SEPARUH MEMORI UNTUKKU

4.2K 31 0
                                    

     Pagi yang cerah dan udara yang segar menemani langkahku menuju kelas . Jam tangan putihku telah menunjukkan pukul 06.55 . “Riel ! Cepat sini ! Lama kali lo datang ? Kesiangan ya?” , teriak Raina dari depan kelasnya . Tampak Maia dan Buled juga ada di sana . Bergegas kuletakkan tas ku lalu menghampiri mereka bertiga , “Selamat pagi sahabat-sahabatku! Maaf lama , bukan aku yang kesiangan , tapi alarmnya , hehe .”, sapaku pada mereka . Ya, mereka adalah sahabat-sahabatku dari kelas VII . Dan kini kami telah duduk di kelas IX . Waktu memang berjalan begitu cepat . “Alarm pula yang disalahin , Riel , Riel .”, sanggah Buled atas alasanku tadi . Sekitar 10 menitan kami berbincang sebelum akhirnya lonceng tanda masuk berbunyi . Aku dan Maia berjalan menuju kelas karena kami sekelas .

     Sedikit kujelaskan tentang sahabat-sahabatku . Raina , siswi terpintar di sekolahku . Terbukti karena dia telah menjadi juara umum selama 3 tahun berturut-turut . Gak jauh beda dengan aku , dia juga cerewet tuh . Dan banyak kesamaan dari sifat kami yang lain karena kami berdua sama-sama Sagittarian . Buled , dia yang paling subur di antara kami berempat . Badannya 2 kali dari badanku . Anaknya asyik kok . Dan yang terakhir yaitu Maia , dia orangnya agak sulit diajak bercanda . Maklum , dia orang China . Kata mamaku , orang China itu cenderung seriusan dan mudah tersinggung . Jadi harus berhati-hati kalau ngomong sama si Maia ini . Keceplosan sedikit , bisa fatal ujungnya .

     Lonceng tanda istirahat pun berbunyi . Akhirnya penderitaanku berakhir . Pusing rasanya setelah dipaksa menelan soal-soal Matematika tadi . Akupun bergegas keluar kelas , menuju tempat di mana aku dan para sahabatku sering berkumpul . Sementara Maia , dia sedang ada urusan dengan wali kelasnya . Aku tak menjumpai sahabatku ada di tempat biasa . “Kemana mereka ? Apa mungkin di koperasi ya ?”, gumamku . Namun , baru beberapa langkah aku akan menuju koperasi , Raina dan Buled datang . “Hai, Riel . Udah lama ya ? Maaf deh .” ,ujar Raina . “Eh, hmm, iya gak apa-apa kok.”, “Mana Maia , Riel?” , “Tadi sih kayaknya ada urusan sama wali kelas , Rai .”, “Oh,iya deh.”, kemudian kamipun bernyanyi bersama . Ya, itu adalah hobi kami kalau udah ngumpul . Lagu yang sering kami nyanyikan biasanya , Roar , Wrecking Ball , Price Tag dan masih banyak lagi .
“I got the eye of the tiger the fire
Dancing through the fire
Cause I’m the champion
And you’re gonna here me roar”
Sedang asyik-asyiknya kami bernyanyi , tiba-tiba Maia datang dan membawa kabar bahwa dia , Buled dan Raina ditunjuk untuk mengikuti Olympiade Matematika dan IPA . “Wah , selamat ya kawan . Good luck ! Cuman aku nih yang nggak dipilih, jadi malu .”, ujarku . “Iya Riel, makasih . Jangan berkecil hati ya ? Mungkin di lain waktu lo lagi yang bakal dipilih .”, jawab Maia . “Haha, iya Mai, makasih.” . Gimana mau dipilih , kelemahan aku kan di 2 bidang study itu . Kalau Bahasa Inggris sih , it’s okay .

     Lonceng tanda istirahat berakhir pun berbunyi . Kamipun masuk ke kelas masing-masing . Tiba-tiba aku tak sengaja mendengar percakapan Shasya dan Nori . Kudengar namaku disebut-sebut dalam percakapan mereka . “Si Ariel bentar lagi bakalan gak punya kawan . Ketiga kawannya bakal ninggalin dia karena sekarang dia udah gak dibutuhkan lagi.”,kata Shasya . Mendengar perkataannya , hatiku terasa teriris-iris . Di kelas , pikiranku hanya terfokus pada kata-kata Shasya tadi . “Apa benar kata Shasya?”,gumamku dalam hati .
Sepulang sekolah , kurebahkan tubuhku di atas kasur . Pikiranku masih tertuju pada kata-kata Shasya. “Aku yakin, sahabat-sahabatku tidak seperti yang Shasya katakan . Aku yang telah bersama dengan mereka selama 3 tahun lebih tau pasti sifat sahabat-sahabatku . Tidak , tidak mungkin sahabatku akan meninggalkanku .”

     Esok paginya di sekolah , aku tak menemukan sahabatku ada di tempat biasa . Kucari mereka , ternyata ada di ruang guru . Saat mereka keluar , segera aku memanggil mereka . Tapi mereka tak menggubris sedikitpun panggilanku . Aku menjadi ragu antara percaya atau tidak dengan apa yang Shasya katakan kemarin . Saat istirahatpun , mereka gak ada nemuin aku . Tapi aku berusaha untuk tetap berprasangka baik terhadap mereka . Namun lama kelamaan aku menjadi bosan pada sifat mereka yang kini cuek dan gak peduli sama aku . Akhirnya , akupun berusaha untuk berhenti bergaul dengan mereka . Aku harus sadar , mungkin mereka menjauhi ku karena aku yang paling bodoh di antara mereka . Buktinya , di antara aku dan ketiga sahabatku , hanya aku yang gak pernah diikutkan perlombaan akademik .

     Hari demi hari kulewatkan tanpa sahabat . Beruntung aku orangnya free , jadi tidak sulit bagiku untuk berteman . “Teman baruku tidak kalah asyiknya dengan bekas sahabatku . Aku masih bisa hidup kok tanpa mereka .”,aku bergumam dalam hati . Sampai akhirnya Raina , Buled dan Maia mengikuti olympiade , walau mereka bukan bagian hidupku lagi , aku akan tetap berdo’a untuk kesuksesan mereka . Kini hari-hariku seperti bernapas tanpa oksigen . Ya , meski aku punya banyak teman baru , tetap saja aku merasa ada yang tak lengkap dalam setiap detik hidupku , yaitu canda tawa sahabatku . Apalagi , semenjak aku dekat dengan teman-teman baruku , nilai pelajaranku semakin hari semakin menurun . Aku sadar , sekarang aku lebih banyak berpergian tanpa tujuan daripada diam di rumah menatap isi buku . Lain halnya di saat aku masih bersama sahabat-sahabatku , aku berpergian dengan mereka di saat hari libur saja , dan jika saat hari-hari sekolah kami sering belajar bersama .

     Hari itu , kudengar kabar bahwa para sahabat-sahabatku memenangkan olympiade meski bukan menjadi yang terbaik . Senang rasanya aku mendengar berita itu . Ingin aku menemui mereka dan member selamat . Namun aku hanya dapat mengiri kartu ucapan saja untuk mereka . Kartu itu kumasukkan kedalam tas Maia . Kulihat dari jauh Maia sedang membacanya , dan kemudian menyampaikan surat itu pada Raina dan Buled .
Dear sahabat-sahabatku,
Selamat ya atas kemenangan kalian dalam olympiade kemarin .
Meski kalian tak menjadi yang terbaik dalam olympiade tersebut , aku
aku tetap bangga pada kalian .
Maaf aku tak dapat mengucapkannya secara langsung . Karena aku
sadar kalau aku kini tidak pantas berteman lagi dengan kalian .

Salam ,
Ariel
Setelah Raina dan Buled membacanya , segera mereka mencari ku . Di saat mereka menemukanku , aku segera berlari keluar gerbang sekolah namun , “Arielllllll!!!”, draakkk ! , aku tak ingat apa-apa lagi setelah itu . Yang aku tahu , sesaat itu juga aku telah berada di Rumah Sakit . Kulihat tubuhku terkulai lemas tak berdaya di atas kasur . Terpaan lajunya lori tadi menyebabkan benturan keras antara kepalaku dan aspal membuat aku berada dalam kondisi koma . Tampak para sahabatku sedang menangisiku di luar . Kini aku sadar bahwa yang dikatakan Shasya itu tidak benar . Kucoba untuk masuk kembali ke dalam tubuhku untuk berbicara pada sahabat-sahabatku walau hanya untuk sedetik , dan akhirnya aku berhasil . “Buled , Maia ! Lihat Ariel sadar !”, “Arielll!!!” , “Maafkan aku yang telah berprasangka buruk terhadap kalian . Aku sangat menyesal . Kini aku sadar , kalian bertiga adalah oksigen ku , kalian adalah anugrah terindah dalam hidupku . Aku sayang kalian . Aku berjanji akan tetap bersama kalian meski kita berbeda alam.”, seketika itu juga tubuhku kembali terkulai tak berdaya . Kini yang tinggal hanyalah isak tangis para sahabat-sahabatku . “Ariel , mengapa lo pergi begitu cepat ? Ini salah kami , maaf kan kami Riel . Bangun !”, namun isak tangis mereka tak mampu kembalikan aku ke dalam tubuhku . Kini arwah ku telah memisahkan diri dari jasadku . Selamat tinggal sahabat-sahabatku ! Ini sudah menjadi takdirku . Ingatlah kata-kata terakhirku tadi . Jadikanlah aku sebagai separuh dari isi memori kalian .

Kumpulan Cerpen PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang