Bab 10

3.8K 380 1
                                    


BAB 10

Matahari cukup ramah hari ini, ia tidak segarang biasanya. Luna berjalan lebih santai dan tak terburu-buru seperti biasanya berusaha menghindari panas mentari meski baru pukul 9 pagi. Ia tahu Mas Kalan sudah semakin jarang ke kampus karena memang ia sedang disibukan dengan skripsinya tapi bagi Luna melihat kampus dan berharap mendapati Kalan ada di satu sudut akan memberikan sensasi indah di hatinya.

Dan harapannya benar benar terwujud saat matanya menangkap sosok Kalan yang sedang berdiri dan berbincang akrab dengan Pak Radit di depan kantor bapak Kajur sekaligus dosen pembimbingnya itu. Luna melambatkan langkahnya dengan mata yang tak lepas dari sosok Kalan. Ketika Pak Radit kembali masuk ke ruangannya, Kalan pun berbalik siap pergi namun satu sosok menghadang langkahnya. Kaki Luna terpaku di tempatnya.

Tara mendekati Kalan dan mereka terlibat obrolan, tetapi dari penglihatan Luna mereka justru tidak mengobrol karena Tara lebih menguasai pembicaraan dibanding Kalan yang hanya menanggapinya dengan senyum dan anggukan. Pelan-pelan Luna berbalik dan memutuskan untuk tidak menjadi pengintai Tara dan Kalan. Sepuluh menit kemudian Tara masuk ke kelas dan melempar begitu saja tasnya ke atas meja dekat tempat duduk Luna.

"Dari mana?" Tanya Luna pendek, ia tak memandang Tara dan memilih lebih fokus pada buku yang ada di tangannya.

"Tadi ngobrol sebentar sama Mas Kalan,"

Luna menurunkan bukunya dan meletakkannya di atas meja, ia menggerakkan tubuhnya sedikit agar bisa berhadapan dengan Tara yang duduk di sebelahnya.

"Kamu sudah bicara dengan Mas Bintang?" Tanya Luna.

"Sudah," jawab Tara pendek. Luna belum mau mengalihkan pandangannya dari Tara dan sahabatnya itu paham kalau Luna sedang berharap mendengar informasi yang lebih dari itu. "Penjelasan Mas Bintang nggak ada bedanya seperti yang pernah lo bilang itu. Sama aja." Tara berkata dengan nada setengah enggan.

"Terus?"

"Ya sudah, karena dia bilang dia masih sayang sama gue dan janji mengenyahkan semua jejak Mitha dari hidupnya ya gue percaya." Tara masih terdengar malas-malasan. Luna tak menemukan keantusiasan yang sering Tara perlihatkan bila berkaitan dengan Bintang.

"Jadi kalian baik-baik saja. Syukurlah." Luna menggerakkan tubuhnya kembali ke posisi semula. Perasaannya jadi tak enak melihat Tara yang tidak bersemangat dengan usainya masalah antara dirinya dan Mas Bintang.

"Lun..." panggil Tara. Namun belum sempat ia melanjutkan kata-katanya, Bu Lani sudah masuk ke kelas dan segenap isi kelas langsung hening. Bu dosen yang usianya diawal empat puluh itu sepertinya punya energi yang berlebih untuk ia salurkan ke satu-satunya hobi yang ia punya, yaitu marah-marah. Gara-gara dosen satu ini mata kuliah Pengantar Lingusitik jadi mata kuliah yang tidak difavoritkan Luna dan Tara.

"Kumpulkan tugas kalian." Suara dingin Bu Lani membekukan siang yang mulai panas itu.

***

Tara berlari-lari kecil mengejar langkah-langkah panjang Luna dan langsung merangkul sahabatnya itu dan membuat Luna terlonjak kaget.

"Kamu dari mana?" Tanya Luna heran saat mendapati Tara masih di kampus padahal sejam yang lalu setelah kelas Pangantar Linguistik, Tara sudah pamit untuk pulang terlebih dahulu.

"Dari kampus Ekonomi, tadi ketemu Fandy dan ngobrol lama di kantin." Jelas Tara. Luna yang tadi cukup lega saat tahu Tara berpamitan untuk pulang lebih dulu saat ini mulai terserang dilema. Luna janjian dengan Kalan bertemu di depan kampus setelah Kalan kembali dari perpustakaan, karena itu setelah kuliah tadi Luna menghabiskan waktu di Spot Hall. Dan sekarang dengan adanya Tara di sini, apa yang harus Luna lakukan?

DEAR...   [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang