Keinginan Louis Sesungguhnya

9.4K 787 20
                                    

Steven menghempaskan badannya di kasur yang empuk. Ia menatap langit kamar sambil menerawang dan mengingat semua penuturan William. Tentang ritual sihir yang dilakukan oleh sang master hingga terlibatnya Elena, gadis yang dicintainya dalam kegiatan gila itu.

"Steven! Kamu mau makan di kamar atau di ruang makan?" wanita yang melahirkan Steven membuka pintu dan melangkah mendekat.

"Di ruang makan saja bu. Nanti aku akan turun."balas Steven. Ia tak melepaskan pandangan dari langit-langit yang putih.

"Baiklah kalau begitu." Sang ibu berjalan keluar kamar. Belum sempat wanita paruh baya itu menutup pintu, Steven bertanya lagi.

"Ibu. Betapa beruntungnya aku masih memiliki orang tua yang sayang sepertimu ibu."

"Apa? kamu bilang apa Steven? Ada-ada saja." Sang wanita paruh baya menutup pintu pelan sambil menggeleng karena tidak mengerti dengan apa yang diucapkan putranya.

Steven menghela nafas panjang. Ia membalikkan badan dan menatap meja belajar yang terdapat sebuah bingkai foto. Gadis manis yang tersenyum padanya. Elena Dobrev. "Andai saja aku bisa berbagi denganmu, akan ku berikan semua ini padamu. Kebahagian. Keluarga. Bahkan orang tua."

&&&

Elena menggerutu. Ia kesal dengan situasi yang membuatnya pusing tujuh keliling. Caroline yang dicarinya sedari tadi ternyata sedang duduk manis di perpustakaan kota. Gadis kecil tanpa tahu kecemasan Elena bersenandung ria sambil membaca buku. Bahkan, gadis itu telah menerima amukan Elena sebentar. Dan ia tetap melanjutkan pekerjaannya.

Elena kembali ke rumahnya sendirian. Tanpa mengajak Caroline. karena situasi belum juga membaik. Bukan saja masalah kafe tempatnya bekerja. Namun juga Louis. Laki-laki itu bisa saja melaporkan mereka semua pada sang master. Dan kala waktu itu tiba tamatlah riwayat mereka semua. Neraka terdalam, yang paling menakutkan akan mereka masuki. Master yang kejam dan tak memiliki rasa kasih sayang pada mereka akan bersama mereka. Hingga ajal menjemput.

"Elena..."

Elena tersentak. Ia tersadar dari lamunannya. Tangannya mengepal menggenggam gagang pintu. Ternyata sedari tadi ia melamun tanpa melangkah sedikitpun untuk masuk ke dalam. Dan suara seseorang yang selalu dirindukannya membuyarkan lamunannya. Perlahan, Elena membalikkan badan. Melihat laki-laki yang begitu disayanginya.

"Boleh aku masuk?" tanya Louis.

"Ah! Boleh...boleh!" Elena segera mendorong pintu dan mempersilahkan Louis untuk masuk ke rumahnya. Untuk pertama kalinya. Ia terheran melihat Louis yang berbeda dari biasanya. Wajahnya penuh akan kekhawatiran. Dan sungguh, hati Elena terasa teriris melihat wajah itu.

"Kamu ingin minum kopi? Teh?"tanya Elena.

"Terserah saja."

Elena segera bergerak ke dapur. Membuat dua cangkir kopi kesukaannya. Kemudian kembali ke ruang tamu dengan duduk di sofa yang berada di hadapan Louis.

Terdiam. Baik Elena maupun Louis tidak membuka mulut. Keduanya sama-sama memandang lantai yang di bawah. Menyusun semuanya di pikiran masing-masing. Entah ada bahasa hati yang terjadi. Tiada yang tahu. Suasana terasa sangat senyap. Bahkan mereka bisa mendengar deru nafas masing-masing. Hingga akhirnya situasi yang beku berubah karena suara Louis.

"Elena, aku...punya satu permintaan..."

Ragu. Elena mengangkat wajah menatap Louis. "Apa itu?" Ia bahkan memperbaiki duduknya.

THE BLACK WINGS (END) - [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang