Fragmen|9

332 57 11
                                    


"Ri, lu denger gosip terbaru, gak?!" sahut Maria saat mulai memasuki kelas. Losari tak acuh sembari fokus pada permen yang sudah ia kumpulkan. Hasil malak dari satu kelas ke kelas lain pagi ini.

Suasana kelas pun belum begitu ramai, makanya Losari baru mendapatkan beberapa permen dan selembar kertas Pattimura. Begitulah kebiasaan terbaru dari Losari. Bukan semata-mata untuk berlagak preman, Losari mendekati korban dengan cara halus, seakan sudah dekat padahal kenal aja nggak.

"Udah dong, Ri! Gue dicuekin nih! Apaan sih, kalau permen bisa gue beliin deh!" sahut Maria yang kini duduk di bangku tepat di depan Losari.

"Gue dapetin permen ini barokah tau, gak? Dapet temen juga. Lu tau Kak Arina yang ekskul tari itu? Dia ngasih gue permen kaki! Duh, kapan lagi dapat permen dari cewek famous kek dia."

Maria mendengkus kesal seraya membanting buku paketnya di atas meja. Pura-pura ngambek, padahal Losari pun tak peduli. Kali ini, perempuan itu malah berjalan ke belakang tuk bergabung ke dalam lingkaran cowok-cowok nakal yang pas sampe ke kelas langsung molor atau nggak main kartu. Losari bergabung ke sana. Bukan ikutan main, hanya sebagai penonton.

"Ri, ngapain lu ke sini?" sahut Ditto.

"Kenapa? Gue mau jadi suporter. Salah?"

"Kirain lu bakal ke UKS jengukin calon kekasih bayangan," sahut Ditto dengan tawa pecah di akhir kalimat.

"Maksud lo?"

"Gue ke kelas lewat UKS, heboh tuh! Ketos pingsan. Katanya sesak napas gitu," ucap Ditto. Saat melirik ke arah Losari, perempuan itu sudah berada di ujung ruangan. Keluar dengan sangat tergesa-gesa.

****

"Kok bisa? Siapa yang liat kejadiannya?" seru Manda pada beberapa siswa yang mengerumuni ruang UKS. Jawaban dari pertanyaan Manda hanya gelengan. "Ah, yaudah, lu semua keluar sana!"

Hari ini perempuan itu kesal tiada tara. Pasalnya, jam pertama adalah ulangan harian mata pelajaran Fisika, di mana kekurangan Manda terletak pada pelajaran tersebut. Satu-satunya jalan ia mengubah nilai fisikanya adalah Novel. Tetapi sayangnya laki-laki itu masih dalam keadaan tidak sadar. Sesekali Manda memberikan wangi-wangian, berharap laki-laki itu terbangun sebelum bel berbunyi. Sayangnya, tak ada reaksi apa pun.

"Dih, ini cowok pingsan apa mati, sih?! Gak tau apa kalau hari ini ulangan," ucap Manda, frustrasi.

"Gak gitu cara banguninnya," ucap Losari yang kini tengah bersandar di pintu.

Manda memutar bola matanya jenuh. "Ngapain lu di situ? Kek cecak."

Losari tertawa. Pikirnya, seorang Manda punya sisi humor juga, walaupun dengan intinosi horror yang menakutkan.

"Yaudah sih, selamat bangunin sang kekasih, ya," ucap Losari sembari berjalan keluar.

Losari melambaikan tangannya, keluar dari ruangan. Manda tak acuh, padahal Losari hanya bersembunyi di balik ruangan. Walaupun terkesan tak peduli, perempuan itu ingin tahu bagaimana keadaan Novel. Setidaknya, setelah kejadian kemarin yang membuat mereka bertengkar, ia tak ingin membangun tembok besar sehingga memisahkan keduanya.

Novel mengerjapkan matanya membuat suara Manda terdengar. Dari sela tirai ruangan, Losari mengamati. Hal menyebalkan yang pertama kali Losari lihat adalah melihat hatinya memeluk hati lain. Ternyata Novel baik-baik saja, sepertinya Losari dan Novel harus bertukar posisi. Karena sekarang, Losari yang merasakan sakit.

NOVELOSARI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang