Bab 6

3.5K 367 8
                                    

BAB 6

Cumi goreng isi saus mentega yang dihidangkan tante Eta malam ini membuat Luna berhasil menambah nasi hingga dua kali. Tante Eta hanya tersenyum sumringah melihat sahabat putrinya itu makan dengan lahap, bagi tante Eta membuat Luna makan begitu banyak adalah prestasi sendiri untuknya. Ibu sering mengeluh tentang nafsu makan Luna yang payah pada tante Eta, dan karena itu setiap kali Sheila mengajak Luna menginap maka wanita berusia awal 50 itu pasti sibuk menyiapkan menu kesukaan Luna.

Memiliki Ibu yang seorang wanita karir memang membuat Luna kehilangan konsep 'hangat'-nya masakan seorang ibu. Dulu setiap kali hendak berangkat ke sekolah, dan melihat nasi goreng yang terhidang di meja, Luna akan bertanya dulu sebelum menyantapnya. Apakah itu nasi goreng buatan Mbak Yati atau buatan Ibu? Karena buatan ibu pasti diolah dari bumbu instan dan Luna sangat tidak suka. Produk instan yang Luna suka hanyalah mie dan kopi instan.

Luna mengelus perutnya sambil mengikuti langkah Sheila ke balkon kamarnya. Mereka duduk bersisian di sofa tanpa sandaran dan memandang kerlip kota yang sudah tidak semarak beberapa jam lalu karena kendaraan sudah tidak memadati jalanan di depan sana. Kedua punggung mereka bersender pada dinding dan keduanya hanya diam, kepala mereka terangkat memandang langit malam yang hanya berhias bulan separuh.

"Mas Bintang datang ke kos," Luna membuka obrolan. "Dia bicara tentang Tara." Cewek itu melirik Sheila di sebelahnya.

"Terus?"

Luna menceritakan semua pembicaraannya dengan Bintang beberapa hari lalu pada Sheila, dan sahabatnya itu mendengarkannya dengan seksama.

"Kita nggak bisa sepenuhnya nyalahi Mas Bintang. Kita tahu bagaimana Tara, bila ia menginginkan sesuatu." Sheila menaikan kedua kakinya ke kursi. "Tara terang-terangan memperlihatkan rasa sukanya pada Mas Bintang, dan kita tahu kalau Tara sangat cantik, cowok manapun akan cepat luluh dengan semua yang ada sama dia."

Luna mengangguk setuju. Keduanya kembali terdiam. Beberapa kali Luna melirik Sheila karena ia masih ingin meyakinkan dirinya apakah ia akan bercerita tentang Kalan pada Sheila.

"La," panggil Luna pelan. "Sudah dua bulan ini aku berhubungan dengan Mas Kalan." Kepala Sheila bergerak cepat ke arah Luna dengan mata terbelalak dan mulutnya setengah membuka karena kaget.

"Bukan hubungan seperti yang kamu kira!" Luna membuyarkan semua dugaan di kepala Sheila. Dan perlahan mulut Sheila kembali mengatup. Setelah itu Luna menceritakan semuanya tentang awal ia memulai hubungan email dengan Kalan.

"Bagaimana kalau kamu jatuh cinta sama Mas Kalan?" Sheila berkata santai tanpa melihat Luna. Dan tanpa menunggu lama Luna menimpalinya dengan tawa.

"Ya enggaklah..." bantah Luna di sela tawanya. Ia terus mengayun-ayunkan tangannya di depan wajahnya.

"Oke deh...mudah-mudahan." Jawab Sheila dengan gaya santainya dan membuat Luna cemberut. Bicara dengan Sheila memang harus banyak bersabar karena jawaban-jawaban singkatnya seringkali terdengar mematikan dan membuat lawan bicaranya langsung knock out.

"Aku hanya ngerasa kami punya nasib yang sama. Sama-sama ditolak." Luna tersenyum kecut.

"Mas Kalan tuh baik banget." Tiba-tiba Sheila bicara dan berpendapat tentang Kalan. Luna mengernyit heran. "Kamu pasti heran kalau aku bilang aku tahu cukup banyak tentang Mas Kalan." Sheila bangkit dan berjalan ke kamar tak lama ia datang dengan membawa sebuah album foto di tangannya. Ia membuka album foto itu dan menunjukkan sebuah foto lama dengan banyak orang di dalamnya. Seperti foto keluarga.

"Ini Mak Maria namanya." Sheila menunjuk seorang wanita paruh baya yang berdiri di ujung barisan paling belakang. "Mak Maria ikut nenekku sejak masih muda. Mak Maria punya dua anak, anak perempuannya serta suaminya mengalami kecelakaan yang membuat anaknya perempuannya itu lumpuh dan suaminya meninggal, padahal anaknya itu baru saja melahirkan. Dan Mak Maria akhirnya yang merawat cucunya. Waktu cucunya itu SMP, Mak Maria meninggal dan cucunya ikut anak Mak Maria yang sulung." Setelah panjang lebar Sheila bercerita ia memandang Luna.

DEAR...   [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang