"Ini yang pesen sabun sepuluh biji siapa coba, si Jefri nih pasti," Bagus mengumpat setelah membaca daftar belanjaan yang diberikan teman-temannya. Lelaki itu mengambil sepuluh biji sabun batangan di sampingnya lalu melemparnya ke dalam troli belanja.
"Apa lagi ya-eh! Maaf!" kata Bagus saat troli yang didorongnya menabrak seseorang. "Aduh! E-eh nggak apa apa." Gadis yang di tabrak Bagus menoleh.
"B-Bagus? Bagus Fahreza kan?" Gadis itu bertanya sambil menunjuk Bagus, "Iya, Mbak siapa, ya?" Tanya Bagus kembali.
"Ih, masa nggak inget aku sih, Gus! Aku Rose!" kata Rose-gadis itu-heboh. Bagus terdiam sejenak sambil menatap gadis di depannya.
'Cantik banget anjir. Eh-Astaghfirullah! Zina, Gus!' Bagus membatin, lelaki itu menunduk lalu kembali menatap gadis itu.
"Elo, Rose? Roseanna Putri? Yang dulu suka buntutin gue waktu SMP itu? Anjir jadi cantik lo ye," Bagus terkekeh, gadis itu memukul lengan Bagus.
"Nggak usah diinget gitu juga kali, Gus. Btw apa kabar?"
"Baik-baik aja, lo kayaknya juga baik. Kapan balik ke sini lo? Jogja gimana?" Tanya Bagus. "Yah gitu, masih bagusan disini soalnya ada Bagus hehe. Aku balik baru kemarin. Eh udah jam sepuluh nih, aku balik ya-"
"Eh bentar, gue minta id Line lo!"
--
"Wah senyam senyum mulu lo daritadi, Bang. Balikan ye?" Tanya Jefri, Bagus yang tadinya tersenyum langsung menatap datar Jefri. "Sok tau lo, dasar otak bokep." Jefri mendengus.
"Terus lo kenapa, Bang?" kini Teguh yang bertanya, mereka sedang berkumpul di kamar Daffa-Bagus. Mereka main remi.
"Gue tadi ketemu sama Rose, cewek yang suka buntutin gue pas SMP. Anjir dia cantik banget sekarang," Kata Bagus, "Roseanna Putri? Yang suka pake kacamata bulet itu bukan?" Rio yang satu SMP dengan Bagus pun bertanya. Bagus mengangguk.
"Nih fotonya." Bagus memperlihatkan foto profil Line gadis yang tadi ditemuinya di supermarket.
"Cantik banget, bang! Buat gue sini!" kata Alvin, "Nggak woy! Ini punya gue." Bagus memasukkan handphonenya ke dalam kantong celananya.
"Lah terus Windy gimana?"
"Kak Windy lo apain, bang?"
"Yeu belajar jadi cowok kardus dari bang Rio ya lo?"
Rio memukul kepala Alvin dengan gulungan Koran yang didapatnya di meja belajar Daffa. "Lo tuh yang kardus." Kata Rio sambil menatap Alvin tajam.
"Kasian Windy loh, bang. Siapa tau dia masih suka sama lo." Kata Daffa, Fajri mengangguk "Lo masih suka sama Windy nggak sih? Baru tadi lo galau. Belom nyampe lima jam loh." Kata Fajri.
Bagus terdiam, dia menatap wallpaper handphonenya, fotonya dengan Windy.
"Ah lama lo, bang. Udah malem nih, gue balik ke kamar ya. Ngantuk!" Kata Rio sambil beranjak dari kamar Daffa dan Bagus, diikuti yang lainnya. Kini tersisa pemilik kamar.
"Jadi, bang? Yakin udah move on?" goda Daffa, "Bangke, udah ah. Gue tidur!" kata Bagus lalu mennutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Yaelah, bang. Gak usah bohongin perasaan juga kali. Ckckck." Gumam Daffa lalu berbaring di kasurnya. Menyusul Bagus kea lam mimpi.
--
"Win! Windy!"
"Apaan sih, Gi." Kata Windy tanpa menatap Egi, gadis itu sedang sibuk mengerjakan tugasnya. "Liat ini Win!" kata Egi masih heboh. "Gue mau kelarin ini dulu!" kata Windy yang masih sibuk dengan tugasnya.
"Kak Bagus ngepost foto di Instagram!" kini Windy menoleh kearah Egi dengan wajah datar, "Terus? Bukan urusan gue lag-"
"Dia fotoan sama cewek, Win! Cantik!"
"Bangs-Hah? Cewek? Coba sini!" Windy merebut handphone milik sahabatnya itu.
"Halah katanya bukan urusannya lagi, muna lo, Win." Gumam Egi.
"Mantan aja udah move on, masa lo ngga, Win?" goda Egi. "Diem lo sipit!" kata Windy lalu membereskan barang-barangnya kemudian pergi dari taman kampus tempatnya belajar.
"Heh mau kemana lo?!"
"Pulang! Gerah disini!" kata Windy tanpa berbalik, Egi hanya menggeleng menatap sahabatnya.
--
"Assalamualaikum, aku pulang!" Windy menutup pintu rumahnya lalu merebahkan tubuhnya di sofa ruang keluarganya.
"Waalaikumsalam, tadi pulang sama siapa, dek? Sama Bagus?" Tanya Ferdy-kakak Windy-, "Aku pulang pake taksi, ngapain juga dianter Kak Bagus,"
"Kamu putus sama Bagus? Kenapa? Bagus padahal anak baik loh, yah walaupun mukanya sangar." "Kepo banget sih, Mas. Udah ah aku mau mandi." Kata Windy lalu berlari menuju kamarnya.
--
"Akhirnya. Ini tugas selesai juga," Windy meregangkan ototnya lalu merapikan meja belajarnya. "Ada yang nge-line ngak ya?" Tanya Windy pada dirinya sendiri, gadis itu berjalan menuju ranjangnya sembari menyalakan data seluler handphonenya.
Ting!
Ting!
Ting!
Ting!Baru saja Windy merebahkan tubuhnya diatas Kasur, notifikasi di hp-nya sudah berbunyi. Gadis itu membuka pesannya satu-persatu.
Jalan yg lurus (5)
RenRen: Halah si Windy
RenRen: Gue yakin, dirumah dia udah nendang-nendang boneka pemberian kak Bagus!Yeri : Gila aja sih, baru kemaren putus. Kak Bagus udah dapet yang baru.
ReginaP : liat aja captionnya, "If you know how much I miss u"
ReginaP : Kalo gue jadi Windy udah gue block kak Bagus!Joy : Awas lo pada ghibahin Windy mulu
Joy : Dia nangis ntar jadi tambah jelek wkwkwk
Joy : Anjir kekirim. Maap, Win!Windy : Yang kalian lakukan ke aku tuh jahad!
Windy menekan ikon close pada hpnya, gara-gara teman-temannya ia kembali mengingat foto Bagus yang sore tadi di post di Instagram lelaki itu.
Ting!
Windy kembali melirik benda persegi yang masih di genggamannya, notifikasi pesan masuk kembali terdengar. Windy pun membuka ikon aplikasi berwarna hijau tersebut. Dan ia menyesal membaca pesan itu.
Kak Bagus💞💞
Aku kangen kamu.
Gimana dong?
►Next Chapter;; Chapter 3Review?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan✔
Short StoryYakinkan aku tuhan, jika memang dia bukan milikku. ▶started; 14/01/17 ▶Ended; 10/09/17 >Highest rank : #79 in short story ((041017))