Raejin kian mempercepat langkahnya dengan tergesa-gesa. Setumpuk map dan lengan tasnya yang kendur sejatinya menghambat langkahnya menuju kantor. Jika bukan karena Professor Yoon yang dengan mudahnya meminta dibawakan berkas-berkas yang ia tinggal di rumah, mungkin Raejin masihh bisa bersantai-santai di sofa studio siaran.
Dan sekarang Raejin benar-benar merasa dalam masalah. Jam yang melingkar di tangannya terus berputar, membuatnya semakin jengkel karena waktu berlalu begitu cepat. Padahal jarak kantor dan tempatnya sekarang masih cukup jauh.
Satu hal yang perlu menjadi catatan adalah Raejin memilih berlari dari pada menunggu bus yang entah kapan datang.
Taxi? Sayang sekali ia sedang sial. Dompet Raejin tertinggal di rumah. Jadi sejak tadi di kampus pun Raejin belum mengisi perutnya.
"Sepertinya kau akan terlambat, Han Raejin-ssi"
Seseorang menyalib langkahnya dengan cara yang sama. Siapa lagi jika bukan atasannya itu yang akan meledeknya mengenai pekerjaannya.
Raejin memilih tidak mengacuhkan ucapan Haejun dan menghentikan larinya. Napasnya sudah tinggal sepenggal-penggal. Ia harus mengatur napasnya. Setidaknya agar saat siaran nanti, tidak ada suara helaan napasnya.
"Oh! Kau berhenti? Kau akan terlambat kalau berjalan kaki"
Haejun kembali mengomentari Raejin tanpa celah. Merasa tidak ada pergerakan dari Raejin, akhirnya Haejun ikut berjalan mundur menghadap Raejin sambil sesekali melihat belakangnya.
Hingga Haejun menyadari gadis di depannya menghentikan langkahnya, lantas mengeluarkan ponsel dari dalam saku ripped jeans yang dikenakannya.
"Yeoboseyeo... Jaeyoung? Jaeyoung?"
"Saeyoung?" Haejun ikut mengeja sebuah nama yang keluar dari mulut Raejin. Meski hanya menerka-nerka, Haejun tetap berusaha menangkap nama tersebut. "Nugu?"
Sekilas memang ekpresi wajah Raejin sedikit lebih cerah. Mungkin gadis itu baru mengingat siapa sosok di sebrang telponnya.
Sedang Raejin terus berbicara dengan seseorang itu, Haejun justru diam memperhatikan Raejin sambil mengerutkan keningnya. Hingga akhirnya Raejin menutup sambungan telponnya, barulah Haejun tersadar kalau ia masih tetap di tepatnya.
Dari dalam saku kemejanya, Haejun mengeluarkan sebuah kaleng minuman. Dan tanpa disangka-sangka, Haejun melempar kalem minuman tersebut ke arah Raejin.
"Raejin-ssi!"
Raejin sempat terkejut namun tetap berhasil menangkap keleng tersebut.
Baru Raejin hendak menanyakan maksud dari keleng minuman itu, tapi sosok Haejun telah memlaikkan badannya dan melanjutkan langkahnya berlari ke arah kantor.
Raejin sekilas memerhatikan kaleng itu. Ada sebuah sticky notes disana.
Fighting, Raejin-ssi!!!
My heart belongs to you
My heart waits for you
What i want to hear
Can't you just say to me
Never let you leave me
Cause the only thing i do
I'll be there for youThe Moment by DMEANOR
KAMU SEDANG MEMBACA
The Playlist [Slow Update]
FanfictionSetiap lagu punya cerita Han Raejin, seorang gadis, 20 tahun, dan dia... normal. Tentu saja. Dia hanya seorang penyiar radio, bersuara tanpa menampakkan wujudnya. Tapi.... Setiap lagu punya cerita Lewat lagu-lagu yang ia putar, cerita akan berjalan...