Fragmen|2

748 203 188
                                    

"Kakak Novel ...! Pulang sekolah ntar, balik bareng, yuk!" sahut Losari yang kini berdiri di depan kelas Novel. Laki-laki itu hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya pasrah. Sedangkan, teman-temannya yang lain tertawa puas. Mungkin bisa dibilang,  Losari adalah adik kelas dengan tingkat kepercayaan diri di atas rata-rata. Bukan karena urat malunya putus, tetapi terlahir tanpa urat malu.

"Gue bisa pulang sendiri! Keluar lu sana! Berisik!" maki Novel, kesal sembari menggaruk kepalanya dengan cara kasar.

"Udah, Vel, embat aja! Lumayan, Losari gak jelek-jelek amat, kok," sahut Raka, ikut menanggapi.

"Ogah! Lu aja sana, ambil! Gak doyan gue," balas Novel.

"Novel mah, sok-sokan nolak, padahal kalau curhat sama gue, katanya demen sama si Sari," sahut Nathan memperkeruh suasana.

"Gila lu pada!" bentak Novel. Laki-laki itu berlari keluar dari kelas tanpa memedulikan teriakan dari Losari ataupun sahutan 'cie' dari teman-temannya.

Bagi cowok seperti Novel, di jam istirahat yang menyebalkan, akan ia habiskan di dalam perpustakaan. Bermain bersama rumus-rumus matematika dan fisika lalu menikmati setiap jawaban yang ia dapatkan. Inilah yang membuat Novel tak pernah terpeleset dari peringkatnya di kelas. Bukan hanya itu, juara umum pun, sudah bosan ia terima.

Walau begitu, Novel tidak pernah berpuas diri ataupun berhenti berusaha lebih baik. Karena fokus Novel selama bersekolah seutuhnya untuk belajar. Memang benar, Novel menyukai Manda. Laki-laki itu telah lama memendam perasaannya sendiri. Bukan karena tidak berani mengungkapkan, hanya saja ia tidak ingin merusak.

Manda sudah berpacaran dengan Bara, kapten futsal sekolah ini. Dari kelas 10 hingga beberapa hari lalu dikabarkan mereka telah berpisah. Hal itu membuat semangat Novel tuk mendapatkan Manda kembali berkobar. Ia tak ingin perasaan yang telah lama ia pertahankan ini tidak menghasilkan apa-apa.

Yang merasuk pikirannya pun kini telah berdiri di depan mata sembari mengulurkan satu botol minuman isotonik ke arahnya.

"Kayaknya lu capek banget, ya?" tanya Manda lalu ikut duduk di sebelah Novel. "Gue sering liat lu duduk di sini tiap jam istirahat. Pantes aja, ya, ranking lu susah gue geser. Giat banget," pujinya.

Novel tersenyum mendapat pujian dari Manda. "Makasih, ya," ucap Novel.

"Sama-sama. By the way, kapan-kapan kita belajar bareng, yuk! Gue penasaran cara belajar lu itu gimana, gue heran aja gitu. Tiga tahun sekelas sama lu, gue cuman bisa mentok di peringkat dua. Lu makan apa, sih?"

"Haha. Kita sama-sama makan nasi, kok. Lagian kalau mau belajar bareng, hayuk! Ajak yang lain juga, biar rame."

"Kalau rame, entar jatuhnya gak belajar, malah maen," sahut Manda.

"Ya, tergantung niat aja sih. Kalau niatnya emang mau belajar, pasti gak akan maen deh."

"Eh, iya, yah. Ternyata lu asyik juga, ya, Vel. Gue kira lu itu cupu. Sori, ya, gak maksud."

"Iya, gak apa-apa. Santai aja sama gue," ucap Novel.

"Gue boleh nanya sesuatu, gak?"

"Boleh. Nanya apa?"

Manda terdiam sejenak sembari mengedarkan pandangannya, memperhatikan setiap sudut di dalam perpustakaan.

NOVELOSARI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang