chapter 20

4.9K 457 0
                                    

Taehyung duduk tepekur di atas ranjang. Menatap kosong ke arah kedua lututnya. Pikirannya kalut. Hatinya masih panas mengingat apa yang baru saja Ia temukan, sebuah tanda kemerahan bersarang di leher jenjang Jungkook.

"Brengsek." umpatnya kasar, lebih pada diri sendiri.

Lagi, lagi-lagi Ia membenci dirinya sendiri, membenci kebodohannya, membenci karena dirinya terlalu lama meragu hingga membuat pemuda yang ternyata Ia cintai sudah memilih bersama orang lain. Kenapa Ia baru memahami perasaannya ketika orang yang dicintainya sudah tak mungkin diraih lagi.

Bodohnya Ia terlalu meremehkan waktu. Padahal apapun bisa saja terjadi dalam waktu kurang dari satu detik. Kenapa Ia tak memperkirakan itu? Ia terlalu percaya diri dengan perasaan yang dimiliki pemuda cantik itu. Ia tidak memikirkan kemungkinan bahwa Jungkook juga mungkin akan bosan menunggu.

"Brengsek." lagi-lagi umpatan itu lolos dari mulutnya. Ia menendang meja belajar dengan kasar. Memporak-porandakan apapun yang bertengger di atas meja.

"Kau menyesal, Taehyung? Huh? Kau menyesal, bodoh?" rutuknya, mengejek dirinya sendiri lalu tertawa miris.

***

Lagi-lagi ketika pulang dari kampus Taehyung harus memergoki Jungkook diantar oleh pemuda misterius. Kali ini si pemuda yang ternyata bersurai blonde turun dari mobil dan mengantar Jungkook menuju depan pintu pagar rumah. Pemuda bersurai blonde itu memeluk mesra si cantik. Lalu berbisik.

"Nanti Kuhubungi, oke."

Taehyung masih bisa mendengar bisikan itu. Ia mencoba untuk tak peduli meski hatinya benar-benar kalut.

Si Blonde melepaskan pelukannya lalu berbalik untuk menuju mobilnya. Ia berpapasan dengan Taehyung yang saat itu akan masuk ke dalam rumah.

Mata Mereka bertemu, saling menatap dan mengintimidasi. Lalu si Blonde menyeringai. Taehyung hanya mengerutkan keningnya. Ingin sekali rasanya Ia menonjok wajah pemuda yang telah berani menyentuh tubuh sang pemilik hatinya itu. Namun Ia mengurungkan niatnya.

"Kook." panggil Taehyung.

Jungkook mengabaikannya. Pemuda cantik itu masuk kedalam rumah.

***

"Tae, Kau kenapa?" suara Irene membuyarkan renungannya.

"Tidak apa-apa." jawab Taehyung lemah.

"Kau ada masalah?"

Taehyung menggeleng. Lalu menampilkan senyum kotaknya.

***

"Tae, minumanmu sudah mencair sepenuhnya." Jimin menyenggol Taehyung.

"Kenapa Jim?" Taehyung tersadar

Jimin memutar bola matanya malas. "Hoseok Hyung, Akhir-akhir ini si cungkring ini kenapa sih?"

"Kau bertanya padaku? Lalu Aku harus bertanya pada siapa?" jawab Hoseok tidak peduli.

"Sudahlah Aku harus pergi sekarang." Taehyung bangkit.

"Mau kemana?" tanya Jimin

"Bertemu Prof. Byun."

***

"Aku ingin Kau menulis ulang essay-mu ini." titah Prof. Byun sambil menyodorkan tumpukan kertas pada Taehyung.

"Ada yang salah dengan Essay-ku?" tanya Taehyung was-was.

Prof. Byun mengintip dari balik kaca matanya. Ia mendesah, "Pelajari lagi masalah yang Kau angkat itu. Lalu kumpulkan minggu depan." Ia merapikan meja kerjanya "Kau adalah salah satu mahasiswa kebanggaanku Tae, tapi melihat hasil kerjamu kali ini cukup membuatku kecewa. Pandanganmu terhadap masalah yang Kau angkat masih sangat lemah. Aku 'kan sudah bilang, ini tugas akhir di perkuliahanku. Masih banyak waktu untuk membuatnya. Jangan terburu-buru dan malah mengumpulkan tulisan sampah seperti ini."

My Perfect TutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang