"Everybody love the things you do
From the way you talk.. to the way you move..
Everybody here is watching you..
Cause you feel like home..
You're like a dream come true...."~When we were young. -Adele.
Lagu yang mengalun lembut itu seperti meremukkan hati Alexsha. Pikirannya tiba tiba melayang menuju kenangan dan peristiwa bahagia yang ia lalui bersama cowok yang meninggalkannya.
Dia membenci orang itu.
Dia tak pernah berhenti bertanya pada dirinya mengapa itu bisa terjadi. Apa kesalahannya sehingga orang yang sangat ia sayang pergi begitu saja? Orang itu adalah alasan Alexsha tidak mau untuk memulai sesuatu yang baru.
"I'm not afraid to try again. I'm just don't want to get hurt with the same reason." Kata kata yang selalu dia katakan, yang selalu menjadi prinsipnya.
Dia tak ingin menangis. Menurutnya sangat bodoh untuk menangisi hal seperti itu. Ya, memang dia menangis cukup lama ketika dia mengalami kejadian "itu".Alexsha merasa lebih bodoh lagi karna waktu itu ia ditemani Dika saat menangis.
Dika yang paling mengerti dirinya saat itu. Sahabat-sahabatnya yang lain memang juga peduli tentang itu, tapi Dika lah yang paling mengerti keadaan Alexsha. Alexsha dan Dika memang sangat dekat. Tak jarang mereka dikira pacaran karena Dika tanpa malu suka menggandeng dan berdekatan dengan Alexsha.
Butuh waktu memang untuk menjelaskan ke semua orang bahwa mereka hanya bersahabat dekat. Dika pernah hampir bertengkar dengan orang yang paling dibenci Alexsha dan membuat Alexsha menangis. Tapi Alexsha melarangnya, tentu saja.
Alexsha tidak mau kehilangan Dika. Walau Dika bukan milik Alexsha, tetap saja akan menyakitkan jika harus kehilangan Dika. Yang Alexsha maksud sebenarnya adalah Alexsha tidak mau Dika terlalu sibuk dengan orang yang Dika suka hingga melupakan Alexsha. Sebenarnya, sejauh ini Dika selalu berkata bahwa dia belum menyukai siapa pun. Jadi Alexsha tidak perlu takut.
Sekarang Alexsha bingung. Ada orang yang membencinya. Hatinya tidak akan tenang jika seperti ini. Dia tidak mau memberi tahu Alvin, Max ataupun Dika.
Sherna, Rena, dan Verna ingin agar Alexsha menjauh dari sahabat-sahabatnya.
Bagaimana jika sahabat-sahabatnya benar benar diambil darinya dan mereka tidak bisa sedekat ini lagi?Alexsha takut.
Sherna dkk dikenal sebagai geng yang cukup sadis dalam hal cowo. Jika ada yang mendekati gebetan mereka, mereka tak akan segan untuk meneror terus-terusan.
Kamarnya terasa dingin.
Dia gelisah.
Kadang dia berpikir terlalu keras dan membuat dirinya sendiri pusing.
Alexsha butuh Dika.
"Haruskah aku menelpon Dika?" Alexsha mengambil hpnya. "Mungkin seharusnya tidak, aku takut menggangu Dika."Akhirnya Alexsha terus mendengarkan lagu.
Tiba tiba lagu yang tadi dia dengar berubah menjadi nada ringtonenya.
Ternyata ada panggilan dari Dika. "Selalu muncul saat dibutuhkan." Alexsha tersenyum.
Dika: "Hai, Alexsha Laura Violent."
Alexsha: "Harus selengkap itu ya?"
Dika: "I like your name. Sibuk ga?"
Alexsha: "Hem.. ga. Kenapa?"
Dika: "Ketemuan yuk. Di tempat biasa."
Alexsha: "Now?"
Dika: "Yeah, waktu kamu buat dandan cuman 10 menit OK? Jangan lama-lama."
Alexsha: "Sejak kapan aku dandan? 5 menit juga cukup."
Dika: "Iya iya, tau kok. Yaudah buru gih."
Alexsha: "OK."
Dengan segera Alexsha bersiap siap.
Di tempat lain, Dika mengganti bajunya dengan kaus berwarna merah berkerah, celana jeans panjang, dan jaket hitam favoritnya. Penampilan seperti ini lah yang selalu membuat nya menjadi pusat pandangan semua orang. Walaupun simple, aura kerennya selalu terpancar.
Segera saja dia menuju "tempat biasa" yang dimaksud olehnya tadi. Yaitu Cafe di taman kota. Dika duduk di tempat biasanya ia dan Alexsha berbincang.
Tak lama kemudian, Alexsha datang dengan gaya simple namun menariknya. Rambut lurusnya yang menjadi bergelombang karna saat di rumah selalu memakai jepit rambut, terurai indah. Tas selempang kecil yang berwarna abu-abu membuat dirinya terlihat manis. Celana pendek namun tidak terlalu pendek dan kaus berkerah warna biru muda dikenakannya. Tak lupa jaket hitam favoritnya yang persis seperti milik Dika.
Tak heran jika banyak orang menganggap mereka pacaran.
"Hi." sapa Dika. "Aku udah pesenin minuman kayak biasa."
"Ooh, OK." Alexsha menjawab singkat. Dika merasa ada yang salah.
"Kenapa? Waktu di rumah keinget lagi soal cowo ga tau diri itu ya?" Tanya Dika. Selalu tepat. "Ya, selalu tau ya kamu." Jawab Alexsha. Tanpa basa-basi Dika langsung pindah duduk ke sebelah Alexsha di sofa coklat cafe itu. Dika tau, setiap mood Alexsha seperti itu, Alexsha lebih nyaman jika Dika duduk di sebelahnya.
Cafe itu sepi, dan mereka duduk di dekat dinding jadi tertutup dan tidak ada orang dari luar Cafe yang bisa melihat mereka. Tak lama, pelayan datang dengan pesanan Hazelnut Chocolate untuk Alexsha dan Orange Chocolate untuk Dika.
Hari itu sangat dingin, Dika memegang tangan Alexsha dari bawah meja. "Jangan pikirin itu lagi. Aku ga mau bahas lagi ya. Aku ga mau kamu nangis lagi." Kata Dika lembut.
"Aku ga akan nagis lagi, Dik. Selow aja kali." Kata Alexsha. Alexsha menjadi lebih tenang sekarang. Berada di dekat Dika terasa sangat hangat dan nyaman.
"Ya udah, ganti topik. Katanya si Alvin udah putus tuh, gara-gara ga betah, cewenya over. Hahaha." Tawa Dika terlihat sangat puas karna sahabatnya putus. "Siapa yang mutusin?" Alexsha bertanya. "Si Alvinnya. Parah dah dia mah cewe diputusin." Alexsha langsung kesal mendengar jawaban Alvin.
"Kayaknya besok senin si Alvin abis nih sama aku. Tapi ya kalo dia ga nyaman mau gimana lagi. Hehehe." Mood Alexsha mulai membaik karna ada Dika.
"Abis ini nonton yuk. Aku bayarin deh, supaya mood kamu ga jelek lagi. Serem kalo mood kamu kayak gini." Hibur Alexsha. "Bayar sendiri-sendiri aja kali, Dik." "Udah gapapa. Dibayarin. Ga ada penolakan. Titik!" Paksa Dika.
Alexsha bisa apa? Kalau sahabatnya yang satu ini ingin memperbaiki moodnya pasti akan melakukan apa saja.
Alexsha juga sekalian ingin menanyakan soal apakah Dika pernah sedekat apa dengan Verna.
(Bersambung...)
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart MOOD
Teen FictionAlexsha si gadis yang memiliki kebanyakan teman dan sahabat laki laki. Gadis yang tidak ingin terlibat dalam satu persoalan yang justru sedang disenangi oleh gadis lain seusianya, soal percintaan karena trauma. Hanya dengan satu penjelasan dari tra...