Fragmen|10

437 56 27
                                    

Derap langkah dua anak adam terdengar di tengah koridor yang sepi. Losari berusaha menyamai langkah dari Novel. Benar, Losari sedang membujuk Novel agar memberi maaf padanya. Tak enak juga rasanya harus didiamkan beberapa hari karena kasus rok Manda yang robek.

"Kak Novel, kalau musuhan lebih dari tiga hari itu dosa, lho! Kak Novel mau tanggung dosa semuanya?

Laki-laki itu malah berbelok masuk ke dalam toilet hingga membuat Losari mundur selangkah. Memang menyebalkan. Setomboi-tomboinya Losari, ia enggan mendekati toilet laki-laki. Akhirnya ia menjauh. Takut ada yang lihat dan menuduh Losari mengintip. Terdengar sangat menjijikkan.

Losari duduk menghadap luar sekolah. Memajukan tangannya tuk mendapat tetes hujan yang mulai mereda. Aroma tanah menyelinap masuk ke dalam indra penciumannya. Losari seakan bernostalgia, dibawa perasaan ketika hujan datang menghampiri. Banyak kenangan yang terulang, terutama masa kecilnya yang selalu bahagia. Bukan berarti Losari yang tak mempunyai ibu merasa kesepian, semasa kecilnya cukup bahagia.

Tanpa disangka, Novel ikut duduk di sebelah Losari. Menengadahkan kepala tuk melihat pekatnya awan yang mengembuskan angin dingin di antara mereka. Keheningan terjadi sampai pada akhirnya Novel memecah semuanya.

"Gue maafin lu. Lain kali, jangan ganggu Manda."

Losari mengangguk walau hatinya sulit tuk mengatakan iya. Losari tau siapa Manda, perempuan busuk yang mendekati Novel hanya untuk mendapatkan keuntungan.

"Kita pulang, yuk," ajak Novel. Untuk hari ini saja, perasaan Losari kembali menghangat. Banyak hal yang ia selalu harapkan tentang laki-laki di hadapannya. Walau sulit, ia yakin bahwa benteng yang laki-laki itu buat padanya akan runtuh.

"Aku percaya keajaiban."

*****

Aldi percaya bahwa hujan itu membawa berkah, tetapi untuk kali ini ia enggan tuk melihat jatuhnya air itu membasahi bumi. Ia memilih duduk di ruang OSIS sampai hujan mereda. Ada rasa nyeri yang menyapa saat rapat OSIS selesai. Losari datang dan fokus pada Novel, bukan dirinya. Memang salah, mengharapkan perempuan itu melirik ke arahnya cukup fatal. Semua orang sudah tau bagaimana perasaan perempuan itu pada Novel. Tetapi tetap saja hatinya bodoh tuk mengharapkan celah dari Losari.

"Keknya gue termakan omongan gue sendiri. Cinta gak harus memiliki," ucapnya.

Dari jendela ruangan, ia dapat melihat Losari dan Novel berlari menembus hujan menuju parkiran hingga mobil dari laki-laki itu menghilang dari pandangannya. Aldi mengeluarkan satu puntung rokok dari saku celana. Menghisap benda itu akan membuat pikiran dan perasaan kembali jernih, walau dampak dari kesehatan akan berakibat fatal.

Berselang beberapa menit, laki-laki itu beranjak dari tempatnya, berjalan keluar ruangan dan berharap tak ada yang melihat apa yang ia lakukan tadi. Sayang, sebuah suara mengerikan mengganggu konsentrasi laki-laki itu.

"Anjir, ini suara apaan lagi. Bikin ngeres aja," sahutnya pelan.

Katakanlah bahwa manusia adalah makhluk yang mempunyai rasa ingin tahu tinggi. Tidak tanggung-tanggung dengan akibat yang akan ia dapatkan saat langkahnya malah mencari ke sumber suara. Mendapati suara itu terdengar dari gudang, Aldi malah membuka ruangan itu dengan santai.

Manda dan Bara berbalik ke arah Aldi. Bagaimana tidak, suara daun pintu yang laki-laki itu geser membuat suara-suara mengerikan terhenti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NOVELOSARI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang