Laki-Laki Berbahaya

12.6K 1K 22
                                    

Api berkobar begitu hebat. Memenjarakan segerombolan yang berhasil menyerang Elena tadi. Mereka berteriak ketakutan, memohon dan meminta belas kasih dari Loius. Namun laki-laki itu tak mengubris mereka. Perhatiannya terfokus pada gadis yang pingsan tak berdaya dalam dekapannya.

"Elena! Elena! Bangunlah! Elena!"panggil Louis sambil terus menyentuh pelan pipi gadis itu.

Elana tak menampakkan tanda akan bangun. Traumanya lebih hebat dari pada kejadian sebelumnya. Ketika bersama Louis gadis itu cepat kembali sadar.

Si gerombolan masih berteriak, menangis sejadinya. Tak ada yang mendengar, tak ada yang melihat. Karena malam telah benar-benar larut. Dan sebuah tameng sihir tercipta di sekitar jembatan itu. Tameng yang mampu meredam apapun di dalamnya.

Louis menghembuskan nafas kasar. Ia membaringkan Elena hati-hati dengan mengganjal kaki gadis itu agar lebih tinggi dari badannya. Louis berdiri, menghampiri gerombolan yang sedari tadi memohon padanya. Tangannya mengepal. Bersamaan dengan itu, terdapat seberkas cahaya di pundak Louis. "Aku memang tidak bisa membunuh kalian. Tapi hukuman dariku tetap ku berikan. Aku sang dewa api akan memberikan hukuman untuk kalian manusia berdosa! Kalian akan melihat api bagikan pencabut nyawa. Ketakutan hingga benar-benar terpuruk. Dan, kalian tidak mengingat kejadian hari ini!"

Seketika, langit di sekitar Louis berubah warna. Merah bercampur hitam. Begitu pekat dan menelan semuanya. Menit menegangkan itu berlalu. Perlahan cahaya itu meredup dan menampakkan segerombolan penyerang yang pingsan. Di sisi lain, terlihat laki-laki tegap tengah mengendong seorang gadis malang yang basah kuyup. Laki-laki itu membawanya pergi.

&&&

Kamar serba putih dan bau antiseptik yang sedikit menyengat. Pendingin ruangan yang menyejukkan. Suhu yang menenangkan. Sungguh kamar VVIP. Dengan seorang pasien, gadis cantik berambut panjang. Ia terlelap. Sudah sejak semalam gadis itu belum sadar juga. Di sebelahnnya, laki-laki yang begitu panik semalam tak beranjak sedikitpun dari kamar itu.

 Di sebelahnnya, laki-laki yang begitu panik semalam tak beranjak sedikitpun dari kamar itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

# ELENA DOBREV

"Ahhh! Apa yang harus ku lakukan?"gumam Louis menatap wajah damai Elena. Louis melirik tangan Elena yang tidak diinfus. Perlahan, ia menyentuh tangan itu, menggenggamnya dan menciumnya. "Cepatlah sadar!" Seketika ia terkesiap. Cepat-cepat ia melepaskan genggaman itu dan membuang muka ke sisi jendela. "Apa yang ku lakukan."ucapnya lirih.

"Nnn..."Elena bergumam. Jemarinya bergerak. Disusul kelopak mata yang terbuka perlahan. Terlihat iris mata yang indah sewarna dengan rambutnya. Elena mengerjab beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Pemandangan pertama yang dilihatnya, langit yang putih, dinding bercat putih dan bau antiseptik. Namun udaranya terasa sangat nyaman.

"Kau sudah sadar?"tanya Louis cepat.

"Ah Louis?"Elena bertanya, ingin memastikan bahwa laki-laki itu benar-benar Louis. Karena ia tak menyangka, mendapati laki-laki sangar itu terlihat khawatir menatapnya. Elena mencoba bangun.

THE BLACK WINGS (END) - [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang