Chapter 3

1.5K 306 17
                                    



Kak Bagus💞💞

Sorry, Win.

Salah kirim.


Ingin rasanya Windy melempar handphone putihnya ke tembok. Baru lima menit yang lalu dia diterbangkan setinggi langit, namun sekarang dia sudah dihempaskan dengan keras ke tanah. Seolah takdir menamparnya untuk mengingat realita, Bagus tak mungkin lagi menginginkannya.

Ini semua salahnya, dengan mudahnya dia mengucapkan perpisahan disaat rasa cinta itu sedang tumbuh diantaranya dan Bagus. Tak ada alasan khusus Windy ingin putus dengan Bagus. Dia termakan omongan teman-temannya,


"Ngapain lo pacaran sama Kak Bagus, Win? Jelas-jelas masih banyak yang lebih bagus dari Kak Bagus. Muka Kak Bagus juga serem banget, mana dia cuek banget. Lo pantes dapetin yang lebih baik dari dia, Win!"


Seperti itulah kata teman-temannya, dan sekarang dia menyesal. Tak ada yang lebih baik dari Bagus, hanya dengan Bagus dia bahagia. Dia hanya ingin Bagus, Muhammad Bagus Fahreza.


"Dek! Turun ma—loh?! Kenapa nangis?" pekik Ferdy melihat adiknya, Windy langsung menghapus air matanya. "S-siapa yang nangis? I-ini kelilipan!"


"Ngeles aja kamu, kayak bajaj! Udah turun cepet! Ntar makanannya dingin!" kata Ferdy lalu pergi dari kamar adiknya. Windy kemudian menyusul kakaknya setelah membasuh wajahnya di kamar mandi.


Windy mengunyah makanannya perlahan, Ferdy menatap adiknya yang tumben-tumbenan melamun saat makan. "Dek, Papa besok pagi pulang. Kamu mau ikut jemput ke bandara nggak?" Tanya Ferdy, Windy masih sibuk dengan pikirannya.


"Dek?"


"Windy?"


Ferdy terdiam sejenak, "Windy! Bagus dateng tuh! Bukain pintu!" kata Ferdy. Dan benar saja, perhatian Windy langsung teralihkan. Gadis itu kini menatap pintu utama rumahnya, setelah tersadar Windy langsung menatap kakaknya dengan tatapan tajam.


"Giliran Bagus aja, denger." Goda Ferdy. "Tadi mas bilang apa?" kata Windy mengalihkan topic pembicaraan, Ferdy menghela nafas "Besok Papa pulang, mau ikut jemput nggak?" Tanya Ferdy mengulang kalimatnya beberapa menit yang lalu.

"Jam?"

"Sembilan."

"Oh bisa, aku ada kelas jam satu siang besok," Hening setelahnya, hanya terdengar suara nyaring sendok yang berbenturan dengan piring. Tiba-tiba Windy menatap kakaknya yang sedang serius melahap makanannya.

"Mas," Panggil Windy, "Hm?" "Menurut mas, Kak Bagus itu gimana?" hening kembali. Kini Ferdy menatap adiknya dengan tatapan bingung.

"Bagus ya? Dia baik anaknya, sopan, cepet ngambil hati orang. Papa sama Mas aja suka sama sikap Bagus, dia juga gentle. Dia kayaknya sayang banget sama kamu, deh. Tapi mukanya sangar gitu ya? Eh tapi dia tetep ganteng kok, walaupun gantengan mas. Kenapa? Kamu nyesel putus sama dia?" pertanyaan Ferdy menampar Windy dengan keras.


Benarkah dia menyesal?

Tapi dia kan yang menginginkannya?

Mantan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang