Day 7 - Final Chapter

119 12 3
                                    

Hari ini ada dua hal yang membuat perasaan Jessie gado-gado. Pertama, hari ini adalah hari terakhir free-hotspot untuk Ashton, dan itu membuatnya bahagia. Mungkin Jessie harus bersiap jika Ashton meminta perpanjangan waktu. Jatah free-hotspot seminggu Ashton memang dipotong satu hari dikarenakan informasi dari Ashton yang tidak tepat. Bukannya tidak tepat, tapi bahkan tidak membawa informasi yang berguna bagi Jessie. Bayangkan saja, Ashton dibayar wi-fi tapi Jessie sendiri yang mengetahui semua fakta tentang Calum dan calon istrinya.

Kedua, Luke. Entah mengapa selama beberapa jam ke belakang ini Luke senantiasa bersemayam di dalam pikiran Jessie, membuat Jessie selalu teringat pada kesalahan yang ia buat dan betapa Luke tidak peduli lagi dengannya sekarang.

Baiklah, lupakan tentang itu. Sekarang, hadapilah kenyataan pagi ini bahwa Jessie melihat Calum dan Catherine sedang berduaan. Oh, Jessie bahkan lupa jika ia sudah tidak mempunyai rasa atau fangirling ketika melihat Calum. Semua itu sudah berlalu.

Namun, hadapilah kenyataan yang lain. Jessie baru saja melihat Luke berbelok ke arah kantin dengan seorang perempuan. Ini adalah pertama kalinya Jessie melihat Luke berjalan bersama perempuan. Siapa dia? Gadis itu nampak seratus persen lebih menarik ketimbang Jessie. Wow, Jessie bahkan melihat tas bermerek yang tertenteng di tangannya. Dia gadis kaya. Atau mungkin orang tuanya yang kaya.

Jessie tak bisa menghentikan kakinya yang terus melangkah mengikuti mereka berdua. Mereka memang duduk berdua di kantin. Dan kali ini indera pendengaran Jessie sedang tidak berfungsi dengan baik. Ia hanya bisa melihat gerakan mulut Luke dan perempuan itu dari jauh, tanpa mendengar suara mereka.

Merasa pegal karena bersembunyi di tempat yang kurang pas, Jessie memutuskan untuk pergi sebelum akhirnya perempuan itu berlalu terlebih dahulu. Kenapa perempuan itu pergi? Jessie yang kadar penasarannya sudah melebihi batas, akhirnya memutuskan untuk tetap mengintai Luke dari jauh.

Beberapa saat kemudian, Luke kedatangan Michael. Apa? Kenapa Michael lagi?

Luke gay. Luke gay.

Baiklah, ini sudah cukup jelas dan tidak diragukan lagi. Luke fix gay. Dan itu artinya Jessie tidak bisa mengharapkan Luke lagi. Semuanya cukup sampai di sini.

Di tengah rasa penasaran yang semakin membuncah karena kedatangan Michael, ponsel Jessie berdering keras dengan kurang ajarnya. Dan itu membuat Luke dan Michael hampir menyadari keberadaan Jessie, karena mereka mencari-cari sumber suara ponsel itu.

Jessie dengan mengendap-endap segera meninggalkan kawasan kantin untuk mengangkat telepon. Jessie merutuki Ashton karena namanya terpajang di panggilan masuk.

"Halo, apaan sih Ton?" ucap Jessie dengan jengkel.

"Apaan gimana sih loe? Loe inget nggak ini kelasnya mister paling killer sedunia? Gue aja nelpon loe pake izin ke toilet dulu. Buruan berangkat, dibunuh baru tahu rasa loe," omel Ashton yang nadanya hampir mirip seperti ibu-ibu membangunkan tidur anaknya.

"Ya Ampun! Gue lupa Ton, gimana dong? Gue harus ngapain? Pulang aja gimana atau, atau,"

"Udah, cepetan masuk kelas!"

"Tapi, gue ngeri Ton sama tuh dosen."

"Tinggal bilang aja loe bangun kesiangan atau apa kek. Udah ya pulsa gue mau abis nih. Loe buruan masuk!"

Telepon mati secara sepihak. Ashton memang bodoh. Alasan bangun kesiangan pasti tidak akan mendapat pengampunan dari dosen killer.

Tapi, bukan Jessie namanya kalau dia tidak punya banyak ide.

***

"Sumpah tadi loe beneran kocak abis, gue nggak nyangka," ucap Ashton sambil terbahak-bahak.

7 Days - Luke HemmingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang