Hemofilia

79 12 5
                                    


"Buhk.."
Akhirnya keempat orang itu melarikan diri.
Aku bangkit berdiri dan menolong laki laki yang berpakaian hitam itu.

"Gwaenchana?"
Aku memegang pergelangan tangannya dengan lembut.

"Ne, haejinie Apa kau terluka?"
Aku mengenal suara ini, aku tahu
Dia park jinyoung.

"Jinyoung?"
Aku membuka snapback yang dipakainya. Dan itu memang jinyoung, aku sangat bersyukur karena Tuhan mendengar doaku.
Tapi aku takut terjadi Apa apa padanya.

"Gomawo"
Bisikku tapi kuyakin dia bisa mendengarku. Dia melangkah kedepanku dan berjongkok.

"Naiklah, aku tak mau melihatmu kesakitan."
Dia menyuruhku untuk naik dan aku menurut.

Dia membawaku pada mobilnya dan dia ikut naik. Saat kulihat wajahnya dan kulihat luka di bibirnya darah itu mengalir terus. Aku panik dengannya.

"Jinyoung, chakkaman datanglah kerumahku aku mau mengobatimu"
Bujukku padanya

"Ne, chagiya"
Aku membiarkan dia memanggilku dengan panggilan itu.

Dia melajukan mobilnya dengan cepat, sementara aku mencari tissue dan melipatnya kemudian aku mengarahkan pada bibirnya. Aku cemas karena pendarahan di pipinya tak berhenti, aku takut sekarang.

Akhirnya kita sampai di rumahku, dia menyuruhku naik ke punggungnya tapi aku menolak.

Aku mengambil kotak obat dan air panas. Aku membawanya pada jinyoung yang sedang duduk di sofa kamarku.

"Kenapa darahnya tak berhenti?"
Tanyaku sambil menuangkan alkohol di kapas yang kupegang.

"Sebenarnya darahku tak bisa membeku walaupun itu luka kecil."

"Mwo?"
Aku terkejut mendengarnya

"Aku sakit hemofilia, aku selalu pergi terapi setiap bulan untuk mencegah penyakit ini. Aku juga mencegah diriku agar tak berkelahi, jatuh atau mimisan."
Tubuhku rasanya mati rasa saat ini.

"Terus, kalau begitu Kenapa menolongku? Hiks hiks"
Air mataku mengucur deras

"Karena sepertinya kau memanggilku dalam hatimu. Batinku terasa seperti ada orang yang memanggilku."
Air mataku lebih deras saat mendengarnya.

"Apakah ada luka selain ini? Ayo kita ke rumah sakit kalau kau kehabisan darah kau akan pingsan."
Bibirku bergetar air mataku tak bisa berhenti aku menariknya untuk turun.

"Jangan menangis aku takkan mati sekarang"
Dia menghapus air mataku.

...

Sampainya di rumah sakit dia sudah sangat lemah. Aku memanggilnya terus agar dia tak pingsan.

Para suster membawanya ke ruang pemeriksaan. Tapi dokter itu harus memeriksanya setelah ada persetujuan keluarga. Aku bingung mau bilang apa sekarang.

"Aku tunangannya, jadi tolong obati dia sekarang."

"Baiklah saya akan mengeluarkan kemampuan saya"
Jawab orang berjas putih itu.

Aku duduk di kursi rumah sakit sambil menunggu jinyoung selesai. Air mataku tak bisa berhenti sekarang. Aku membuka ponsel jinyoung dan mencari kontak ibu atau ayahnya.

"Yeoboseo"

"..."

"Saya Kim haejin teman jinyoung saya mau memberitahukan anak ajhuma sedang ada di rumah sakit"

"..."

"Ne"

Aku menutup sambungan telepon ini, eomma dan appa jinyoung akan segera kesini. Aku takut terjadi apa apa terhadapnya.

|'Heart Cold'| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang