Seoul, February 2046
Musim telah berganti dan udara pun kian menghangat.
Lantas di seberang jalan sana, seorang gadis―ya, dia masih seorang gadis―tergesa-gesa dengan langkah lebarnya. Layaknya dikejar deadline, masih ia sempatkan untuk menyapa setiap orang yang ia lewati ketika tubuhnya memasuki sebuah gedung di seberang tempat ia berdiri sebelumnya.
"Han Raejin!"
Tubuhnya berhenti ketika seseorang meneriakkan namanya dari jarak yang cukup jauh. Raejin memutar tubuhnya. Seorang lelaki berdiri dengan setelan jas rapih namun ia tahu orang itu tidak seperti penampilannya.
"Ne! Annyeonghaseyo sajangnim." sapanya ramah. Setitik keringat jatuh di dahinya ketika lelaki itu berjalan mendekatinya.
"Kau tidak terlambat hari ini rupanya."
"Ah... jongmalyo?" tanpa sadar Raejin mengangkat tangannya, melihat jam untuk memastikan apa yang dikatakan pria muda itu benar.
"Hm. Tapi kalau kau tetap berdiri disini... kita akan kehilangan pendengar! Siaranmu sebentar lagi dimulai, cepat pergi ke studio. Sekarang!"
Siapa yang tidak terkejut jika seseorang yang baru saja 'memujimu' tiba-tiba berteriak di depan wajahmu. Ditambah tatapan karyawan lain yang berlalu lalang melintasi mereka.
Orang mana yang bisa-bisanya berbicara dengan seseorang yang memiliki 'posisi' tertinggi di sana. Hanya Raejin yang bahkan berani berdiri dalam jarak sedekat itu dengan atasannya.
"A-Ahahaha... NE! Jwisonghaeyo, sajangnim" tanpa menunggu lawan bicaranya membalas―dan memang ia tak berniat mendengarnya, Raejin melanjutkan sesi berlarinya.
"Dasar, Haejun sialan! Awas saja kau. Kusumpahi Dayoon eonni menolak dia. Lihat saja Cho Haejun!", gumamnya ketika tubuhnya telah berbelok memasuki lift.
Di lain sisi, lelaki tadi masih setia pada posisinya. Kali ini sudut bibirnya menyisakan lengkungan manis.
"Dasar Raejin bodoh. Sajangnim...? Ck, yang benar saja."
• • •
"Annyeonghaseyo yeorobun, Han Raejin imnida. Apa kabar kota Seoul hari ini? Langit cerah, udara kembali hangat, dan seseorang sedang menyapa kalian disini untuk menghangatkan suasana hati kalian."
Di balik ruangan bekaca lebar itu, sosok Raejin berubah lebih ceria tadi sebelumnya. Ia memang hanya berbicara dengan microphone di hadapannya. Tapi seakan-akan banyak orang yang menjawab salamnya barusan. Hal menarik bagi seorang penyiar.
"Ah.. aku tidak datang terlambat hari ini. Apa tadi pagi ada yang terlambat ke kantor? atau ke sekolah? kuliah? Sekarang waktu menunjukkan pukul 3 sore. Kalian dapat membagikan cerita kalian melalui pesan suara atau email ke alamat redaksi kami."
Tangannya bergerak menekan tombol pada layar lipat di depannya. Berbagai email telah masuk lebih cepat dari biasanya. Mungkin hari ini warga kota sedang memiliki banyak cerita menarik untuk dibagikan.
"Jha... ternyata sudah banyak pesan masuk. Seperti biasanya, sebelum aku membacanya, aku akan memutar banyak lagu untuk kalian. Jangan ganti saluran kalian, karena hanya disini, banyak lagu-lagu yang akan diputar, dengan berbagai cerita menarik. Every music has their own story. Stay tune in Playlist.FM"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Playlist [Slow Update]
FanfictionSetiap lagu punya cerita Han Raejin, seorang gadis, 20 tahun, dan dia... normal. Tentu saja. Dia hanya seorang penyiar radio, bersuara tanpa menampakkan wujudnya. Tapi.... Setiap lagu punya cerita Lewat lagu-lagu yang ia putar, cerita akan berjalan...