laila

606 8 0
                                    

Bila jadinya begini, maka... Mungkin sejak dari awal, aku tak akan ingin merasakan cinta. Jika pada akhirnya, cinta itu harus meninggalkanku.

Meski begitu...., aku tak bisa menyalahkan takdir. ini semua terjadi karna akulah yang belum cukup kuat melindunginya dan menjaganya. Sehingga pada akhirnya membuat diriku kehilangan orang yang kucintai.
~lan.
___________________________________

Ditepi jembatan pelabuhan lan berdiri dan termenung, memandangi laut yang sudah semakin sore.

Jan melihat lan dari kejauhan, ia sendiri kebingungan. Bagaimana membuat lan ceria lagi seperti sedia kala. Jan menghampiri lan menuju jembatan tersebut.

Ia pukul punggung lan dan tersenyum seperti orang bego yang memaksa dirinya untuk tersenyum. Jan sodorkan sebotol minuman yang kebetulan ia bawa untuk minum dirumahnya.

"Hehe, mau minum?? Ini anggur mahal loh. Aku pesan langsung dari kota sebelah. Bagaimana??..."

Mereka berdua minum di pinggir jembatan dekat dek kapal yang biasa membawa mereka melaut. Sebotol minuman yang mencairkan suasana sendu hati lan di sore itu.

Hingga malam tiba dan matahari sudah melambaikan selamat tinggal. Mereka masih terduduk disisi jembatan. Sampai akhirnya dinginnya angin malam tiba yang memaksa mereka untuk meninggalkan tempat itu.

"Beuh, dingin kali lan malam ini. Kau tak kedinginan apa?, jan memberi kode bahwa dia ingin segera pulang karna dinginnya angin malam."

Seketika lan tertawa terbahak-bahak melihat tingkah jan. Lan tertawa karna jan yang tak terus terang mengajaknya pulang bersama tapi dengan memberinya sebuah isyarat. Lan pun akhirnya berdiri dan merangkul punggung jan.

"Ayolah..."
"Ayo,... kita balik. Sebelum angin memaksa kita jatuh sakit."

Meski jan sedikit tak mengerti apa maksud dari perkataan lan. Jan cukup senang dengan melihat temannya sedikit tertawa kala itu.

"Apaan lagi itu"
"Angin yang memaksa kita jatuh sakit??". "akhh, kau mabuk berat ya lan?".

Mereka berdua pun pulang sambil tertawa bak orang gila yang membicarakan angin malam.

" kau, tak apa lan? Kenapa gak nginep dirumahku aja."

"Ohh, gak masalah ko. Thanks jan, sampe jumpa besok". Ucap lan sebari melambaikan tangan. Mereka berdua berpisah di persimpangan jalan menuju kediamannya masing-masing.

Dikediaman jan '''

Jan membuka pintu rumahnya, dia rebahkan badannya di sofa. Ditutup kepalanya dengan lengan kanan yang ditempelkan ke dahi. Jan termenung sejenak dan mengingat kejadian yang dia alami selama belakangan ini.

Debur ombak yang terdengar dengan kerasnya diluar. Dikala sepi sendirian, masihlah terasa didalam hatinya ketakutan akan kejadian di masa lalu.

Kehilangan orang yang dicintai, menapaki jalan yang gelap, hinar binar dunia. Hingga saat ini pun jan masihlah merasa tak banyak ada yang berubah dalam hidupnya.

Pukul 23.00 matanya yang belum juga mengantuk membuatnya merasa sedikit terganggu. Ia memakai mantal hangatnya pergi keluar untuk sekedar membeli minuman.

Karna jaraknya yang cukup jauh dari bibir pantai tempatnya tinggal. Jan pun menikmati perjalanan di malam hari kala itu dengan melihat bintang dilangit yang bersinar terang kala itu.

Berbeda dengan suasana siang hari, jalanan pasar tampak ramai dengan orang-orang yang berbagai tujuan. Tempat yang jan tuju adalah bar tempat pertama lan mengajaknya. Dilihatnya bar di malam hari tampak ramai dari siang hari.

THE WHITE [SELESAI] Edisi Jan LouiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang