Chapter 6

1.5K 293 42
                                    

Bagus terdiam mendengar pertanyaan Windy. Beruntung mereka sudah sampai di depan rumah Windy. Lelaki itu menatap Windy yang kini menunduk seraya meremas ujung sweater yang dia pakai.

"Kakak jangan kayak gini. Kasihan pacar kakak," kata Windy, "Makasi buat hari ini yah kak. Aku keluar." lanjut gadis itu. Bagus tersentak, lelaki itu langsung menahan lengan Windy yang hendak keluar dari mobilnya.

"Minggu depan aku wisuda, kamu dateng ya?" kata Bagus. Bagus menatap Windy penuh harap.

Windy melepas genggaman Bagus seraya tersenyum manis lalu keluar dari mobil Bagus. Gadis itu langsung menutup pintu mobil Bagus lalu masuk ke dalam rumahnya tanpa berbalik lagi.

Bagus tersenyum miris melihat tubuh Windy yang menghilang dibalik gerbang hitam keluarga Wijaya.

-----

"Gimana bang?" tanya Daffa saat Bagus baru pulang dari acara kencannya dengan Windy.

"Hampir berhasil gue ngajak dia balikan."

"Hampir?"

"Iya hampir, kalo si Rose nggak nelfon gue pasti rencana gue lancar." Bagus merebahkan tubuhnya di atas kasurnya.

"Terus lo angkat telepon dari tuh cewek?" tanya Daffa, Bagus mengangguk.

"Lah lo kenapa angkat teleponnya? Lo reject kan bisa." ujar Daffa sambil memasukkan keripik kentang ke dalam mulutnya.

"Gue nggak enak kalo reject telepon dari cewek." kata Bagus yang sukses membuat Daffa tersedak.

"Uhukㅡanjir bang! Perasaan lo nggak gitu deh! Jangan-jangan lo mulai suka sama Rose?!" kata Daffa. Bagus memberikan segelas air minum untuk Daffa.

"Nggak lah, setelah kemarin gue jalan sama Rose. Dia itu gue anggep adik gue," kata Bagus, "Lagian gue suka Windy kemana-mana." lanjut Bagus.

"Yah tapi Windy pasti salah paham, bang! Lo ngangkat telepon dari cewek lain setelah lo buat dia baper. Cewek mana yang nggak sakit hati coba?"

Bagus terdiam, "Anjir, Daf! Pantes aja Windy nanya gue 'maksud perlakuan kakak hari ini apa?' Anjir." kata Bagus sambil menirukan pertanyaan Windy padanya beberapa waktu lalu.

"Terus lo jawab apa?"

"Gue diem, nyet."

"Bego lo." kata Daffa, "Hah?" Bagus menoleh ke arah Daffa.

"Lo harusnya ngomong jujur ke dia. Kalo lo diem dia mikir lo cuma PHP." kata Daffa. "Yah tapi dia tadi keliatan kecewa, gue mending diem jadinya." kata Bagus.

"Susah emang punya temen yang gak ngerti cinta. Terus lo jadi minta dia dateng pas wisuda lo minggu depan?" tanya Daffa. Bagus mengangguk, "Apa responnya?" tanya Daffa lagi.

"Dia cuma senyum sedih. Itu dia mau apa kagak?" tanya Bagus balik.

"Tau ah, bang. Capek gue ngurus kisah cinta lo. Coba lo pekaan dikit jadi cowok. Tapi gue yakin si Windy masih sayang sama lo, bang." kata Daffa lalu menepuk punggung Bagus.

"Beneran?" tanya Bagus, "He'eh, eh Lia nelpon gue. oh iya dia mau ngomong sama lo, bang. bentar," Daffa menjawab panggilan kekasihnya yang sedang berada di Malaysia itu.

Mantan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang