D U A

363 182 144
                                    

Happy reading . . .


Pinky melempar ponselnya ke sembarangan tempat lalu gadis itu menjatuhkan dirinya di atas ranjang qween size miliknya sembari menatap langit-langit kamarnya dengan malas.

"Lo tahu hari ini gue kesel setengah mampus sama yang namanya Adit kampret itu lihat mukanya aja udah bikin gue pengen tonjok tuh muka sok kalemnya." ucapnya sambil menatap langit-langit kamarnya.

"Tapi ganteng sih." ucapnya lagi sambil membalikkan badannya dan memeluk guling yang berada di sampingnya.

"Mana lutut gue sakit lagi, dasar Adit kampret untung ku ganteng kalo lu jelek udah gue ulek-ulek lu."  Setelah mengucapkan kalimat itu, Pinky langsung menutup matanya dan menjemput alam mimpinya.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore dan Pinky sudah bangun dari tidur siangnya. Gadis itu melepaskan handuk yang berada di kepalanya dan menjemur handuk itu kembali di tempatnya.

"Ya ampun, wahai cermin lo bisa lihat rambut gue?" kata Pinky sambil memegang rambutnya yang masih basah.

"Ini rambut gue cabangnya udah stadium akhir."

Setelah memperhatikan rambutnya dengan ngeri ia langsung mengambil gunting yang di khususkan untuk rambut dan memotong rambut bercabangnya. Tak lupa dengan senandung yang tidak jelas yang keluar dari mulutnya. Setelah melakukan itu, gadis itu langsung keluar dari kamar dan menuju ke lantai bawah rumahnya untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan meminta untuk di isi.

Setelah makan, gadis itu langsung berjalan menuju ke sebuah ruangan yang selama berapa hari ini tak ia kunjungi, setelah memantapkan hatinya gadis itu memasuki ruangan itu dan nampaklah seorang wanita setengah baya sedang duduk di salah satu kursi yang menghadap jendela besar yang hordennya tak terbuka sepenuhnya.

Menghela napas, Pinky berjalan dengan hati-hati agar tidak mengagetkan wanita yang sedang duduk itu.

"Mami?" panggil Pinky takut-takut, namun sapaan itu tidak di jawab oleh wanita itu.

Pinky kembali berjalan mendekati kursi itu, setelah sampai di hadapan wanita setengah baya itu Pinky langsung saja membuang wajahnya ke samping agar air mata yang akan tumpah tidak terlihat oleh sang ibu.

Setelah ia rasa cukup tenang, Pinky kembali menatap wanita setengah baya itu dan langsung mengelus tangan wanita itu dengan lembut. "Mami, ini Efsun."

Sekali lagi tak ada jawaban, wanita itu hanya menatap kosong jendela yang berada di depannya. Sedangkan Pinky--- gadis itu hanya mencoba untuk tenang dan berusaha kuat.

"Mami mau Efsun buatin makanan?" tanyanya lagi, dan langsung mendapatkan respon dari wanita setengah baya itu.

Wanita itu menangkup kedua pipi anaknya dan mengelusnya dengan penuh kasih sayang. "Tidak usah, Efsun keluar yah. Mami butuh sendiri." ucap-- Andini.

Pinky hanya bisa pasrah, gadis itu bangkit lalu memeluk sang ibu tak lupa mengecup kedua pipinya, setelahnya gadis itu meninggalkan kamar sang ibu dengan sejuta kesedihan yang ada di hatinya.





"Ef." panggil Regan ketika melihat sang adik sedang duduk termenung sambil menatap kosong taman yang berada di halam rumah mereka.

Pinky membalikkan badannya dan menatap sang kakak dengan pandangan bertanyanya.

"Lo kenapa sih?" tanya Regan membuat Pinky hanya bisa tersenyum canggung menatap sang kakak lalu menggeleng.

Regan berjalan lelaki itu duduk di samping sang adik lalu lekaki itu mengacak rambut sang adik dengan gemas. "Jalan yuk, dari pada di rumah kayak orang bego."

Pinky kembali menggeleng tanpa mau mengeluarkan suaranya.

"Gak asik banget sih lu." kata Regan lagi sambil mendorong pundak sang adik dengan lembut. Pinky hanya terkekeh sembari menatap sang kakak dengan tatapan sendunya.

"Gue kangen mami yang dulu." kata Pinky, sontak kata-kata itu menguat ekspresi Regan menjadi pias dan hanya bisa tersenyum canggung.

"Kalau lo mau mami berubah, lo harus kuat." kata Regan sembari menatap kosong taman yang berada di hadapannya.

"Maksud lo?" tanya Pinky, gadis itu kembali menatap Regan dengan tatapan sendunya.

"Mami hanya punya kita berdua Ef, di rumah ini hanya ada lo, gue, minus Papi." kata-kata itu hanya bisa membuat mereka kembali bungkam tanpa ada yang ingin menimpali.



Jangan lupa vote and comment :)

Love Will RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang