Chapter 1

2.7K 357 18
                                        

Windy♥
Kak, aku tunggu di café biasa.

Bagus yang mendapat sms seperti itu langsung menghabiskan kebabnya, “Gue duluan ya, mau ketemu Windy.” Kata Bagus pada teman-temannya. Keenam temannya mengangguk acuh.

-

“Hai sayangku, lama nunggu?” Bagus duduk di hadapan Windy, gadisnya tersenyum lalu menggeleng. “Nggak kok kak, oh iya kakak nggak mesen makan dulu?”
“Nggak ah, aku udah makan sebelum kesini. Tapi aku udah pesen es krim tadi,” Bagus mengedarkan pandangannya, pelayan yang mengantarkan es krim coklatnya datang. “Ada apa, Win? Tumben pengen ketemu. Kangen sama aku, ya?” lanjut Bagus lalu menyuapkan es krim coklat ke dalam mulutnya.

Windy mengaduk-aduk jus stroberinya, “Apaan sih kak Bagus, ngapain kangenin kakak.”kata Windy degan wajah memerah. “Malah ngelak yah kamu, tuh liat muka kamu warnanya udah kayak tomat. Hahaha, kamu lucu banget sih. Jadi makin sayang.” Bagus mengacak surai Windy yang sewarna madu.

Hening sejenak.

“Kak—” panggil Windy. Bagus menatap gadisnya, “Ya?” lalu lelaki itu kembali serius memakan es krimnya.


“I-itu—” Windy mengela nafas berat.

“Kita mendingan udahan aja kak.”

Bagus kembali menatap gadis di hadapannya setelah menelan es krim coklatnya.
“Udahan makannya? Yaudah yuk jalan lag—”

“Bukan kak. Maksud aku hubungan kita.”

Bagus mengerutkan keningnya, “M-maksud kamu, Win?” lelaki itu tergagap. Mengerti arah pembcaraan mereka.
Windy menghela nafas lagi lalu menatap mata Bagus.

“Kita putus kak. A-aku mau kita putus.”

“K-kenap—”

“A-aku ngerasa kita udah nggak cocok, kak” Windy menunduk, matanya perih. Bagus menatap Windy kaget lalu menghela nafas berat. Windy kembali menatap Bagus sambil menahan sesuatu yang siap meluncur dari matanya.

“Y-yaudah sih, kalo emang itu mau kamu. Kakak gabisa maksa. Makasih ya dua tahun ini.” Bagus tersenyum manis sambil mengusap rambut Windy. Gadis itu kembali menunduk, setetes air mata lolos dari matanya.

“Y-yaudah kak, a-aku pamit dulu.” Tanpa menatap Bagus, Windy langsung berlari keluar café.

Meninggalkan mantan kekasihnya yang masih tersenyum.

Tersenyum seraya menahan sesak di dadanya.

-

“Astaghfirullah bang, bukannya lo udah berenti nyebat? Ini kenapa udah abis lima batang?” tanya Daffa saat memasuki kamar kosnya dengan Bagus.

“Berisik, Daf. Yang lain mana?’ tanya Bagus setelah mengeluarkan asap rokok yang mengotori paru-parunya.

“Kak Fajri sama Teguh lagi belanja, Rio, Alvin, sama Jefri lagi maen PS di kamarnya Alvin. Kenapa bang?” Daffa bertanya lagi. Tangannya mengambil sebatang rokok di samping Bagus. Lelaki yang lebih tua memukul tangan yang lebih muda.

“Lo gausah ngerokok lagi, ntar gue aduin ke Lia tau rasa lo.” Kata Bagas, “Ye lo juga ngerokok, bang. Gue aduin ke Windy jug—”

“Gue udahan sama windy.”

“—HAH?! Kok bisa bang?!” Daffa tentu saja kaget dengan informasi yang sahabatnya itu berikan. “Hubungan lo sama Windy adem ayem aja perasaan.”
“Ya gitu, dia bosen sama gue,” kata Bagus sambil menekan puntung rokoknya ke dalam asbak agar apinya mati. “Terus lo gimana?” Daffa menatap Bagus.

“Gue nerima aja, asalkan dia seneng. Lagian itu keputusannya kan?” Bagus merebahkan badannya di kasurnya dengan Daffa sambil menatap langit-langit kamar kosnya. “Sayang banget loh kalian putus, bang. Kalian sama-sama udah kenal orang tua masing-masing,”
Bagus terdiam.

“Ya tapi bener juga. Itu keputusan kalian. Tapi lo masih sayang kan sama Windy?” tanya Daffa. “Lo tau kan gue susah banget suka sama cewek, Daf? Jadi gue nggak perlu kasi tau lo lagi kan?” Daffa menatap Bagus sambil tersenyum.

“Nggak apa-apa bang. Kalo emang lo jodoh sama Windy pasti ketemu lagi. Tapi kalo emang mau move on, lo masih punya kita berenam kan?” Bagus menatap Daffa sambil tersenyum. “Makasih ya, Daf.”

“Sama-sama, bang. Anak-anak yang lain udah tau?” tanya Daffa, Bagus menggeleng “Bel—”

DUK DUK!

“Daffa! Bagus! Cepet ke kamar Alvin! Kita makan malem disana.” Suara gedoran pintu diiringi teriakan Fajri memotong kalimat Bagus. “Iya!” Daffa membalas teriakan Fajri, “Yuk, bang, kita makan.” Kata Daffa lalu beranjak dari kamarnya disusul Bagus.

-

We don’t talk anymore
We don’t talk anymore
We don’t talk anymotre
Like we used to do

Bagas menatap datar Jefri dan Teguh yang menyanyikan lagu milik Charlie Puth itu, “Matiin lagunya, Guh, Jef!” kata Daffa.

what was all of it for—eh kenapa, bang?” Teguh mengecilkan volume speaker milik Alvin, “Lo kek nyindir bang Bagus tau gak.” Kata Daffa sambil menyenggol Bagus.

“Bangsat lo, Daf.” Umpat Bagus. “Loh kenap—Jangan-jangan bang Agus putus sama Windy?!” Jefri melotot menatap Bagus.

“Biasa aja kali, Jef. Mata lo kek mau keluar noh.” Kata Bagus lalu duduk disamping Rio.

“Jadi beneran, Gus?” tanya Fajri. Bagus mengangguk santai.

“Anjir seriusan?!”

“Relationship goals banget padahal.”

“Kok bisa?!”

“Peraasaan hubungan lo adem ayem aja, bang!”

“Jangan-jangan lo selingkuh dari Windy ya?!”

Alvin berhasil mendapat pukulan di lengannya gara-gara pertanyaannya, “Ya kali bang Agus selingkuh. Dasar ogeb. Dia aja masa bodo ama cewek kecuali Windy sama mamanya.” Kata Rio.

“Jadi gimana bisa lo putus, bang?” tanya Teguh penasaran. Keenam sahabatnya kini menatap Bagus.

“Dia bosen sama hubungan kita. Dan gue gabisa maksain perasaan dia. Yah kalo emang gue jodoh sama Windy pasti ketemu lagi kok,” Bagus menatap keenam sahabatnya, “Udah ah, gue laper.” Keenam temannya menghembuskan nafas kecewa, kurang puas dengan jawaban Bagus.

►Next Chapter;; Chapter 2

--

A/N: Hello!! Um.. i'm so sorry for late update T.T ini chapter sebenernya udh lama jadi cuman yah... gitu 😂

Gitu doang sih ehe. Voment juseyooo

Mantan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang