Knock knock
Pria dengan setelan jas rapih itu mengangkat kepalanya dari dokumen-dokumen yang berserakan di atas meja kerjanya. Sebuah suara membuatnya menghentikan sejenak kegiata membaca laporan yang masuk sejak tadi.
Tanpa suara, seseorang menyembulkan kepalanya, mengintip ke dalam.
"Eum... anu... apa tuan memanggilku?
"Sejak kapan aku menjadi tuanmu?"
Tidak biasanya gadis itu kelabakan ketika mendapat tatapan tajam dari atasannya. Ia hanya merasa situasinya agak canggung. Maka dari itu bahkan ia tidak menggeser sedikit pun tubuhnya dari pintu.
"Masuklah", pria itu cepat sekali berubah. Sebelumnya ia bertanya dengan nada sinis. Tapi di detik selanjutnya, ia merubah mimik wajahnya menjadi lebih lunak.
Ragu-ragu, Raejin masuk sambil memeluk tasnya. Lalu mendudukkan dirinya di hadapan atasannya itu.
"Museun marieyo?"
"Pertama, aku ingin berbicara sebagai temanmu. Bukan atasanmu,"
Haejun merapihkan sebentar tumpukan kertas di depannya. Lalu dirinya bangkit dan berjalan ke arah tanggalan di dinding.
"Dua hari lagi, ayahku mempunyai janji dengan petinggi perusahaan yang bekerja sama dengan kita. Tapi ayahku memintaku untuk menggantikannya karena dia masih berada di Jepang hari itu,"
Raejin masih menyimak dengan tenang sambil sesekali mencoba menerka kemana ucapan Haejun berakhir.
"Itu acara formal. Dan kurasa aku tidak bisa datang sendiri,"
Oh tidak, jangan katakan--
"Bisakah kau temani aku hari itu?"
Rajin dengan cepat menggeleng setelah pertanyaan Haejun berakhir. Dan secepat itu pula Harjun bertanya, "Wae?".
Ia tidak menyangka akan mendapat penolakan secepat itu.
"Hanya tidak bisa" Raejin tak begitu yakin dengan jawabannya. Tapi entah mengapa ia benar-benar harus menolak permintaan itu.
"Setidaknya aku harus tahu kenapa kau tidak bisa menemaniku. Kalau kau tidak nyaman, aku sudah bilang kalau aku berbicara sebagai temanmu. Bukan atasanmu"
"Kau bisa meminta tolong Yubin eonni. Dia sekretarismu. Jadi kurasa dia akan lebih tau tentang perusahaan seandainya mereka bertanya"
"Haruskah kuingatkan kalau Yubin sedang dalam masa cuti kerjanya?"
Raejin benar-benar hendak mengutuk dirinya karena lupa tentang hal itu.
Pantas saja ia tidak melihat wanita itu belakangan ini. Biasanya Yubin eonni akan menegurnya setiap kali Raejin masuk kantor.
"Bagaimana jika mereka menanyakan hal-hal mengenai perusahaan?"
"Kau hanya perlu duduk menemaniku dan menjawab apa yang kau tahu. Katakan jika kau tidak tau. Atau kau jika bisa jujur kalau kau seorang penyiar"
"Aku tidak punya pakaian formal untuk dikenakan"
"Kita akan mencarinya setelah ini"
Raejin menahan napasnya sejenak. Sepertinya pria di depannya itu sedang berusaha mendapatkan apa yang dia butuhkan.
"Kau punya banyak karyawan di kantor ini. Tapi kenapa harus aku?"
Haejun menimbang-nimbang jawaban yang tepat. Bagaimana cara ia mempertahankan gadis di depannya ini tanpa penolakan sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Playlist [Slow Update]
FanfictionSetiap lagu punya cerita Han Raejin, seorang gadis, 20 tahun, dan dia... normal. Tentu saja. Dia hanya seorang penyiar radio, bersuara tanpa menampakkan wujudnya. Tapi.... Setiap lagu punya cerita Lewat lagu-lagu yang ia putar, cerita akan berjalan...