Day 1

135 18 10
                                    

"Jess, maafin gue ya! Gara-gara gue, kita jadi dihukum kayak gini! Ah, menyebalkan!" ucap Ashton yang sepertinya sudah lelah karena hukuman membersihkan kamar mandi bau dan kotor.

"Udahlah, ini juga salah kita berdua. Jangan ngeluh supaya hukuman kita cepet selesai!"

Ashton mendengus. Sepertinya ia benci berurusan dengan hal-hal kotor dan bau. Ia berkali-kali merapikan rambut keriting cokelatnya yang sudah gondrong dengan frustasi. Ia juga berkali-kali menutup mulut dan hidungnya dengan bandana yang sepertinya selalu ia bawa kemana-mana.

Tiba-tiba terdengar suara cowok berdeham. Jessie menoleh pada Ashton yang menatapnya heran.

"Hukuman kalian sudah selesai. Sekarang waktunya istirahat. Lima belas menit lagi kalian harus sudah berkumpul di aula. Jangan terlambat kalau kalian tidak mau kena hukuman lagi!" ucap senior dengan diakhiri senyuman. Ya Tuhan, kakak kelas Asia itu tersenyum pada Jessie!

"Makasih, Kak!" jawab Ashton. Ia bersiap meninggalkan kamar mandi sebelum tangan Jessie menahannya.

"Siapa namanya?" tanya Jessie.

"Nama siapa?"

"Senior yang tadi itu!"

"Oh, dia Calum Hood, wakil BEM. Nah, ketuanya itu si Luke Hemmings."

Ashton pun bergegas menuju ke kantin diikuti oleh Jessie yang terus-menerus mengajukan pertanyaan yang mengganggunya.

"Dia ngambil jurusan apa?"

"Setahu gue, seni musik mungkin. Loe suka sama Luke?" tanya Ashton dengan bodohnya.

"Ih, Ashton! Gue nanya soal Calum, bukan Luke!" gerutu Jessie memajukan bibirnya.

"Iya, iya. Calum itu anak seni musik semester enam, sama kayak Luke. Eh, kok kita berempat bisa samaan ya?" jawab Ashton sambil cekikikan.

"Yes, ada kesempatan!" gumam Jessie.

"Apa?" tanya Ashton.

"Ah, nggak. Kok loe bisa tahu tentang mereka?" Jessie terlihat salah tingkah karena salah bicara.

"Gue punya relasi di sini."

"Relasi? Siapa?"

"Mau tahu aja loe! Udah cepet diminum, nanti kalo telat gue lagi yang kena."

Setelah membayar minuman, Jessie dan Ashton pun bergegas menuju ke aula bersama ratusan mahasiswa baru lainnya. Mereka mungkin takut akan berakhir di kamar mandi kotor jika telat.

Ternyata Luke sudah berkoar-koar kepada semua maba. Ia terlihat seperti orang yang sangat tidak sabar. Dan Jessie memasuki ruangan ini sambil matanya fokus untuk menemukan keberadaan Calum. Oh itu dia! Dia berada di pintu kedua, bertugas seperti Luke. Hanya saja ia terlihat sabar dan telaten menyuruh maba bergegas masuk. Harusnya Jessie masuk melalui pintu kedua, dimana ada Calum di sana. Bukannya malah masuk pintu pertama dan bertemu dengan Luke.

"Oke, semuanya sudah masuk?"

Pertanyaan Luke dijawab oleh ratusan maba yang grasak-grusuk merapikan posisi duduk yang berdempet-dempetan. Tidak ada kursi di sini. Mereka semua sama rata duduk beralaskan lantai yang dingin.

"Selamat siang semuanya!"

"Siang!"

"Oke. Jadi perkenalan lingkungan kampus ini tak lengkap rasanya jika kita tidak mengundang orang-orang penting dalam kampus. ..."

Bla bla bla. Apapun yang Luke ucapkan terasa malas untuk didengarkan Jessie. Kenapa tidak Calum saja? Ini lagi, bapak-bapak rektor memberi sambutan bagaikan mendendangkan lagu pengantar tidur. Membuat suara uapan terdengar dimana-mana.

7 Days - Luke HemmingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang