chapter 6

4.8K 511 9
                                    

Satu minggu sudah berlalu. Satu minggu yang benar-benar melelahkan bagi Taehyung karena harus membiasakan diri dengan kehidupan kampus yang sama sekali asing baginya. Empat hari pertama Ia harus mengikuti masa orientasi kampus dengan berbagai kegiatan yang mau tak mau harus dijalani. Dua hari selanjutnya mengikuti perkuliahan umum yang memakan waktu hingga seharian penuh.

Seperti janjinya, Ia akan mulai membantu mengajarkan beberapa mata pelajaran kepada anak Mr. Jeon. Yah sebagai ungkapan balas budi karena telah diizinkannya untuk tinggal di tempat Mereka. Mengajarkan beberapa materi pelajaran tidak terlalu membebaninya, karena sejatinya Ia adalah pemuda yang cukup pintar. Ia bahkan bisa masuk Bighit University dengan jalur beasiswa. Kembali ke masalah mengajar. Dan disinilah Mereka berada, di ruang persegi yang lumayan nyaman –tempat Taehyung menghabiskan waktu istirahatnya, rumah atap. Dengan Jeon muda yang sedang duduk disampingnya, mendengarkan penjelasan-penjelasan yang diberikan Taehyung dari setengah jam yang lalu.

Jungkook terus menatap pemuda di hadapannya dengan senyum. Rasanya senang sekali berada di ruangan ini bersama seorang pemuda tampan yang sudah membuat hatinya berdebar kegirangan akhir-akhir ini. Apa lagi dengan jarak sedekat ini. Jarak yang memungkinkan Jungkook untuk bisa mendengar setiap hembusan napas yang keluar dari hidung pemuda itu. Semakin dekat, ya Jungkook semakin mendekatkan dirinya. Suaranya, ah dan bahkan suara pemuda itu pun terdengar begitu merdu di telinganya ketika melapalkan beberapa rumus aljabar.

"Kau sudah mengerti?"

"Ah? Oh, ya." jawab Jungkook cepat-cepat. Wajahnya memerah ketika mata Mereka bertemu tak sengaja. Pemuda tampan itu tersenyum lalu mengusak lembut rambut Jungkook.

"Kalau begitu kerjakan soal ini."

"...Ya?" Jungkook kelabakan karena sejujurnya sejak setengah jam yang lalu tak sedikitpun telinganya menangkap inti dari penjelasan sang tutor. Ia hanya sibuk memerhatikan wajah pemuda itu. Ia begitu terpesona akan ketampanannya, alis yang tebal, bulu mata yang panjang, sepasang mata hazelnya yang indah, hidung mancungnya yang menawan, bibir manisnya, daun telinganya, rahang yang tegas melengkapi wajah tampan itu, bahkan rambut coklatnya yang membuat pemuda ini terlihat begitu manis –semacam makanan hingga membuat Jungkook teringat sesuatu yang sangat disukainya, coklat. Jangan lupakan suaranya yang berat dan maskulin membuat Jungkook mati-matian menahan perasaannya yang meledak-ledak, setiap kali suara itu tertangkap indra pendengaran pemuda cantik itu, saat itu juga Ia merasakan bulu kuduknya meremang. Jungkook ingin sekali melahap pemuda tampan di sebelahnya detik itu juga, tidak dalam artian sebenarnya. Tapi Ia cukup sadar untuk menahan segala hasrat dalam hatinya, sungguh membuatnya frustasi. Semua yang ada dalam diri pemuda itu begitu sempurna bagi Jungkook.

"Hyung." ucap Jungkook pelan, Ia menggigit bibir bawahnya berusaha menekan rasa malunya.

"Hm?"

"Bisa Kau ulangi lagi. Aku belum betul-betul paham."

Pemuda tampan itu mengerutkan keningnya. Dagunya bertumpu pada tangan kiri sambil melayangkan pandangan menilai ke arah Jungkook. Lalu tersenyum memamerkan sederet gigi putihnya yang rapi. Senyum yang begitu digilai oleh Jungkook. Sebuah rectangle smile. Dan dengan sabar Ia kembali menjelaskan.

"Jadi, untuk operasi penjumlahan seperti ini, Kita bisa menjumlahkan setiap variabel yang sama, Kalau Kau masih bingung Kau bisa menyebutnya dengan suku sejenis atau x dengan x lalu y dengan y."

"Oh, jadi begitu. Tapi Hyung, kenapa bisa seperti itu?"

Pemuda itu memutar bola matanya malas. "Jadi Kookie, Kau kemana saja saat ada jam pelajaran matematika ketika SMP?"

"Aku, tertidur Hyung." Jawab Jungkook dengan senyum bersalahnya

"Ah sudahlah, kerjakan soalnya. Aku mau membeli makanan dulu."

"Aku boleh ikut?"

"Jangan, Kau belajar saja. Kau bilang ingin lulus dari sekolah dan lulus ujian SAT sehingga Kau bisa kuliah di universitas S 'kan? Fokus saja dengan pelajaranmu. Karena jujur saja dengan otakmu yang sekarang, pasti akan sulit bisa lolos ke perguruan tinggi manapun." Kata pemuda itu lalu meninggalkan Jungkook.

"Brengsek tak berperasaan." umpat Jungkook kesal setelah pemuda yang dipanggilnya dengan sebutan Hyung itu menghilang di balik pintu.

"Tapi akan Kumaafkan kali ini, karena Hyung sangat tampan. Tunggu saja sampai Aku berhasil mendapatkanmu. Akan Kucuci mulutnya yang pedas itu." gumam Jungkook, "Dengan bibirku tentunya." tambahnya sambil memekik girang.

Lima belas menit berlalu, Taehyung kembali degan membawakan beberapa minuman dan makanan ringan.

"Sudah selesai?"

Jungkook menggeleng. Wajahnya terlihat sangat frustasi.

"Sudahlah, tutup saja bukumu. Kita istirahat saja dulu." saran Taehyung.

Jungkook tersenyum senang, dengan senang hati Ia menutup bukunya. Ia memang tak pernah betah lama-lama berkutat dengan pelajaran, apalagi dengan rumus matematika yang sangat merepotkan.

"Hyung, besok boleh Aku ikut ke kampusmu?"

Taehyung melirik Jungkook, "Untuk apa? Kau tak pergi ke sekolah?"

"Sepertinya Aku mulai tertarik untuk melanjut ke sana. Lagipula besok Aku libur." jawab Jungkook, pandangannya menerawang.

"Kau sudah menyerah dengan universitas S, huh?"

"Tidak, hanya saja Aku mulai menemukan apa yang ingin Kulakukan." Jungkook tersenyum. Senyum yang tulus.

"Benarkah? Apa itu?"

Jungkook menatap Taehyung dalam-dalam, "Ya, Musik. Sebenarnya Aku sangat menyukai musik." –dan tentunya keinginanku yang lain adalah selalu berada di dekatmu Hyung, kalimat terakhir hanya Ia ucapkan dalam hati.

"Benarkah? Berarti Kau jago bermain musik?"

"Tidak juga. Tapi tahu sedikit-sedikit dasarnya."

Taehyung tersenyum, lalu mengusak rambut Jungkook lembut. Ia bangga pada pemuda cantik di sampingnya. Entah mengapa, Ia merasa sudah mengenal sosok cantik ini sejak lama. Ia sama sekali tidak merasa canggung pada pemuda cantik ini dari saat pertama kali Mereka bertemu.

"Tapi Hyung, Kau belum menjawab pertanyaanku tadi." Jungkook menampilkan wajah kesal yang dibuat-buat.

"Pertanyaan yang mana?"

Jungkook mendesah malas. "Kenapa Hyung mengubah warna rambut?" satu jam yang lalu, Jungkook cukup terkejut mendapati warna rambut Taehyung berubah. Tidak keemasan lagi melainkan berubah menjadi coklat tua, senada dengan warna rambutnya.

Taehyung tertawa kecil, "Aku hanya tak ingin terlihat mencolok, kookie. Apa perubahanku ini terlihat sangat buruk?" tanya Taehyung sambil menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jari.

"Tidak Hyung. Kau cocok memakai apapun. Aku juga menyukai rambutmu yang ini, Kau sangat tampan." Jawab Jungkook sangat jujur. Membuat Taehyung tersipu.

***

Jungkook berjalan mengikuti Taehyung berkeliling menikmati suasana kampus. Selama satu Jam, Taehyung mengenalkan kampus tempatnya berjuang untuk mendapat gelar sarjana hukum. Setelah dirasa cukup lelah berkeliling, Mereka akhirnya masuk ke sebuah cafetaria dan memesan sesuatu untuk diminum lalu duduk di bangku terluar.

Taehyung terlihat gelisah, beberapa kali Ia kedapatan melirik jam tangannya.

"Hyung, bukankah Kau ada kelas sekarang? pergilah."

"Kau tak apa-apa Kutinggal sendiri?" tanya Taehyung khawatir.

Jungkook mengangguk, "Tak usah khawatir Hyung. Pergilah, Aku akan menunggumu di sini."

Taehyung menatap Jungkook beberapa saat, seperti sedang berpikir. Ketika mendapat senyuman seolah meyakinkan dari Jungkook Ia pun berkata, "Baiklah, satu jam lagi Aku kembali. Ini, bacalah agar tak bosan." Taehyung memberikan sebuah novel.

TBC

Halloo... terimakasih untuk voment kalian di chapter sebelumnya. membuat Author termotivasi dan serasa dihargai. Aku dateng lagi nih bawa chapter baru.. meski masih amatir dan ceritanya nggak greget, semoga terhibur ya.. jangan lupa tinggalkan Vote dan koment-nya.. terimakasih

My Perfect TutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang