Fragmen|4

503 149 71
                                    

"Aldi!"

Laki-laki itu terpental setelah menobrak pintu toilet hingga rusak. Kontan, ia memeluk Losari yang terduduk di lantai dengan tangan gemetar dan wajah memucat. Dengan cepat ia menggendongnya dalam keadaan setengah basah. Losari sudah terkurung selama dua jam di dalam toilet. Untung saja, salah satu siswi mengetahui hal tersebut saat berada di sebeleh bilik Losari. Karena guru-guru sudah pulang semua, dia memberitahukan hal tersebut pada Aldi yang ia ketahui sahabat Losari.

"Ri, bertahan, ya," ucap Aldi sembari memasukkan Losari ke dalam angkot. Ya, sebenarnya Aldi telah pulang sedari tadi. Jadi, setelah pulang sekolah ia bekerja menjadi kernet.

Hanya berselang 15 menit, angkot yang dibawa lansung oleh Aldi setelah izin ke Kang Asep, supir angkot, telah sampai di depan rumah dengan gaya minimalis. Tidak ada yang berubah dengan rumah tersebut walaupun Aldi sudah dua tahun tak mengunjungi.

Menggendong perempuan itu masuk ke dalam rumah saat Bi Asih, asisten rumah tangga itu membuka pintu.

"Ini kenapa non Losari jadi begini?" sahut Bi Asih, wajah yang sudah termakan usia dengan beberapa garis keriput itu sedikit tertarik karena panik.

"Sudah, Bi. Ini mending langsung diganti bajunya. Basah gini," ujar Aldi sembari membaringkan Losari di atas kasur dengan warna hijau yang mencolok.

"Iya. Tapi kamu keluar dulu! Non Losari mah setomboi-tomboinya, tetap cewek."

Aldi cengengesan sembari berjalan keluar dari kamar lalu menutup pintu dengan pelan. Ada rasa khawatir yang sedari tadi ia rasakan. Mendapat info bahwa Losari terkurung di dalam toilet membuatnya sangat panik, hingga bersujud di depan Kang Asep agar diberi izin membawa angkot. Tangan Aldi juga ikut gemetar saat menggendong Losari. Tetapi, satu yang membuat kedua ujung bibirnya tertarik naik mengukir bulan sabit, yaitu saat Aldi berhasil menobrak pintu toilet dan mendengar namanya disebut oleh Losari sebelum pingsan. Terdengar sederhana, namun mampu menghangatkan jiwanya.

Bi Asih keluar dari kamar, membuat Aldi yang tadinya terduduk, kontan beranjak.

"Gimana keadaan Losari, Bi?" tanya Aldi.

Bi Asih malah cengengesan. "Kayak di sinetron aja, ya? Gimana keadaan suami saya, Dok?"

Aldi mendengkus jengkel mendengar candaan Bi Asih yang benar-benar terdengar garing di telinganya.

"Dih, Den Aldi ngambek, ya, sama Bibi? Kayak di sinetron-sinetron aja. Cowok ngambek sama ceweknya," ucap Bi Asih.

"Sayangnya Bi Asih bukan cewek saya, dan saya gak bakalan mau sama Bi Asih, titik!"

Tanpa mau mendengar jawaban dari Bi Asih, Aldi melangkah masuk ke dalam kamar Losari. Perempuan itu masih menutup mata. Wajahnya benar-benar terlihat damai. Dengan cepat, Aldi merogoh benda pipih yang berada di saku dan menekan satu nama pada kontaknya.

"Halo, Kak? Saya cuman mau bilang, Losari lagi sakit. Sekarang dia masih dalam keadaan pingsan, saya minta Kakak bisa ke sini. Sekadar menjenguk."

Kalimat itu ia ucapkan tanpa jeda sedikitpun, dan tanpa mendengar jawaban dari seberang sana, ia mematikan ponselnya secara sepihak.

"Setidaknya kalau lu gak bisa bahagia bareng gue, lu harus tetep bahagia. Gue akan berusaha buat lu selalu bahagia."

Usapan halus mendarat pada dahi Losari sebelum Aldi pergi. Ia harap keadaan Losari akan membaik besok. Embusan napasnya pun terasa berat saat harus meninggalkan Losari dalam keadaan seperti itu. Tetapi, ada tidaknya Aldi di sana, tidak akan berefek apa-apa. Keputusannya untuk pergi memang benar. Saat mulai meninggalkan rumah Losari, tak sengaja matanya melihat sebuah mobil berwarna hitam yang ia yakini milik Novel terhenti di depan rumah perempuan itu.

NOVELOSARI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang