Bab 9

3.6K 350 3
                                    


BAB 9

Luna meninggalkan Kalan dan Tara berdua. Sesekali ia menoleh ke belakang memastikan apa yang sedang terjadi antara mereka. Luna bisa menangkap binar mata Tara serta senyumnya yang tulus pada Kalan. Dan begitu pula Kalan. Ada perih yang menjalar di hatinya melihat senyum Kalan itu. Luna bersedih untuknya dan juga untuk Kalan, cowok yang mampu tersenyum dengan tulus meski sudah diperlakukan dengan kejam oleh cewek di depannya.

Sudah hampir lima belas menit Luna menunggu dengan gelisah di teras kamarnya. Namun Tara belum juga muncul, jantungnya mulai berdegup gelisah. Ia memandang ponselnya dan teringat kalau Kalan belum menyimpan nomornya, kakinya bergerak cepat ke depan namun terlambat Kalan sudah tidak ada. Ia berpapasan dengan Tara dekat gerbang, dan Luna bisa menangkap sisa ekspresi tak percaya di wajah Tara.

"Mas Kalan udah pulang?"

"Barusan." Ada rasa kecewa yang besar di hati Luna. "Mas Kalan beda banget." Tara kembali buka suara dan menyadarkan Luna yang sempat tenggelam dalam kekecewaannya.

"Iya.." Luna dan Tara melangkah bersama kembali ke kamar.

"Aneh..." Tara menghentikan langkahnya dan memandang Luna tajam. "..aneh kan Lun?" ia bertanya untuk memastikan pendapatnya barusan.

"Menurutku sih wajar. Enam bulan di sana bisa mengubah pandangannya, salah satu ya penampilannya itu." Luna mencoba berpikir cepat mencari alasan yang sekiranya masuk akal untuk diterima logika.

"Bukan itu sih.." keduanya tiba di kamar Luna. Tara langsung duduk bersila di atas ranjang Luna sambil memeluk Ulil sedang Luna yang semangatnya sudah menurun drastis memilih duduk di atas karpet dan bersandar di tembok.

"Maksud gue apa mungkin Mas Kalan merubah penampilannya karena dia masih suka sama gue? Gimana menurut lo?" Tara berkata penuh percaya diri dan kata-kata itu cukup mengusik rasa percaya diri Luna sendiri. Mengingat betapa adore-nya Kalan pada Tara. Luna pun mulai menyadari satu hal bahwa bisa saja saat ini Tara akhirnya bisa membuka matanya lebar-lebar dan melihat keberadaan Kalan. Dan bagaimana kalau Tara...? Luna langsung menggeleng cepat berusaha menyingkirkan konsep 'bagaimana kalau'-nya.

"Terus kalau dia merubah penampilannya bukan buat gue trus kenapa tiba-tiba dia berubah?" Tanya Tara lagi, ia mengira aksi geleng Luna tadi adalah jawaban dari pertanyaannya sebelumnya.

"Orang bisa saja berubah karena dirinya sendiri, Ra. Bukan karena orang lain." Luna mencoba mencegah rasa percaya diri Tara untuk melambung lebih tinggi lagi.

"Masa sih?" cibir Tara. "Gue yakin dia pasti berubah karena gue." Tara tersenyum bangga. Ada rasa kesal yang muncul di hati Luna saat mendengar betapa jumawanya Tara saat ini. Tapi bisa jadi Tara benar. Bisa jadi Kalan berubah karena Tara tapi bukan berarti Kalan berubah untuk Tara. Itu berbeda. Luna mencoba menghibur dirinya.

"Kamu ngapain ke sini? Bukannya tadi bête banget dan pengen pulang?" Luna mencoba mengalihkan topik.

"Iya sih maunya pulang tapi tiba-tiba gue merasa kesepian dan nggak mau sendiri. Makanya gue balik ke sini. Gue minta maaf karena jutek sama lo tadi. Maafin gue ya Lun." Tara memasang tampak sedihnya. "Luna sahabat gue yang paling baiiiiiikkkk." Sambungnya lagi dengan wajah yang ditekuk-tekuk sok imut.

"Iya aku maafin, lagian aku nggak pernah marah sama kamu. Aku ngerti perasaan kamu. Tapi janji ya..bicara sama Mas Bintang. Masalah nggak akan selesai kalau kalian memegang gengsi masing-masing."

"Iyaaaaa Lunaaaaa. Aku udah BBM mas Bintang, kita ketemuan ntar malam di rumah gue."

Luna menarik napas lega.

DEAR...   [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang