Ombak dengan buih putih

745 12 0
                                    

Meski aku tak tau jalan yang aku pilih ini benar ataukah tidak. Aku akan jalani semua ini dahulu. Karna... Aku tak ingin merasakan ada penyesalan lagi nantinya.

Jika memang manusia sepertiku tak pantas untuk berharap lebih, hingga yang ada hanyalah kenyataan yang pahit. Mungkin itu juga tak mengapa, karna...
kebahagiaan yang sesungguhnya masihlah semu bagiku.

Sejauh pandangan yang kulihat, jalanku masihlah panjang untuk mengerti dunia ini.

Bila aku salahkan Tuhan, tentu rasanya aku mahluk yang tak tau diri bukan?

karna nyatanya, aku masih hidup dan bernafas hingga kini. Meski aku lelaki dengan noda dosa selama ini. - Jan Louise
____________________________________

Lelaki itu berdiri menghadap laut dengan menghisap sebatang rokok di pagi buta. Dia terus berfikir benarkah jalan yang dia pilih untuk hidupnya saat ini. Dia pandangi laut dengan dingin angin yang berhembus di pagi buta saat itu.

"Hoyy.. Jan... Kau sudah lama menunggu?" seseorang berteriak dari kejauhan.

"Maaf, aku terlambat ada sedikit urusan tadi," ucapnya dengan berseringai senyum di wajahnya.

"Ohh Lan, tak apa kok. Lagipula rumahku dekat dengan pantai ini." Balas Jan dengan senyum tipisnya.

"Ahh aku baru tau bila kau merokok jan?" tanya Lan spontan pada Jan.

"Ohh.. Iya, baru kali ini aku mulai merokok lagi. Kau mau?" Jan langsung menyodorkan bungkus rokok dan koreknya.

"Ah tidak, aku sedang masa penyembuhan. Jadi sedang tidak merokok." Jawab Lan .

" Hmm.. Gitu kah. Ayo kita pergi sebelum subuh datang," tambah Jan sembari memasukan bungkus rokok dalam sakunya.

Mereka berdua akhirnya segera berangkat melaut di pagi buta itu. Meski dingin angin dikala itu menusuk pori tubuhnya. Jan terlihat menikmati perjalanannya bersama Lan sesama nelayan di Sea White pagi itu.

"Jan, kau tau. Sea White adalah pantai terindah yang pernah aku kunjungi menurutku. Kau tau kan, aku baru pindah ke daerah ini 3 tahun yang lalu. Saat itu aku dan keluargaku pindah karna proses rehab penyakit paru-paruku yang memburuk tinggal kota.
Saat pertama aku lihat pantai kala itu. Aku melihat Ombak tinggi dengan buih putih yang indah yang pernah kulihat. Begitu pula dengan pasir putihnya yang indah serta daerah sekitar pantai yang tampak bersih dan asri. Saat itulah aku sangat jatuh cinta dengan pantai white ini." Ungkap Lan seraya memandangi ombak laut yang beriak-riak menggoyangkan kapal.

Mendengar perkataan Lan yang tulus dari lubuk hatinya. Jan terperangah menatapnya sejenak. Lalu tanpa disadari matahari telah bersinar menerangi lautan saat itu. Suasana pagi yang terang benderang pun datang. Jan berdiri menghadap lautan yang membiru dan dipandanginya angkasa luas membentang di hadapan mereka.

"Apa ini yang namanya surga dunia?" Jan membentangkan tangannya. Dia berdiri di pinggir kapal menghirup udara pagi yang segar di tengah laut.

"Jan, tangkapan ikan hari ini sepertinya cukup untuk dijual di pasar. Coba lihat ini," ucap Lan antusias dengan tangkapan mereka.

"Ahh kau benar, ini sih sudah cukup." jawab Jan sembari melihat ikan tangkapan mereka.

"Baiklah, kalo gitu kita pulang sekarang sajalah, gimana?" tanya Lan.

"Oke siap." Ucapnya sembari membereskan barang-barang mereka.

Tak menunggu waktu lama mereka segera kembali ke pelabuhan. Tak seperti biasanya kali ini Jan menemani Lan berangkat ke pasar untuk menjual hasil tangkapan mereka.

Sesampainya di pasar Lan menemui seseorang yang biasa memasok hasil tangkapan ikan para nelayan. Mereka pun menjual ikan mereka tersebut kepadanya. Dengan wajah penuh semangat Lan mengajak Jan berjalan-jalan di sekitar pasar sebentar.

THE WHITE [SELESAI] Edisi Jan LouiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang