WAKTU HUJAN TURUN

7.9K 87 3
                                    

     Semua orang akan selalu berusaha tegar menjalani hidupnya, walaupun beribu-ribu masalah datang menghampiri mereka tetapi, setegar dan sekuat apapun itu takan mampu menahan air mata yang jatuh . . .
namaku Ariel, aku seorang mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia di salah satu universitas di malang. Aku selalu menantikan momen-momen terindah dan menyenangkan dalam hidupku terjadi. Salah satunya adalah momen disaat turun hujan, entah mengapa saat hujan turun hatiku senang menyambutnya.
Saat hujan turun aku sering sekali berdiri mendekat dan membiarkan tetes demi tetes air hujan membahasi seluruh wajahku, aku tersenyum simpel sambil menutup mataku.
aku mencoba merasakan setiap tetes air hujan yang terlempar di wajahku, lalu kulunjurkan tanganku dan merasakan setiap tetes air hujan yang jatuh.....
huff..... terasa legah di dalam hati , seakan-akan terlepas dari beban dan kesibukan di bangku kuliah,...
berlahan kubuka kedua mataku dan berusaha melihat tetes demi tetes hujan yang jatuh dari langit dan membasahi semua yang ada dihadapanku. . .

sejenak aku berpikir
“bagaimana bisa langit menampung air yang begitu banyak dalam kurun waktu yang cukup lama, lalu membuangnya begitu saja bagaikan seorang gadis muda yang sedang menangis meratapi kisah cintahnya yang berakhir di jalan... ??”
tetapi semua itu pasti memiliki penjelasan dan teorinya masing-masing. . .
               
                     ******

     Aku terbangun dari tidurku dan bergegas membuka jendela, Pagi ini matahari bersinar begitu cerah, sepertinya tak akan ada hujan untukku hari ini. Berlahan aku melangkakan kaki menuju pintu keluar dan aku mendengar sebuah suara yang tak asing lagi ditelingaku , aku buru-buru keluar mendapatkan suara itu dan ternyata dugaanku benar dia adalah Maya sahabat semata wayangku, aku langsung berlari menghampirinya dan langsung memeluknya dengan erat, memang aku dan Maya sudah lama tidak bertemu sejak SMP, semenjak keluarga mereka memutuskan untuk tinggal di desa tetapi sekarang mereka sudah kembali lagi kesini dan aku sangat senang karena aku bisa bermain setiap saat denganya lagi.
“Maya.. ayo minum obat” teriak ibunya dari dalam rumah , . .

Maya langsung melepaskan pelukannya dariku dan berkata “Ariel, aku masuk dulu ya.. coz dipanggil ibu, besok kita main lagi ya.... ok”
“ok deh...” jawabku sambil tersenyum melihat Maya berjalan masuk kedalam rumahnya.
aku mulai berpikir tentang perjalanan-perjalanan menakjubkan apa yang akan kami lakukan besok...

                    ******

     Aku masih terus berdiri di teras rumahku sambil menunggu Maya keluar dari rumahnya, dari pagi sampai menjelang malampun dia tak kunjung keluar rumah, sejenak aku bertanya dalam hati kecilku apakah Maya tidak ingin bersamaku seperti dulu lagi? Ataukah mungkin Maya sudah memiliki sahabat baru yang lebih baik dari aku...?
ku tarik dalam-dalam nafasku dan berusaha meyakinkan diriku sendiri bahwa pikiranku itu salah, kalau Maya masih sahabat yang aku kenal dulu.
tiba-tiba aku dikagetkan dengan bunyi sirene ambulance yang datang dan berhenti tepat didepan rumahnya maya, aku terus melihat dan penasaran siapakah yang sedang sakit sampai-sampai harus memanggil ambulance ke rumah,
sejenak tubuhku melemas ketika melihat Maya sahabatku dibawa keluar dari rumahnya dengan sebotol oksigen disampingya, aku langsung berlari dengan sekencangnya menghampiri mobil ambulance, aku langsung masuk dan duduk disampingnya aku tidak bisa mengucapkan sapata katapun hanya bisa menangis sambil menggenggam erat tangan kanannya yang begitu pucat dan dingin...
aku melihat wajah ibu dan bapanya Maya begitu penuh dengan kekhuatiran, aku terus bertanya dalam hati sebenarnya apa yang terjadi dengan Maya sampai-sampai penaganan medispun begitu serius dilakukan oleh para dokter dan bidan yang ada di dalam ambulance ini.
“tante.. Maya kenapa tante?” tanyaku kepada ibunya Maya....
namun tak satu katapun terlontar dari mulutnya, ibu Maya langsung memeluk aku dan menangis, akupun semakin bingung dengan semua ini.

     Sesampainya di rumah sakit para bidan itu dengan cepat menurunkan maya dari dalam mobil ambulance dan mendorongnya kedalam ruang UGD.
aku berjalan ke sudut tembok ruang tunggu dan terus-menerus memikirkan maya yang sedang dalam penanganan dokter. Lalu aku melihat ibu dan bapanya maya berjalan menghampiriku, dan memeluk aku sambil menengis tersedu-sedu.
“tante,.. om.. maya sakit apa?” tanyaku . . .
“kanker” jawab bapanya maya kepadaku, aku langsung terjatuh dan berteriak, tak percaya kalau sahabat yang paling aku sayangi menderita penyakit itu, ibunya maya memelukku dengan kencang dan mengagkatku duduk di kursi,
“maya sudah lama sakit kanker, tapi dia selalu berusaha menyembunyikan semua ini dari teman-temanya. Termasuk kamu..” cerita ibunya maya.
aku tak bisa menahan derasan air mata yang terus jatuh membasahi pipiku, aku dan maya memang sudah lama tidak bertemu tetapi kami tetap berkomunikasi melalui hanpone, namun sedikitpun maya tak pernah cerita tentang penyakitnya ini kepadaku..
‘oh maya, kenapa kamu begini.. kenapa kamu tak pernah menceritakan tentang sakitmu kepadaku’
aku membatin.

Kumpulan Cerpen PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang