twelve

24 7 0
                                    

.
.
.
"Hei kau bercandakan?"
Aku tiba tiba meraskan serangan jantung sesaat karena mendengar pernyataan Haejin.

"Aku tidak bercanda" ucapnya dengan wajah serius.
"Tapi haejin-ya "
Ucapku kecewa

"Kenapa?"
Kulihat wajahnya menjadi bingung
"Aku tak bisa melepaskanmu"
Ucapku sambil mengambil tempat di sampingnya.

"Aku tak tahu apa maksudmu"
Ucapnya.
Aku menarik nafasku panjang.
"Karena kau milikku, dan aku takkan melepaskanmu karena kau menyukai sahabatku"
Kataku tegas.

"Aku bukan milikmu!"
Ucapnya, dan kutahu ekspresinya akan semarah ini.
"Jika kau tetap akan memilih Minjung, lihat saja apa yang akan terjadi"
Ucapku terus menatap manik Haejin.

"Lakukan saja"
Ucapnya lalu beranjak meninggalkanku.

Haejin pov

Aku membanting pintu kamar jinyoung lalu pergi meninggalkan rumah itu. Aku tak mengerti apa yang ia pikirkan, kenapa bisa bisanya ia berkata kejam seperti itu.

Aku merasa takut melihat wajahnya yang berubah sesaat. Apa karena perkataanku? Apa salahnya aku mengatakan hal itu? Entahlah aku muak seharusnya aku tak pernah kenal dengannya.

Aku mengendarai mobilku lalu menuju ke rumahku. Seperti biasanya, rumahku tak berpenghuni tapi lampu tadi pagi kumatikan Kenapa sekarang semuanya menyala?

Aku memasukan pin kunci rumahku tapi pintunya sudah terbuka karena pin yang ku tindis tak bisa masuk.

'Siapa yang datang?'
Gumamku sambil terus memasuki dan mengecek seluruh ruangan, aku panik karena takut ada pencuri dalam rumah.

Aku mendengar suara seseorang sedang berbincang dari ruang makan.
Aku perlahan mendekat sekaligus mendengar suara itu.

"Siapa itu?"
Ucapku dengan suara yang termasuk keras.
"Haejinie?"
Sahut seseorang dengan suara khasnya.

Aku mengenal suara itu. Suara yang sering kudengar dulu. Aku merindukannya.
.
.
Eomma hiks

Air mataku menetes bersamaan dengan aku melihat wanita cantik yang berdiri tak jauh dariku.

"Haejinie mianhae"
Wanita itu berlari dan memelukku membuatku semakin terisak karena tak mampu menahan tangisku.
"Ini nya- ta?"
Tanyaku terbata

"Haejin anakku maafkan ayah"
Kali ini laki laki bersuara berat sedang memelukku juga.

"Tidak!!!!" Teriakku sambil melepas pelukan mereka padaku

"Haejin" panggil suara berat itu

"Lepaskan aku!" Pekikanku bersamaan dengan air mata yang terus bercucuran di pipiku.

"Maafkan ibu" aku tak percaya dengan yang kulihat ini

"Lepaskan aku" ucapku perlahan lalu berbalik dan berlari lagi keluar dari rumah itu.

"Hiks" aku masuk ke dalam mobilku dan langsung menancap gas seperti orang gila

"Why?!!!!" Teriakku sambil memukul stir

'Kenapa ini bisa datang bersamaan? Aku sudah terbiasa tanpa mereka! Haruskah mereka kembali saat seperti ini? Aku muak! Aku tak peduli lagi dengan mereka, haish!! Sial!!' batinku berteriak teriak dalam dadaku

Aku mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata rata.

"Apa aku harus melakukan hal bodoh hari ini? Okay kenapa tidak" haejin semakin lama menginjak gas dan membuat mobil yang ia kendarai semakin cepat, padahal di depan ada tikungan tapi dia tak ada niatan untuk menggerakkan setirnya.

"BRUK!!!"
suara dentuman keras berasal dari mobil Mercedes hitam itu, mobil itu berasap dan bagian depan hancur parah karena menabrak pohon besar.

- Other POV -

"Apa dia baik baik saja?" Tangis wanita itu menyertai perkataannya ia meremas baju laki laki yang ia peluk.

"Tenanglah sayang" ucap pria itu menenangkan

"Apa yang akan terjadi dengan putriku sekarang? Harusnya aku tak pergi dulu!" Isak wanita itu

Tiba tiba dari dalam ruangan putih itu keluar seorang wanita berjas putih dengan kacamata.

"Tuan Kim, anak anda mengalami pendarahan dikepalanya karena disebabkan oleh benturan akibat mobilnya yang menabrak pohon" ucap wanita yang disebut dokter itu

"Apa itu sangat parah?" Tanya tuan Kim

"Kami akan mengoperasi kepalanya sebentar, saat ini tubuh nona Kim sedang dibersihkan" ucap wanita itu lagi

"Saya mohon lakukan yang terbaik karena dia itu anak saya" ucap wanita yang masih terisak

"Saya tidak bisa memberi kepastian tapi saya yakin anak anda memiliki fisik yang kuat"

"Yasudah"

Dokter itu berlalu meninggalkan ruang VIP itu.

"Apa haejin baik baik saja?" Tanya ibu haejin

"Tenanglah, kalau kau menangis terus haejin akan lemah tapi kalau kau kuat begitu pula dengan putrimu"

"Apa seperti itu? Aku bukan ibu yang baik! Aku membiarkan anakku tinggal sendiri di kota yang begitu menyeramkan seperti ini. Bahkan aku tak tahu apa yang terjadi saat ia dirumah dan bahkan aku tak tahu apa yang ia alami saat kita tak ada"
Wanita itu terus menangis tanpa henti

"Sayang, kau harus istirahat ini sudah lewat tengah malam, mau kubawa ke ruang kerjaku?"- tanya ayah haejin

"Tidak, aku ingin menunggu putriku selesai operasi"- ibu haejin

"Tapi kau akan kelelahan, dan besok Mingyu akan pulang"- ayah

"Mingyu, apa dia baik baik saja disana?"- ibu

"Iya dia baik baik saja jadi kau harus istirahat sekarang"- ayah menuntun istrinya menuju ruang pribadinya yang masih terletak satu atap dengan tempat haejin dirawat, karena sebenarnya haejin tak dibawa ke rumah sakit melainkan ia dibawa ke Nexus tempat rahasia perusahaan ayah karena ayah itu seorang konglomerat sekaligus pejabat negara ia tak mungkin bolak balik ke rumah sakit umum.

Paginya

"Tuan Kim" seru seseorang pada ayah yang terlelap di kursi disamping haejin

"Iya, kenapa?" Tanya ayah

"Sayang akan mengecek kondisi anak anda" ucap dokter yang merawat haejin

"Silahkan" ucap ayah lalu beranjak dari tempatnya

Dokter tadi memeriksa jantung haejin, wajahnya masih terlihat tenang saat mengecek oksigen yang mengalir menuju hidung haejin tapi saat ia mengecek bagian dari kepala haejin matanya mbulat sempurna, membuat ayah bingung karena keterkejutan dokter

"Suster cepat siapkan ruang operasi!!" Pinta dokter dengan teriakan

"Tuan Kim, nona haejin mengalami pendarahan lagi di kepalanya ia masih punya kesempatan jika darahnya tak sampai di otak" ucap dokter, seakan ikut terluka ayah hampir saja jatuh kala mendengar haejin seperti itu

"Cepat lakukan apa yang kalian tau!!!" Teriak ayah membuat seisi ruangan terkejut

TBC

|'Heart Cold'| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang