Bab 8

3.2K 341 5
                                    


BAB 8

Tepat pukul 2 siang Tara muncul di depan pintu. Rambutnya sedikit basah karena gerimis yang memang turun sejak setengah jam lalu, wajahnya sembab dan masih tampak jelas jejak-jejak air mata di kedua pipinya. Luna langsung berdiri menyambut sahabatnya itu dan menuntunnya masuk ke kamar. Saat Tara duduk ia kembali berlinangan air mata, ia kembali terisak. Sheila memberi tanda dengan matanya pada Luna agar membiarkan Tara menyelesaikan tangisannya. Luna menyodorkan kotak tisu pada sahabatnya itu dan tidak lama kemudian Tara berhenti terisak.

"Mas Bintang..." Tara menyeka mata dan hidungnya dengan tisu. "Mas Bintang bohong sama aku." Kata Tara dengan suara bergetar menahan tangis.Luna dan Sheila tidak menyela cerita Tara, mereka tak melepaskan pandangannya dari sahabat mereka yang sedang bersedih itu.

"Mas Bintang nggak pernah ngelupain Mitha. Dan...dan.." Tara kembali tergugu, Luna mengulurkan tangannya dan mengelus punggung sahabatnya itu. Di luar hujan turun lebih deras, udara dingin dari luar menyelusup masuk ke dalam kamar namun sepertinya tak mampu meredam panas hati Tara.

"Dasar cewek sialan!" maki Tara tiba-tiba. Luna dan Sheila saling berpandangan dengan mata membulat kaget. "Dia terus BBM-in Mas Bintang padahal dia udah tahu kalau Mas Bintang udah punya pacar. Mending kalau BBMnya biasa-biasa aja lah ini..." Tara meremas tisu bekas di tangannya dan melemparnya kuat-kuat kea rah kotak sampah di sudut kamar Luna.

"Emang dia nulis apa?" Sheila akhirnya buka suara.

"Dia bilang 'Bin, kamu masih punya janji ya sama aku...sampai kapan pun aku akan nunggu.' Apa coba maksudnya? Janji apa yang ada diantara mereka? Dan waktu aku nanyain ke Mas Bintang dia malah marah besar dan nganggap aku terlalu berlebihan cemburunya padahal wajar banget aku cemburu kalau aku baca kalimatnya seperti itu. Terus aku minta dia untuk bilang janji apa yang dia buat sama cewek itu tapi dia sama sekali nggak mau bilang, katanya itu masa lalunya dan dia berhak untuk nggak bilang sama aku." Tara bercerita dengan penuh amarah, dan di saat marah seperti ini Tara justru lupa ber-lo-gue. Marah dan jatuh cinta adalah dua situasi yang bisa membuat Tara melupakan gaya bicara ala Jakarta itu.

"Dan yang lebih parah Mas Bintang masih nyimpan foto Mitha di dompetnya." Bibir Tara bergetar bersiap kembali menangis. Luna geleng-geleng kepala kecewa dengan apa yang baru diketahuinya. "Aku nggak sengaja ngelihat pas dia mau ngeleuarin simnya dan di foto itu ditaruh di balik simnya." Tara mendengus kesal di antara isaknya. "Seharusnya kita kangen-kangenan eh jadinya malah berantem. Sepanjang jalan dari bandara Mas Bintang terus nyalahin aku. Ya karena sudah lancang membaca pesan BBMnya lah, karena nggak pengertian lah, apalah, apalah, bla bla bla." Tara menghela napas putus asa. "Dan sekarang dia diemin aku." Tambahnya lagi dengan suara pelan.

"Kapan Bintang kembali?"

"Kemarin sore. Dan ini sudah hampir seharian dia nggak hubungin aku." Ketiganya terdiam. Luna memandang iba pada Tara. Ia tahu sahabatnya itu sudah banyak berubah sejak beberapa bulan terakhir. Ia tidak seegois dan sekanak-kanak awal ia dan Bintang mulai berhubungan. Dan kalau Luna ada di posisi Tara dan melihat pesan BBM Mitha seperti itu, ia juga pasti akan marah dan cemburu. Dan cewek mana yang tidak sakit hati dan cemburu bila tahu foto mantan pacar cowoknya yang sudah hampir dua tahun putus masih tersimpan di dalam dompet.

Dan sesiangan ini Luna dan Sheila tidak bisa beranjak dari kamar karena Tara tak bisa berhenti mengeluh dan ujung-ujungnya menangis. Akhirnya mereka berakhir tiduran di karpet sambil menghabiskan setoples kue kenari. Saat hening tak ada seorang pun yang bicara ponsel Luna berbunyi, Luna meraih ponsel dari atas ranjangnya. Sebuah pesan masuk.

Luna, bisa kita ketemuan? I need to talk to you

Luna melirik Sheila dan Tara yang sama sekali bergeming. Sheila bahkan mungkin ketiduran karena sejak beberapa menit yang lalu matanya memejam, dan Tara dengan mata sembabnya terus memeluk Ulil, boneka ulat Luna dan tak terlihat lagi gairah di wajahnya.

DEAR...   [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang