Terkadang, kita perlu berhati-hati dalam memilih teman. Karena, teman terdekat akan menjadi musuh terbesarmu kelak. Believe or not, aku pernah mengalaminya. Mungkin sebagian banyak orang juga pernah mengalaminya. Di khianati teman sendiri, di tusuk dari belakang, di hina dan di caci maki setelah tidak berteman, di bongkar semua aib yang ada, dan masih banyak yang membuat persaudaran yang indah berubah kelam tak berwarna.
Yea, setelah banyak hal yang kulalui, di sinilah sekarang aku berada. Di antara orang-orang yang ku sayangi. Orang-orang yang membuatku bahagia di saat aku duka, yang selalu membantu di saat aku susah, yang membuaku nyaman di saat apapun. Mereka yang membuatku kuat di saat aku jatuh, di saat-saat aku sangat terpuruk.
“ei, nglamun aja nih” sontak buku yang ku pegang jatuh. “kamu itu, ih, ngagetin” saking kesalnya di kagetin, Arnold kesakitan saat ku cubit. “ih, iya iya, maaf deh, habisnya kamu nglamun sendirian si taman sekolah” ujar Arnold. Bibirnya di manyunkan 2 centi. Lucu sekali. Tangannya mengelus-elus lengan kiri bekas cubitanku.
“hih! Makanya jangan suka ngagetin” ujarku menahan tawa. “yee.. malah cengingisan, emm, ngomong-ngomong kamu mikirin apa??” Tanya Arnold sambil menatapku.
“eng enggak.. nggak ada kok” alasanku sambil melempar senyum manisku ke Arnold. “kamu itu pacarku, kamu gak bisa bohong” Arnold menatapku serius.
“haff, aku kangen sama El, aku kangen kebersamaan yang sama seperti dulu” Arnold tebelalak kaget. “kamu gak salah Sayang? Dia udah buat kamu kaya gitu, dia udah gak perduli sama kamu, kenapa kamu masih sayang sama orang yang gak tau diri kaya dia?” dia mulai marah. Aku tau dia marah karna dia membelaku. Dia sayang padaku. Dia tak mau air mataku jatuh karna teman yang tidak tahu diri menurut versinya.*back to the past
“duh bunda, besok ulang tahunnya El, aku harus kasih kado apa?” wajahku yang panik membuat bunda bingung. “sayang, kenapa kamu harus panik sih? Bukannya waktu itu kamu cerita ke bunda kalau dia pengen headphone warna putih? Udah, belikan itu aja, bunda anter deh” ujar bunda lembut sambil mengelus kepalaku yang sedang panas ini.
“tapi bunda, itu mahal. Uangku bakal habis buat beli itu” “gapapa kan, dia kan sahabat kamu sendiri, kenapa harus hitung-hitung beli kado buat dia?” sejenak ku berfikir tentang perkataan bunda. “iya ya, kenapa aku harus hitung-hitung untuk sahabat aku sendiri?” ujarku dalam hati.
Akhirnya, hari itu aku membeli headphone itu. Kucari kemana-mana. Sampai akhirnya aku bertemu suatu toko yang menjual headphone warna putih itu. Aku juga membeli cupcake sebagai kejutan untuknya.Esok harinya, sepulang sekolah aku bersiap akan ke rumahnya. Mendung menghiasi angkasa. Matahari tak terlihat memancarkan sinar. Gelap menyelimuti hampir seluruh mata memandang.
Ku bulatkan tekad menuju ke rumah El. Di tengah perjalanan, hujan membasahiku. Tetap ku lanjutkan perjalan tanpa ku hiraukan basah dan dinginnya tubuhku.
Hujan semakin ganas. Angin kencang meronta-ronta hingga pepohonan merukuk. Petir menyambar-nyambar. Aku tetap tak peduli. Meskipun aku basah kuyup sekalipun, aku tetap melanjutkan perjalanan ini.Sesampainya di rumah El, ku lindungi kado dan cupcake itu agar tidak basah. Biar saja badanku yang basah, asal kado ini tidak basah. Tok tok tok.. Tidak ada jawaban. Aku mulai kedinginan.
Tok tok tok “assalamu’alaikum..” Hening. Tidak ada orang. Ku coba sekali lagi. Tetap sama. Aku mulai menggigil kedinginan. Ku coba berkali-kali hingga akhirnya “iya, sebentar” suara orang dari dalam rumah. Aku sumringah. Tersenyum bahagia karna ternyata ada orang di dalam rumah.Kreeekk… “eh, Syifa. Kok hujan hujan ke sini, ada apa?” Tanya El dengan nada datar tanpa expresi. Ku ulurkan cupcake beserta kado yang aku lindungi dari basahnya air hujan agar tidak mengecewakan El, sahabatku.
“happy birthday El ” ujarku sambil tersenyum. “oh, iya” ucapnya tanpa ada rasa terima kasih sedikit pun dari wajah maupun perkataannya. Dia juga tidak menampakkan wajah yang bersahabat. Aku tidak tahu alasannya kenapa, tapi yang pasti aku kecewa atas sikapnya.
“udah sore ini, kamu pulang gih. Hujannya tambah deres juga. Nanti jalannya becek” (apa?? Dia mengusirku? Tanpa menyuruhku untuk masuk ke rumahnya? Setega itu kah dia?) senyum kecut menghiasi wajahku.
“aku pulang dulu ya El..” pamitku dengan menunjukkan rasa kecewa yang luar biasa. (lalu untuk apa aku merelakan uang jajanku habis hanya untuk headphone putih itu? Untuk apa aku rela hujan-hujanan hingga basah kuyup begini? Untuk apa ku relakan begitu saja?) kataku dalam hati. Tak terasa air mata telah membasahi wajahku.
Aku menyesal dengan apa yang telah ku perbuat. Tapi sudahlah. Tuhan tau yang terbaik dari segala yang terbaik. Semenjak itu, aku tidak dekat lagi dengan El. Malah menjauh.
Entah sejak kapan dia menjauhiku, dan entah karna sebab apa aku tak tahu. Sudah ku ikhlaskan semua yang telah kuberikan padanya. Aku tulus. Tanpa ada rasa terima kasih dari dia, aku tetap ikhlas.
Dia juga menjauhiku layaknya musuh. Ya sudah lah.. Apapun yang terjadi aku tak peduli. Aku tak percaya pada kata sahabat. Aku tak percaya lagi ikatan itu.
*and nowTak terasa memori itu membuat aku menitihkan air mata. Tangan Arnold yang lembut mengusap air mataku secara perlahan. “iya kan, ini akibat kamu mengenang hal itu lagi. Sudahlah, ikhlaskan saja. Kan sudah banyak orang yang menyayangimu melebihi El. Ada Manda, Becca, Adzwa, Cindy, dan masih banyak lagi yang menyayangimu. Aku juga akan selalu ada di sampingmu sayang”
Kata-kata Arnold membuatku tersenyum, dan menitihkan air mata lagi. Kali ini air mata bahagia. Bahagia mempunyai mereka. Bahagia karna tuhan menciptakan mereka untuk aku.
“hei! Kalian pacaran aja!” suara Manda membuat kami berdua kaget. “Manda!!!” kedua tanganku mendarat tepat di kedua pipinya, ku cubit pipinya yang tembem itu dengan gemas.
“hih! Kamu itu sukanya bikin kaget orang aja!” jawabku gemas. “Becca, Adzwa, Cindy, tolong akuuuu” Manda meronta. Pacara Manda, juga ikutan mengerjai Manda. Di sana, Becca, Adzwa, Cindy, Arnold juga ikut-ikutan membantu.Sontak gelak tawa kami membahana. Terima kasih tuhan. Engkau telah memberikanku orang-orang yang selalu sayang padaku. Dan percayalah, sahabat sejati itu ada. Jangan kau cari. Dia akan datang sendiri dan mendekat padamu. Selalu ada jalan di setiap kegelapan. Tuhan selalu memberikan berkah yang luar biasa kepada kita. Dan aku percaya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Persahabatan
Short Story- KINI AKU PERCAYA PADAMU - MY FRIENDS? - PENYESALAN SEORANG SAHABAT SEJATI - DIA SAHABAT YANG SESUNGGUHNYA - TENGGELAM DALAM LIPATAN - COWOK NARSIS - CINTAKU TAK SEMANIS GULA - IKATAN JANJI - SEPARUH MEMORI UNTUKKU - KADO TERINDAH YANG PERTAMA - DI...