Day 3

125 13 2
                                    

Jessie membuka mata di hari ke- tiga masa ospeknya. Sinar matahari terlihat menyusup diantara celah jendela kamarnya.

"Holy shit!"

Gadis itu mengumpat lalu melompat dari ranjang. Ia dengan pecicilan segera bersiap-siap. Biasanya, dia bangun sebelum sinar matahari muncul. Dan ini artinya dia akan terlambat. Mungkin toilet kotor sudah menantinya di kampus.

"Ya Tuhan," keluh Jessie lagi. Gadis itu menatap gerbang kampusnya dan tampaklah para senior sedang menangani beberapa maba yang terlambat.

"Hey, kamu! Kesini cepat!" teriak seorang senior.

Dada Jessie semakin berderu melihat seorang senior memanggilnya dan memberikan tatapan tajam. Senior itu terlihat sangat tidak asing. Tak salah lagi, dia adalah perempuan yang tempo hari duduk bersama Calum. Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini?

"Cepat jongkok!" perintah senior itu lagi. "Ikuti gerakan mereka!"

Jessie pun beringsut-ingsut mengikuti mahasiswa lain yang telah berjalan sambil jongkok di depannya. Kali ini dia tidak ingin mengumpat tentang kesialannya. Gadis itu terlalu takut dengan tatapan tajam para senior di depannya. Mungkin para senior galak ini memang ditugaskan untuk mengurusi mahasiswa-mahasiswa bandel dan tidak disiplin. Kalau saja Luke termasuk di dalamnya, mungkin Jessie sudah berani mengumpat dan kabur dari hukuman.

"Ayo! Jangan pada males!" pekik perempuan itu lagi.

Catherine. Sebuah pin nama terpeniti di jas almamaternya. Namanya bagus, sepadan dengan cantik wajahnya. Pantas saja Calum betah berada di dekatnya. Jika dibandingkan dengan Jessie, tentu saja Jessie tidak ada apa-apanya.

Setelah beberapa menit berlalu dan keringat sudah banjir di sana-sini, akhirnya salah satu senior pun menyudahi hukuman. Ia juga mengumumkan bahwa tidak ada hukuman membersihkan toilet hari ini. Sontak saja pengumuman itu langsung disambut pekikan keras dari mahasiswa-mahasiswa yang terlambat.

Begitu juga halnya dengan Jessie. Gadis itu langsung menghambur ke barisan belakang, dimana seluruh mahasiswa baru dikumpulkan di tengah lapangan. Di depan sana ada Luke yang berorasi dengan semangat menggebu-gebu. Harusnya sebuah orasi bisa turut membakar semangat orang-orang yang mendengarnya, namun hal ini tidak berlaku bagi Jessie.

"Loe telat?" tanya sebuah suara.

Jessie menoleh ke sumber suara dan mendapati Ashton yang ternyata berdiri di sampingnya.

"Iya Ton, kok loe tiba-tiba ada di samping gue sih?"

"Yaelah, gue emang udah ada di sini dari tadi. Loe aja nggak sadar," Ashton mendengus.

Jessie hanya mengangguk. Ia berusaha mengikuti pidato Luke, namun yang terjadi adalah sebaliknya. Ia tak bisa memokuskan penglihatannya pada Luke. Semua sudut kampus ia telusuri dengan mata bernuansa sendunya. Dari penjelajahan matanya, ia menemukan kembali Calum bersama Catherine.

"Ton," Jessie menyenggol lengan Ashton. "Loe udah dapet info apa tentang Ketering?"

"Ketering? Catherine kali ah!"

"Bodo amat!"

"Kata orang-orang sih, mereka cuma temenan. Nggak tau aslinya kayak gimana."

"Gimana sih loe, infonya nggak akurat, tajam, dan terpercaya kayak gitu? Percuma dong gue mempertaruhkan free-hotspot full seminggu buat loe! Tau gini, gue cari info sendiri aja," gerutu Jessie sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Eh, tapi kali ini gue punya info super penting yang nggak bakal loe dapet dari manapun, selain dari gue. Mau tau nggak?" ucap Ashton sambil menaik-turunkan kedua alisnya.

7 Days - Luke HemmingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang