Setelah melalui diskusi panjang, akhirnya Raejin mengalah dan mengikuti keinginan Haejun untuk mendampinginya di acara perusahan itu.
Siang setelah pulang kantor, Haejun benar-benar menepati janjinya untuk membelikan Raejin sebuah mini dress.
Raejin tidak begitu terkejut dengan sikap Haejun. Karena menurutnya, Haejun bisa saja melakukan hal yang lebih mengejutkan dari pada membelikannya sebuah pakaian mahal. Lelaki itu punya semuanya.
Di hari yang mereka janjikan, Haejun sengaja memberi Raejin potongan jam kerja supaya mereka tidak terlambat datang ke acara.
Memang sejak meninggalkan kantor beberapa menit yang lalu, beberapa kali karyawan lain menatap mereka penuh selidik.
Padahal Raejin sama sekali tidak melakukan hal apapun selain berjalan di belakang pria itu. Hanya penampilannya yang sedikit berbeda dari biasanya.
"Kau akan terus berjalan di belakangku, Raejin-ssi?", Sindir Haejun ketika mereka sampai di tempat tujuan.
Baiklah, Raejin memang terbiasa seperti itu. Lagi pula, itu adalah manner-nya sebagai karyawan kepada atasannya.
Memangnya salah?
Haejun menekuk lengan kirinya, memberika isyarat pada Raejin yang seakan masih tak mengerti posisinya sekarang.
"Setidaknya kau harus bersikap layaknya pasanganku. Tenanglah, aku janji tidak akan lama"
"Bukankah aku di sini sebagai sekretarismu?"
"Apa aku mengatakan hal itu sebelumnya?"
Raejin mengingat kembali. Sayangnya, ia tidak menemukan jawaban 'iya' untuk pertanyaan Haejun barusan.
Harusnya aku bertanya dulu sebelumnya
Akhirnya Raejin mengaitkan tangannya pada lengan Haejun dan dua anak muda itu berjalan berdampingan menuju tempat pertemuan.
Raejin tidak pernah menghadiri acara semacam ini sebelumnya. Jadi wajar saja jika ia terlihat gugup. Seratus persen terbalik dengan Haejun yang bisa menyapa rekan-rekan kerja-nya itu dengan santai.
Raejin hanya mendengarkan obrolan orang-orang itu tanpa berniat menimpali sedikitpun. Baginya, topik mengenai perusahaan itu terlalu berat. Dan ada beberapa bagian mengenai perusahaan yang tidak ia mengerti.
"Omong-omong, apa dia istrimu?".
Raejin nyaris saja memuntahkan minuman yang hendak ia teguk, jika bukan karena pertanyaan dari seseorang di seberang Haejun.
Lelaki di sampingnya itu pandai mengontrol ekspresinya. Ia hanya terkekeh sesaat sebelum menjawab.
"Akan terlalu cepat bagi orang seusia saya untuk menikah. Saya masih memfokuskan diri untuk kuliah dan perusahaan,".
Orang-orang yang ada di sana rata-rata berusia lanjut. Sebagian masih terlihat muda karena penampilannya. Tapi Raejin yakin kalau sebagian besar dari mereka berusia jauh di atasnya dan juga Haejun. Jadi wajar saja jika pertanyaan seperti itu keluar mengahantam mereka.
"Dia rekan kerja saja. Dan secara kebetulan, kami juga mengambil jurusan kuliah yang sama", tambah Haejun.
"Aku hampir berpikir kau adalah pendampingnya. Apa kau sekretaris Haejun?".
Benar dugaan Raejin jika orang-orang itu akan menanyakan profesinya. Tapi sejujurnya ia membenci ini.
"Ya, dia memang pendamping saya" jawab Haejun tanpa beban. Meski ia merasakan kakinya baru saja diinjak oleb seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Playlist [Slow Update]
Fiksi PenggemarSetiap lagu punya cerita Han Raejin, seorang gadis, 20 tahun, dan dia... normal. Tentu saja. Dia hanya seorang penyiar radio, bersuara tanpa menampakkan wujudnya. Tapi.... Setiap lagu punya cerita Lewat lagu-lagu yang ia putar, cerita akan berjalan...