Fragmen|8

410 69 20
                                    


LU DI MANA?!

SARI ANGKAT TELPON GUE!

SAR LU DI MANA?

P

P

P

P

ANJING LU! KALAU MAU CARI GARA-GARA GAK GINI CARANYA!

Duduk di bawah flyover ditemani beberapa pengamen yang sudah menghabiskan lima lagu di hadapan Losari. Perempuan itu hanya tersenyum membaca pesan dari Novel. Karena sudah menebak hal ini akan terjadi, makanya setelah bel berakhir, dialah orang yang pertama keluar dari gerbang sekolah dan melajukan motornya menjauh. Tempat inilah menjadi sasarannya. Novel pasti tidak akan tahu bahwa dia di sini.

"Kak Losari ngapain ke sini? Biasanya ke sini kalau lagi ada masalah. Lagi ada masalah ya, Kak?" tanya Daren. Entahlah apa itu nama asli. Ia salah satu pengamen di tempat ini. Sudah mengenal Losari dari kecil. Pasalnya, perempuan itu selalu menemuinya di setiap ada masalah.

Losari mengangguk. "Macan peliharaan Kakak ngamuk," jawabnya.

Daren tertawa. Anak laki-laki yang mungkin bila bersekolah, ia sudah duduk di bangku SMP. "Kak Losari nggak ngasih makan kali," ujarnya.

"Udah dikasih makan, kok, tapi yah gitu. Rakus macannya."

Daren menanggapi omongan Losari dengan tertawa. Sudah hapal betul bagaimana perempuan di hadapannya akan bercerita dengan candaan.

Langit senja sudah tergores di atas mereka. Jalan semakin macet, para pekerja pulang dengan membawa rasa penat yang ingin mereka hilangkan di dalam rumah dengan keluarga yang utuh.

Kadang Losari berpikir, kapan dia akan merasakan hal tersebut. Berdiri di depan pintu saat senja. Menunggu ayahnya pulang dan menghamburkan pelukan ke arahnya. Sayang sekali, semua itu tidak akan pernah terjadi. Pernah, ayahnya pulang dan dengan keberanian tinggi Losari mengutarakan semua yang bertengger di batinnya. Mengenai seorang ayah yang lupa tempat untuk pulang. Namun hasilnya, kosong. Losari seakan berbicara pada benda mati.

Semenjak bunda Losari meninggal, ayahnya memang menjadi sosok pekerja keras yang tak kenal waktu. Hari libur pun ia habiskan di depan laptop. Losari juga kadang menghitung berapa jam ayahnya pulang selama sebulan. Kantor adalah tempat kerja sekaligus rumah baginya, membuat Losari tak ingin lagi mengharap lebih.

Namun satu hal yang selalu ia syukuri. Ia mempunyai Novel dan keluarganya, yang selalu membuka pintu rumah mereka dengan lebar dan menerima Losari apa adanya. Walaupun Losari sadar, Novel tak pernah suka dengan hal tersebut.

Gue udah gak marah. Sekarang lu pulang. Mami khawatir.

Senyuman Losari hadir, menyapa hati yang awalnya dingin dengan balutan kehangatan. Pesan dari Novel menyadarkan perempuan itu. Ia harus tetap semangat dalam hidup, karena ada satu keluarga yang benar-benar menyayanginya.

"Kakak pulang dulu, ya, Ren."

Daren hanya mengangguk melihat kepergian Losari. Sepertinya sangat bersemangat melihat perempuan itu mengemudi motor dengan cara ugal-ugalan.

NOVELOSARI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang