Chapter Tujuh

19 5 6
                                    

Hari-hari berikutnya Taehyung terus hadir dalam keseharian Jaera. Entah hanya sekedar duduk di depan bangku gadis itu, mengikutinya ke atap sekolah, berlari sejajar dengannya saat pelajaran olahraga atau bahkan menunggu gadis itu keluar dari toilet pada saat istirahat. Semua Taehyung lakukan senang hati. Selama 2 minggu Jaera membiarkan pemuda itu mengikutinya. Berfikiran kalau Taehyung akan lelah dan berhenti mengganggunya.

Namun memasuki minggu ketiga, Taehyung tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, membuat Jaera geram. Siapa yang tahan setiap saat kau selalu diikuti oleh laki-laki asing yang mengaku kepada semua orang bahwa ia pacarmu? Mungkin untuk sebagian –mungkin seluruh, siswi di sekolah tidak keberatan dengan itu. Namun Jaera? Rasanya gadis itu ingin menampar Taehyung seperti waktu itu.

Jaera menghembuskan nafasnya perlahan sebelum bangkit dari kursi. Gadis itu menghampiri Taehyung yang sejak tadi berkutik dengan rumus kimia di bangkunya. “Uri jigeum yaegi hal su isseulkka? (Bisa kita bicara sekarang?)” kata Jaera datar. Tanpa menunggu jawaban Taehyung, gadis itu langsung melangkah keluar kelas. Dengan tatapan bingung, pemuda itu menutup buku kimianya dan mengekor Jaera dari belakang.

Jaera membawa Taehyung ke pinggir lapangan sekolah. Ia menempatkan dirinya duduk di bawah pohon rindang. Sedangkan Taehyung duduk di sebelah gadis itu.

Suasana lapangan sekolah sedang ramai karna beberapa anak laki-laki sedang bermain basket. Angin semilir menerpa rambut sepundak milik Jaera dengan perlahan. Taehyung sering melihat pemandangan itu, namun entah mengapa dengan jarak dekat seperti ini, gadis itu sungguh cantik.

“Berhenti mengangguku, Taehyung.” Suara Jaera memecahkan keheningan mereka selama beberapa detik. Jaera mengalihkan pandangannya pada Taehyung dengan tatapan datar seperti biasa. Gadis itu baru pertama kali melihat wajah Taehyung sedekat ini. Rambut Taehyung yang berponi, hidungnya yang mancung serta mata Taehyung yang bulat sempurna lagi-lagi membuat Jaera terpana. Ia baru sadar ternyata mata hitam Taehyung sedikit kecoklatan, seperti milik seseorang. Tapi Jaera lupa siapa yang memiliki mata yang sama dengan pemuda itu.

Wae (Kenapa)? Kau terganggu?”

Jaera menghela nafas. Taehyung benar-benar menyebalkan. “Menurutmu? Apa kau tidak terganggu saat ada seseorang yang mengikutimu kemanapun kau pergi dan orang itu berkata pada semua orang bahwa kau itu pacarnya? Bukankah itu gila?” ucap Jaera cepat. Taehyung membesarkan matanya karna terkejut sebelum akhirnya tertawa pelan. Jaera bisa melihat mata itu membuat bulan sabit saat tertawa dan lagi-lagi membuat Jaera berfikir keras bahwa gadis itu pernah melihat senyuman itu sebelumnya. Tapi dimana?

“Kau tahu? Aku baru pertama kali mendengar kalimat panjang dari mulutmu.” ucap Taehyung.

Jaera tersikap. Ia baru sadar telah melakukan satu kesalahan.

“Jadi, aku harus menganggumu dulu supaya kau mau berbicara ternyata,” ujar Taehyung sambil memajukkan sedikit badannya kearah Jaera.

Gadis itu memundurkan sedikit badannya karna sadar jarak Taehyung cukup dekat dengannya. Ia memejam mata karna kesal perkataannya tidak di gubris oleh siswa baru itu. Sepertinya, berbicara dengan Taehyung merupakan sebuah kesalahan. Ia bangkit dari duduk, lalu menatap Taehyung dengan datar, “Anggap saja aku sudah memperingatkanmu,”

Ia meninggalkan Taehyung yang kini sedang menatapnya dengan senyum kemenangan.

***

Masih absurd? Nungguin konflik yaa? Sabar, bentar lagi ada konflik kok hehe

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang