Agenda hari ini adalah berkutat dengan sampah. Walaupun kemungkinan menemukan secarik surat di tumpukan beribu-ribu sampah itu hanya nol koma sekian persen, Jessie tetap ingin dan merasa harus melakukannya.
Gadis itu melewati koridor dengan santai karena kelasnya masih cukup lama. Di ujung koridor, ia melihat pemandangan yang sudah cukup akrab di matanya, siapa lagi kalau bukan Calum dan Catherine. Mungkin sebentar lagi mereka akan menikah. Jessie bahkan sudah tidak peduli dengan itu.
Ia baru saja akan berbelok koridor sebelum matanya menangkap seseorang. Luke, dengan tanpa ekspresi berjalan lurus melewati Jessie. Jessie berusaha menarik napas dalam-dalam. Ada sesuatu yang membuat dadanya sesak ketika mata mereka saling bertemu, kemudian Luke mengabaikannya begitu saja.
Jessie tidak ingin peduli, walaupun sebenarnya tidak bisa. Ia berusaha untuk konsentrasi pada kelasnya pagi ini.
***
"Loe mau ngapain sih, Jess?" tanya Ashton ketika Jessie mulai mengorak-arik tempat pembuangan akhir di kampusnya.
Gila, hanya kata itu yang sedang berputar di pikiran Ashton ketika melihat Jessie memegang sampah-sampah tanpa rasa jijik.
"Loe inget nggak sih sama surat yang kata loe surat cinta, yang gue remas-remas terus gue buang?"
"Terus kenapa? Loe mau nyari tuh surat cinta? Gila loe!"
"Iya."
Benar-benar gila.
"Buat apaan sih, Jess?"
"Buat-"
Jessie berhenti sejenak. Ia tidak mungkin membiarkan Ashton tahu bahwa surat itu dari Luke, dan mengetahui Jessie yang rela berkutat dengan sampah hanya demi Luke.
"Buat apa, bego?" ulang Ashton.
"Hm, anu.. itu.. surat sepupu gue ilang. Mungkin itu surat yang kemarin-kemarin gue buang."
Ashton hanya menutup hidungnya dengan kerah baju dan menunggui Jessie di pinggiran.
Cukup lama Jessie bergelut dengan sampah, dan tidak ada hasil.
"Gimana?" tanya Ashton.
"Capek."
"Ketemu nggak?"
"Nggak. Loe bantuin gue dong Ton, gimana sih," rengek Jessie.
"Dih, ogah," Ashton mengendikkan bahunya dengan tatapan jijik. "Udah yuk, pulang! Loe juga udah bau tuh."
"Hm, loe pulang dulu gih! Gue masih mau nyari."
"Gila loe! Ya udah ati-ati!"
Ashton berlalu meninggalkan Jessie yang masih terlihat ngos-ngosan.
***
Jessie baru saja membersihkan dirinya di toilet. Entah mengapa ia tidak ingin pulang hari ini. Ia ingin melihat Luke, berjalan bolak-balik ke perpustakaan–ruang senat. Dia terlihat sangat sibuk.
"Kak Luke," Jessie memaksakan dirinya untuk bicara dengan Luke.
"Ada apa?" Luke tidak mengalihkan pandangannya pada buku-buku sialan yang menemaninya di meja perpustakaan.
"Aku mau ngomong sama kamu."
Aku, kamu, adalah sapaan terasing yang entah mengapa Jessie merasa harus menggunakannya.
Luke mendongakkan kepalanya sebentar, sebelum akhirnya berkutat dengan buku-bukunya lagi.
"Ngomong aja," ucap Luke yang terdengar seperti sebuah perintah.
"Maaf," suara lembut Jessie berubah serak menyebabkan Luke mendongakkan kepalanya lagi.
"Buat apa?"
"Semua yang pernah aku ucapin, aku tahu aku itu cewek paling bego sedunia," Jessie berusaha menahan dirinya agar tidak terisak.
Luke mendongakkan kepalanya lagi, dan kali ini ia berdiri meninggalkan buku-buku sialan itu.
"Bagus, kalo kamu sadar. Aku udah maafin kamu," Luke kembali duduk, sial.
Jessie terpaku. Ia tidak tahu harus mulai dari mana. Gadis itu hanya berdiri kaku sambil menggulung-gulung ujung kaosnya seperti orang idiot.
"Apa lagi?" tanya Luke tanpa melihat lawan bicaranya.
"Hm.. kamu, nggak ada yang mau disampein gitu?" ucap Jessie dengan cengiran bodohnya.
"Apa?"
"Apa aja."
"Nggak ada," tukas Luke. Jutek banget. Sekarang Luke tidak seperti Luke. Dia terlihat seperti ibu-ibu datang bulan.
"Ya udah, aku permisi. Maaf udah ngganggu."
Jessie diam sejenak, siapa tahu Luke akan menahannya. Tapi mungkin Jessie salah, Luke tidak lagi peduli dengannya sama sekali.
"Aku sadar, sebenarnya yang lebih banyak nyakitin itu adalah aku," ucap Jessie setengah memekik.
Luke tampak mendongakkan kepalanya sebentar, kemudian kembali lagi.
"Kamu udah jadiin aku sebagai prioritas pasangan duet kamu, tapi aku batalin secara sepihak, walaupun secara teknis, aku yang ngajak duet kamu. Akhirnya kamu nerima Michael sebagai pasangan duet kamu, setelah sebelumnya Michael maksa kamu dari jauh hari, karena kamu bilang kamu udah punya pasangan duet cewek, dan mungkin aja itu aku."
Luke menatap Jessie yang mulai mengeluarkan air mata. Sementara itu Jessie berusaha mengambil napas sebanyak-banyaknya sebelum akhirnya berbicara lagi.
"Sedangkan aku, aku udah nggak tahu diri ngajak kamu duet melalui temen aku, terus batalin secara sepihak. Terus dengan berani-beraninya aku maki-maki kamu yang nggak pernah salah sedikit pun sama aku. Maafin aku, aku emang bego."
Luke hanya melongo karena Jessie tiba-tiba saja pergi dari hadapannya. Cowok itu bahkan tidak berusaha mengejarnya. Entah apa yang ada di pikirannya sekarang.
Sementara itu, Jessie berlari secara dramatis meninggalkan Luke. Ia tak tahu apa arti air matanya yang tumpah karena Luke. Entah apa yang ada di hatinya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Days - Luke Hemmings
Fanfiction[Completed] 7 days is too long time. -Luke 7 days is too short time. -Jessie Tunjukkan karyamu❤