimpi Bayu." Raika berteriak agar terdengar oleh Raina, karena Raina sudah berjalan menjauh.

Sejujurnya, Raina masih mendengar sayup-sayup suara Raika tentang mimpi Bayu.

Setelah sampai dikamar, ia mencari piyama biru kesayangannya dan menggantinya di kamar mandi.

Bidadari? Bidadari? Raina terus tersenyum hanya karena sebuah kata oleh Bayu.

Ia merebahkan tubuhnya di kasur dan membayangkan kejadian tadi malam.

"Dek jangan lupa mimpi Bayu ya!" Itu suara kakaknya dari luar yang berteriak.

Raina blushing 'lagi' dan 'lagi'.
Ia melamun sejenak, dan saat ia sadar akan perkataan kakaknya, ia membalas.
"Kak Raika sadis!" Raina berteriak sekencang-kencangnya. Dan ia hanya mendengar cekikikan sebagai balasan.

Raina terlelap, untuk memimpikan Bayu.

¤¤
Bersambung
¤¤
Vomentnya ditunggu lo ya 😊

CloudyRainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang