Fragmen|3

588 170 107
                                    

Lihat aku, Sayang ... yang sudah berjuang.

Menunggumu, datang ... menjemputmu pulang.

Ingat selalu, Sayang ... hatiku kau genggam.

Aku takkan pergi ....

Menunggu kamu di sini.

Suara Nathan menjadi pusat perhatian. Dia bernyanyi di dalam kelas saat guru-guru dinyatakan sedang melakukan rapat. Iringan suara gitar yang dimainkan oleh Novel membuat semua pendengar hanyut ke dalam lagu. Pembawaan Nathan benar-benar sukses. Novel juga sama, ia merasakan hal yang sama saat matanya tak sengaja bertemu dengan mata Manda. Perempuan yang selama ini ia perjuangkan.

Tepuk tangan meriah mereka dapatkan. Seperti biasa, Nathan bangkit dari duduknya, dengan sikap sombong ia tersenyum lebar tuk menarik perhatian. Sedangkan Novel, senyum tipisnya selalu hanya untuk Manda. Perempuan itu melakukan hal yang sama seperti Novel. Senyuman mereka terlihat seperti kode satu sama lain. Tidak ada yang menyadari jika mereka sedang melakukan kontak mata yang begitu dalam dari kejauhan.

"Oh iya, Nath!" sahut Novel.

"Yoi, Masbro?" sahut Nathan sembari duduk di atas meja dengan menaikkan satu kakinya.

"Pulang sekolah, belajar bareng, yuk! Di rumah gue," ucap Novel.

Nathan mengernyitkan dahinya seraya menepelkan telapak tangan pada kedua pipi Novel, "Lu gak sakit, kan?"

Novel menepis, "Ya enggaklah, anjir! Lu kalau gak mau yaudah, tapi jangan sentuh gue kek gini! Jijik anjir," sahutnya.

Nathan tertawa puas melihat wajah Novel yang sudah memerah. Padahal niatnya hanya bercanda. Memang agak sedikit aneh dengan cara tiba-tiba mengajaknya belajar bersama, karena setahu Nathan, Novel cukup tertutup untuk mengajak teman sendiri main ke rumah.

"Berdua doang, nih?" tanya Nathan.

"Em ... ajak Raka juga. Sama ... ajak Manda."

"Gue harap lu gak kebanyakan ngayal, ya, Vel. Lu sama Manda bagaikan langit dan bumi. Ya kali, Manda mau belajar bareng lu," sahut Nathan.

Berselang beberapa detik saat Nathan mengucapkan hal tersebut, kini Manda telah berdiri di depan bangku mereka. Kedua mata perempuan itu fokus pada Novel, dan yang membuat Nathan tak percaya, senyuman manis yang menurutnya sulit tuk didapatkan kini tersirat untuk sahabatnya.

"Vel, jadi, kan, kita belajar bareng?" tanya Manda.

"Iya, jadi. Gue ajak Nathan sama Raka. Di rumah gue kan, ya," jawabnya.

Nathan masih tak percaya dengan percakapan yang ia dengar.

"Oke, gue bakal ngajak Vania sama Aini juga. Kita bareng aja ya abis jam terakhir nanti?"

"Sip, Man."

Lagi-lagi senyum itu terukir di bibir Manda sembari melambaikan tangannya menjauh. Bak malaikat, Nathan sampai menganga melihat itu.

"Lu kenapa? Ngeres, ya?" tanya Novel, curiga.

"Makhluk Tuhan yang paling sexy akhirnya ngomong langsung di depan kita, Vel! Plis, kasih tau gue kalau ini bukan mimpi!" sahut Nathan sembari mengusap ujung bibirnya yang hampir meneteskan liur.

NOVELOSARI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang