back home

858 19 0
                                    


Jan, pulang sekolah nanti kita bareng yuk?. Akhh, gak akh. Aku mau menjemput orangtuaku di pantai. Yahh, sayang sekali. Kalo besok gimana jan? Kau gak sibuk kan?. Maaf aku harus buru-buru dahh. Yahh, jan...

"Tunggu?! Jan! Aku ikut, jan...."

Jan terbangun dari tidurnya. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Meski samar-samar dia seperti pernah mengalami mimpi tersebut.

"Mimpi kah?" huhh, ternyata sudah siang rupanya. Dan rumah ini masih tetap sama seperti dahulu. Yang berbeda hanya diriku yang bertambah tinggi saja.

Jan keluar dari kamar menuju pintu luar rumah. Dilihatnya udara sejuk dari angin laut pantai white dimana tempatnya tinggal saat dia kecil dulu. Karna sudah hampir bertahun-tahun lamanya jan meninggalkan rumah tersebut. Kini rumahnya yang tak terurus begitu banyak debu yang ada. Jan yang berharap memulai hidup baru di kampung halamannya pun mencoba membenahi rumahnya tersebut.
________
_________
_________

Sudah hampir 8 tahun, sejak aku meningggalkan rumah ini. Meski aku tak ingin mengingat laut dan kesedihan disini. Tapi aku tak ingin melarikan diri lagi.
Karena ditempat inilah,................ aku mendapatkan cinta dan kasih sayang dari kedua orang tuaku.

Maafkan aku ibu, ayah,...karna aku sempat melupakan hal penting tersebut. Aku akan berusaha menerima rasa sakit dan pahit kenangan itu.

Aku akan berusaha memulai hal yang baru lagi disini, di kampung halamanku. Pantai white yang penuh kenangan ini.

Hilir angin pantai di siang hari itu seolah menyapa jan atas kepulangannya.

Angin berhembus mengitari daerah sekitar rumahnya. Angin sejuk yang menyegarkan tubuh membuat Jan begitu menikmati udara luar di siang itu. Dia terduduk santai beranda teras rumahnya sambil memandangi suasana luar pantai white yang letaknya tidak jauh itu. Karna begitu menikmati saat santainya tersebut, Hingga dia tak sadarkan diri bahwa ada sesosok lelaki tua yang berdiri disamping rumahnya.

Setelah beberapa saat kemudian, Jan barulah tersadar akan kehadiran lelaki tua tersebut yang memandanginya sejak tadi.

"Jan?? Kau kah itu", tanya lelaki tua dengan tongkat yang menopang tubuhnya untuk berdiri tersebut.

Sesaat jan tak mengenali pak tua tersebut. Tapi setelah dia lihat dan perhatikan lebih jelas ternyata dia adalah pak josep tetangganya saat jan kecil dulu. Barulah jan tersadar dan menghampiri lelaki tersebut.

" pak josep, apakah itu kau? Lama tak berjumpa", jan terlihat bahagia melihat salah seorang yang dia kenalnya saat kecil masih ada di kampung halamannya. Jan spontan memeluk pak josep dengan mata yang berkaca-kaca.

"Jan, syukurlah kau baik-baik saja. Aku kira kita tak akan bertemu lagi. Apalagi saat kau diangkat anak oleh keluarga robert. Wahh... Kau sudah besar ya. Kau bertambah tinggi dan tampan seperti ayahmu", ucap pak josep sebari memegang pipi jan.

Setelah itu jan mengajak pak josep masuk kedalam rumah untuk sekedar mengobrol dan menikmati secangkir teh hangat.

~ ~ ~

" begitu kah ceritanya, aku tak tau bila kau sudah tak tinggal bersama keluarga robert lagi. Maaf yah jan, karna sudah menanyakan hal tersebut", ucap pak josep yang tak tau akan kecelakaan yang menimpa keluarga robert.

"Ahh tidak mengapa ko. Lagipula meski aku menjadi ahli waris mereka. Aku bukanlah anak kandung mereka. Oleh karena itulah aku tidak menerima warisan dari keluarga robert. Setelah tidak tinggal di kediaman keluarga robert aku menggunakan nama keluargaku kembali. Aku jan louise yang lahir dari desa sea white pantai putih yang indah ini. Ahaha, jadi anda tak perlu murung begitu pak josep". Jan tertawa berusaha menutupi kesedihanya tersebut.

THE WHITE [SELESAI] Edisi Jan LouiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang