Bab 17

5.8K 403 1
                                    


BAB 17

Sheila melirik Luna di sebelahnya, kemudian sama-sama tersenyum melihat lima orang ibu berceloteh tak henti-hentinya di depan mereka. Keduanya sedang menunggu hingga kapan ibu-ibu ini berhenti membanggakan anak-anaknya dan segera masuk ke mobil dan berangkat karena hari sudah semakin siang.

Mami menoleh sejenak ke arah Sheila dan Luna yang terabaikan di sudut ruang tamu.

"Kalian berdua ikut mobil tante Vina ya," seru mami. Sheila hanya mengangguk. Dan beberapa detik kemudian mami berdiri dan mulai berperan sebagai pemimpin. Luna menerima ajakan Sheila untuk ikut melakukan kunjungan bersama Mami dan ibu-ibu perkumpulan gerejanya karena jadwal bulan ini mereka kembali mengunjungi Rumah Klaris. Meski tanpa Kalan, Luna ingin sekali melihat sosok Ibunda Kalan itu.

"Yaaa dasar emak-emak, katanya mau berangkat jam sembilan nah sekarang udah jam berapa?" omel Sheila. Ia menoleh ke arah Luna yang hanya diam. "Kamu yakin mau ikut?" Sheila bertanya sekali lagi dengan pertanyaan yang sama.

Luna mengangguk yakin.

"Ayo anak-anak." Panggil mami.

Di mobil tante Vina, hanya ada Luna, Sheila dan anak tante Vina yang berusia dua belas tahun tahun, Tika. Tante Vina memilih bergabung dengan ibu-ibu lain di mobil Tante Dian. Dan sepanjang jalan menuju Kaliurang Sheila dan Luna harus bertahan mendengar semua lagu Super Junior dari koleksi CD Tika, belum lagi ditambah bonus suara Tika yang bikin sakit kuping dengan palafalan bahasa Korea yang ala kadarnya. Luna tak bisa menahan tawa melihat ekspresi meringis Pak Bun, si sopir, sepanjang perjalanan mereka. Sheila sudah sejak tadi ingin semaput, namun langsung mendapat pertolongan Luna. Luna memasang earphone ke kuping Sheila, paling tidak Sheila akan lebih survive dengan lagu-lagu Justin Bieber meskipun ia bukan fans JB sekalipun.

Saat seperti ini Luna jadi teringat Tara. Tara pecinta Super Junior dan Bigbang, penyanyi-penyanyi Korea itu, dan sebagai si pemilik mobil Tara tentu dengan sesuka hatinya memasang lagu-lagu mereka setiap kali jalan bersama Sheila dan Luna. Sheila sering protes dan bahkan mengancam mogok naik mobil Tara kalau Tara tidak mendengar rintihan hatinya. Sheila memang sedikit berbeda, selera musiknya lebih ke klasik atau musik-musik instrumentalia, semacam piano atau saxofon. Karena itu Tara sering menganggap Sheila ketuaan untuk usianya. Sedang Luna, tidak terlalu fanatik dengan satu jenis musik tapi kalau boleh memilih, ia lebih suka lagu dengan bahasa yang ia pahami karena itu daftar lagu di ponselnya lebih cenderung pada Justin Bieber, One Direction atau Taylor Swift. Untuk hal ini Tara pernah protes,

"Musik itu universal, bahasa bukan kendala, nggak harus ngerti lirik dulu lo baru bisa menyukai sebuah lagu."

Luna melirik Sheila yang benar-benar sudah KO dengan serangan Tika dan Super Juniornya. Mobil memasuki halaman Rumah Klaris. Saat turun dari mobil Luna disambut hawa sejuk Kaliurang. Lima ibu bawel sudah terlebih dahulu masuk dan disambut seorang ibu berperawakan kecil namun punya senyum ramah. Luna dan Sheila dikenalkan dengan Bu Rita, ia pemimpin Rumah Klaris ini.

Beberapa penghuni Rumah Klaris sudah cukup mengenal Mami dan empat orang temannya. Mereka berbincang akrab. Mata Luna mencari-cari di antara penghuni Rumah Klaris, sosok yang ia kenal melalui cerita Sheila dan Kalan namun ia tak bisa menemukannya. Hampir semua penghuni Klaris adalah wanita dan hampir seluruh punya cacat tubuh. Namun senyum dan tawa yang mereka perlihatkan saat berbincang dengan Mami dan kelompoknya terlihat lepas dan tulus seperti menggambarkan bahwa tak ada beban yang berarti dalam hidup mereka.

"Bu Dewi kemana, Bu Rita?" tanya Mami, Sheila langsung menyikut Luna pelan memberi tanda bahwa yang ditanyakan Mami adalah ibu Kalan.

"Oh iya, Bu Dewi di rumah sakit. Sudah dirawat hampir lima hari, tapi tadi putranya, si Kalan, sudah ngasih kabar kalau ibunya sudah boleh pulang. Mungkin sebentar lagi."

DEAR...   [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang