T I G A

269 148 92
                                    

Gue sadar gue yang janji kalian para readers buat fast up tapi malahan gue yang gak fast up hihihiwwww . . .



Disinilah Pinky berada di ruang tamu sambil menatap sebuah frame foto yang sangat besar yang berada di hadapannya, tak lupa gadis itu sesekali tersenyum menatapnya. Ia sangat ingat, bahkan masih mengingat dengan sangat jelas puing-puing kenangan yang entah sejak kapan sudah tak pernah lagi di lakukan oleh keluarganya.

Mulai dari duduk bersama, bersantai bersama, makan bersama, berlibur bersama, sampai tidur bersama.

Semua kebiasaan itu terlewati bagai angin lalu.

Seakan tak sanggup lagi, gadis itu kembali berjalan menuju sebuah grand piano yang berada tepat di bawah frame foto itu.

Gadis itu hanya menatap tuts-tuts piano yang warnanya masih seperti baru.

"Aku bahkan masih ingat dengan jelas Papi beliin piano ini." Pinky menghapus air matanya, gadis itu langsung memasuki kamarnya tak lupa dengan mengunci kamar itu dengan lembut.

Jam menunjukkan pukul sebelas malam, rumah megah itu tampak sepi tak seperti biasanya. Regan keluar dari kamarnya menuju ke balkon kamarnya lalu lelaki itu menatap bintang-gemintang yang bertaburan di langit.

Satu yang hanya bisa lelaki itu rasakan. Hampa.

Lelaki itu mengeluarkan satu bungkus rokok yang selalu berada di saku celananya lalu mengambil salah satu dari mereka lalu mulai menghisap rokok itu sembari menatap langit yang berada di atas sana.

TING . . .

Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya, lelaki itu meronggoh saku celananya dan melihat pesan dari siapa.

Efsun : gue pergi bentar, ada urusan bareng Rafa.

Regan-- lelaki itu hanya bisa tersenyum kecut.

"Urusan apa Ef malem-malem gini?" Regan tersenyum kecut lelaki itu langsung masuk kembali ke dalam kamar lalu dengan segera membuntuti kemana perginya sang adik perempuan satu-satunya itu.

"Pink kita mau kemana sih?" tanya seorang lelaki yang sedang duduk di sebelah Pinky.

Gadis itu hanya tersenyum senang, kembali ia menatap lelaki yang berada di sampingnya lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Eh, eh, eh, lo gila yah? Mau mati lo yah? Pelanin gak?" teriak Rafael ketika Pinky melajukan mobilnya dengan kecepatan gila.

"Kita bakalan seneng-seneng dengan mobil Rafael sahabat terbaik gue." teriak Pinky, gadis itu langsung membuka atap mobil Rafael lalu berteriak kencang agar semua beban yang berada di hatinya meluap.

Rafael hanya bisa diam, ia tahu kalau gadis yang berada di sampingnya ini mengalami masalah tapi ia tidak tahu sama sekali masalah apa yang sedang melanda gadis ini. Akhirnya lelaki itu berusaha tenang walaupun ia sangat takut dengan keadaan ini, di tambah lagi gadis yang berada di sampingnya ini sedikit mabuk.

Setelah kurang lebih setengah jam Pinky jalan-jalan mengelilingi ibu kota akhirnya gadis itu singgah di salah satu tempat perkumpulan yang selalu gadis itu datangi di kala tengah malam bersama sang sahabat--- Rafael.

Rafael hanya bisa pasrah dan turun dari mobilnya.

"Wah gila si Pink dateng nih." teriak salah satu cowok yang wajahnya tidak terlalu tampan, namun ia bisa di bilang ketua dari geng mobil ini.

Love Will RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang